Senin, 29 November 2021

PURWOREJO, SEMASA MENJADI IBU KOTA KARESIDENAN BAGELEN

Berjalan-jalan mengelilingi kota Purworejo yang pernah menjadi ibu kota Karesidenan Bagelen pasca berakhirnya Perang Jawa (1830), maka banyak jejak-jejak pemerintahan lama baik Belanda maupun pribumi Jawa. Peninggalan tersebut berbentuk bangunan pemerintah, sekolah, garnisun militer, rumah sakit militer, pemakaman (kerkhof), masjid, pendopo kabupaten dll.

Kamis, 25 November 2021

MENCARI LEMAH ASIN DI SOKA DAN KELANJUTAN KISAH GUA KIDANG DALAM CATATAN KOLONIAL

Ada sebuah buku yang menarik dalam bahasa Belanda dengan judul, De Javaansche Geestenwereld (Dunia Roh Orang Jawa) karya Van Hien yang diterbitkan pada tahun 1910. Jika melihat isi babnya berupaya memotret realita sistem kepercayaan yang berkembang di masyarakat Jawa baik Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, sebagaimana keterangan dalam sampulnya tertulis dalam bahasa Melayu sbb, “Soerat petangannja orang Djawa dan orang Soenda, menjataken segala roepa itoengan, boewat mentjari keslametan”

Rabu, 24 November 2021

MEMBACA MASA LALU KOTA KUTOARJO MELALUI PENDOPO DAN EKS RUMAH BUPATI KUTOARJO SEMASA KOLONIAL

Berjalan-jalan dan melihat-lihat kota Kutoarjo, menjadi teringat dengan kota Karanganyar. Keduanya memiliki nasib yang serupa. Dihapuskan statusnya sebagai kabupaten di era kolonial karena krisis ekonomi dunia yang mengharuskan penghapusan sejumlah regentschap (kabupaten) dan digabungkan dengan regentschap (kabupaten lain). Kutoarjo dihapuskan status kabupatennya tahun 1933 da digabungkan dengan Kabupaten Purworejo tahun 1934 (Teguh Hindarto, Resesi Ekonomi Dunia Yang Menghantarkan Penghapusan Kabupaten di Jawa - https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2021/02/resesi-ekonomi-dunia-yang-menghantarkan.html) sementara Karanganyar dihapuskan tahun 1935 dan digabungkan dengan Kabupaten Kebumen tahun 1936 (Teguh Hindarto, Nasib Kabupaten Karanganyar di Penghujung Desember 1935 - http://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2020/12/nasib-kabupaten-karanganyar-di.html).

Kamis, 11 November 2021

BRECONG (BAGIAN KEDUA): PENEMUAN STRUKTUR BANGUNAN DAN LANTAI DIDUGA PESANGGRAHAN ERA ARUNG BINANG VII

Tanggal 2 Juli 2021, penulis menerima pesan singkat agar meninjau dan memberikan penilaian terhadap sebuah penampakan batu bata merah berbalut semen putih campuran di hamparan pasir beberapa ratus meter dari bibir pantai Brecong.

Selasa, 09 November 2021

KEBUMEN DAN KOPI BERACUN 1929

Tahun 2016 lalu tepatnya tanggal 6 Januari 2016 masyarakat Indonesia digemparkan oleh sebuah peristiwa pembunuhan terhadap Wayan Mirna Salihin. Perempuan berusia 27 tahun itu tewas setelah menyeruput segelas es kopi Vietnam di Kafe Oliver, Grand Indonesia, Jakarta. Polisi kemudian menetapkan teman Mirna, Jessica Wongso, sebagai tersangka. Akhirnya majelis hakim memvonis Jessica 20 tahun penjara.

PURANGGA (PERTEMPURAN KARANGGAYAM)

Perjanjian Linggarjati (25 Maret 1947) dilanggar Belanda. Agresi Militer I dimulai (21 Juli 1947). Sejumlah pertempuran terjadi di wilayah Kebumen dan Karanganyar. Tepatnya 19 Agustus 1947, Jumat Pon, satu batalyon pasukan Belanda yang berkedudukan di Gombong menyerang Batalyon 62 TNI di Kajoran, Karanggayam.

Minggu, 07 November 2021

JEJAK-JEJAK KOPI DI KAWASAN UTARA KEBUMEN ERA KOLONIAL

That cup of coffee you sip at your breakfast table, desk, or cafe´ comes from far away (Secangkir kopi yang Anda minum di meja sarapan, meja, atau kafe´ datang dari jauh) demikian tulis Steven Topik and William Gervase Clarence-Smith dalam sebuah pengantar berjudul, Coffee and Global Development  dalam buku berjudul, The Global Coffee Economy in Africa, Asia, and Latin America, 1500–1989 (Cambridge University Press 2003:1). Bagaimana kira-kira cerita kopi di wilayah Kebumen era kolonial?

Dalam laporan Residen Banyumas, G.de Seriere (1832-1837), pelabuhan Cilacap menjadi kawasan ekspor dan impor. Adapun komoditas ekspor utama adalah kopi (11.233 pikol), tembakau (650 pikol) dll.  Salah satu penyumbang komoditas kopi dari Karesidenan Bagelen adalah Sadang dan Alian di Regentschap (kabupaten) Kebumen. Sadang, menyumbang komoditas kopi sebesar 180 pikol (1882), 100 pikol (1883), 280 pikol (1884). Adapun Alian menyumbang komoditas kopi sebesar 50 pikol (1882), 450 pikol (1883), 280 pikol (1884), demikian kajian Susanto Zuhdi, Cilacap 1830-1942: Bangkit dan Runtuhnya Suatu Pelabuhan di Jawa (2016:9,21).