Kamis, 30 Desember 2021

JEJAK KISAH GEOLOGIS DAN ARKEOLOGIS DI SADANG

Kecamatan Sadang Kabupaten Kebumen - dalam perspektif Geologi - merupakan lokasi penting yang merekam fenomena geologis sekitar 80-120 juta tahun silam dimana lantai dasar Samudra Hindia berkedalaman 4 km terangkat akibat tumbukan lempeng Samudra Indo-Australia dan lempeng Benua Eurasia sehingga membentuk daratan Pulau Jawa.

Proses pembentukan daratan Jawa berdasarkan bebatuan yang berumur 80-120 juta tahun yang lalu ini  jejaknya tersingkap di tebing Kali Muncar, Desa Seboro, Kecamatan Sadang, Kebumen, Jateng.

Masyarakat biasanya menyebut batu berwarna kemerahan ini dengan sebutan Watu Kelir. Di bagian atas terlihat lekukan batuan indah menyerupai bantal. Batuan ini diperkirakan terbentuk akibat adanya pemekaran tengah samudera sehingga memunculkan gunung api yang memuntahkan lava. Lava hasil muntahan gunung api membeku akibat terkena air laut. Karena bentuknya yang bulat lonjong seperti bantal maka batuan beku ini disebut dengan lava bantal (pillow lava), demikian penjelasan para geolog LIPI (sekarang BRIN) Karangsambung.

Bukan hanya singkapan geologis namun pemandangan indah di mana sawah membentang dengan dibayang-bayangi perbukitan yang memperlihatkan jejak subduksi benua dan samudra.

Di salah satu desa di Kecamatan Sadang yaitu desa Sadangwetan saja penduduknya bisa panen 3 kali dalam setahun (rata-rata di Kebumen panen 2 kali setahun). Sawah di Sadangwetan berada di ngarai yang di bawahnya mengalir Sungai Luk Ulo. Pemandangannya cukup indah dengan gemericik air yang mengalir ke sawah terasering. Air yang terus mengalir meski musim kemarau itulah yang membuat petani Desa Sadangwetan bisa menanam padi tiga kali dalam setahun.

Melimpahnya air irigasi berasal dari sungai kecil di tengah hutan yang dibendung. Bendung yang lokasinya berada di atas desa, dikenal warga dengan Bendung Kedung Singgi. 

Menariknya, dalam sebuah surat kabar berbahasa Belanda yaitu Bataviasch Nieuwsblad(8 Desember 1890) dilaporkan sebuah penemuan di Sadang sbb:

"Telah diusulkan kepada pemerintah agar sejumlah f 196 disediakan untuk pembelian benda-benda emas yang ditemukan di Sadang (Bagelen) yang dimaksudkan untuk Rijksmuseum van Oudheden di Leiden"

Entah di mana lokasi persisnya tapi berita ini menimbulkan sebuah pertanyaan dan eksplorasi baru untuk menyingkap kehidupan era Hindu di wilayah ini.

Entah seberapa banyak dan dalam bentuk apa saja benda emas yang ditemukan dan dibawa ke Belanda dan menjadi koleksi museum tersebut. Keberadaan benda-benda emas sebanyak itu tentu mengandaikan sebuah keberadaan masyarakat tertentu yang telah cukup maju peradabannya bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar