Minggu, 30 Desember 2018

MEMBACA GRAFITI DI GUA JATIJAJAR


Lama tidak berkunjung ke obyek wisata Jatijajar yang berlokasi di Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Saat hadir dalam Focus Group Discussion (FGD) sebagai tindak lanjut ditetapkannya kawasan Karangsambung dan Karangbolong sebagai Kawasan Geopark Nasional pada 29 November 2018 lalu, menjadi saat menarik melihat perubahan dan perkembangan kawasan wisata yang bernuansa penampakkan geologis tersebut.

Senin, 10 Desember 2018

URBAN FOOD DENGAN SUASANA KLASIK DAN HISTORIS


“Kopi, bukan sekedar minuman biasa tapi ajakkan untuk hidup!”, demikian ungkapan puitis Diego Valdez (seorang pemilik perkebunan kopi di Colombia yang bersikap konservatif terhadap modernisasi kopi) kepada Zoe Walker (ilmuwan makanan yang telah dikirim ke Colombia untuk mendesain cita rasa kopi yang menarik bagi generasi milenial dan bekerja untuk Star Kreme) dalam film romansa Cup of Love. Dalam penggalan percakapan sebuah film berbahasa Indonesia berjudul Filosofi Kopi, dengan tema kopi berbalut romansa kita mendengar ungkapan, “Setiap karakter dan arti kehidupan dapat kita temukan dalam secangkir kopi. Selama ada yang namanya kopi, orang-orang dapat menemukan dirinya di sini”.

Sabtu, 03 November 2018

DARI ARGOPENI KE SRATI: INTERPRETASI PENEMUAN KOIN KUNO DAN PELURU HINGGA KUBURAN KUNO


Siang itu penulis mengunjungi untuk kesekian kali lokasi bekas peninggalan Jepang di bukit Gajah, Argopeni, Kebumen yaitu sebuah bangunan yang tersebar di beberapa titik yang jumlahnya ada sembilan.


Kamis, 01 November 2018

MELACAK JEJAK TIGA NISAN DI KARANGDUREN GOMBONG


Pagi itu, penulis memenuhi ajakkan Pak Sigit Asmodiwongso (Kepala Rumah Martha Tilaar, Gombong) untuk melakukan sebuah penelusuran terhadap kawasan pekuburan umum Karangduren, Desa Keputihan, Kecamatan Gombong.

Di areal pekuburan umum tersebut ada satu rumah besar kuno yang menjadi kawasan pekuburan keluarga yang di dalamnya ada tiga nisan besar dan di sekitarnya ada beberapa nisan beberapa anggota keluarga lainnya. Di selatan rumah besar berisikkan tiga nisan besar, beberapa ratus meter dari rel kereta api, ada areal pemakaman keluarga yang di tembok dan agak rapat dipenuhi makam keluarga yang nampaknya masih terhubung dengan nisan yang berada di rumah besar kuno tersebut.

Sabtu, 20 Oktober 2018

PERCAKAPAN SEJARAH YANG RENYAH DALAM MEMOAR "ANAK KOLONG"


Bedah Buku "Anak Kolong" di Gedung Teater Perpusda Kebumen

Introduksi

Tahun 2017 saya berkesempatan untuk menuliskan review novel “Anak Kolong” karya Yan Lubis di Museum Rumah Martha Tilaar. Tahun 2018 kembali membuat review buku yang sama dengan penerbit yang berbeda. Jika buku pertama diterbitkan Aksara Buana maka saat ini beralih oleh Yayasan Obor.

            Tidak ada perubahan signifikan pada isi buku karena jumlah bab masih tetap ditutup hingga delapan bab. Hanya ada satu penambahan sub bab pada Bab V dengan judul Sandyakaling Dul Ayam dan perubahan nama judul dalam sub bab yang semula berjudul Ayam dan Bromocorah Papringan berganti menjadi Para Bromocorah di Papringan dan judul Pesta Lebaran di Papringan berubah menjadi Pesta Lebaran di Wonopringgo.

Rabu, 05 September 2018

KAWASAN SUDAGARAN DAN RUMAH TUA SAKSI BISU PERUBAHAN ZAMAN


Sejak lama jika melewati kawasan Jl. Ranggawarsita, penulis tertarik dengan sebuah bangunan tua yang hanya terlihat atap dan dindingnya yang tinggi dengan corak bangunan kolonial serta warna kusam namun tertutupi oleh sejumlah warung di tepian jalan

Minggu, 12 Agustus 2018

PANJAT PINANG DAN KESADARAN HISTORIS KITA

sumber: komunitashistoria.com

Telah lama digulirkan oleh sejumlah orang baik yang mengatasnamakan sejarawan dan budayawan, melalui media sosial on line khususnya yang menyampaikan sebuah opini bahwa lomba panjat pinang sudah seharusnya ditinggalkan oleh masyarakat kita. Di beberapa daerah kita telah melihat kemanjuran opini dan ajakkan ini karena lomba ini telah menghilang dari ingatan dan kebiasaan menjelang peringatan 17 Agustus.

Minggu, 29 Juli 2018

UNTOLD STORY AND RETHINKING ISRAEL AND PALESTINE


Sebuah Catatan dan Ulasan General Lecture (Mirjam Lucking)

Di Pondok Pesantren Al Kahfi, Somalangu, Kebumen


Ada yang menarik pagi itu (27 Juli 2018) saat untuk pertama kali memasuki kawasan kompleks Pondok Pesantren Al Kahfi, Somalangu, Kebumen. Tentu selain nama besar pesantren yang berkaitan dengan sejarah keberadaannya yang sangat tua (mesjidnya konon telah berdiri sebelum mesjid Demak) dan peristiwa-peristiwa ketengangan di tahun 1950-an di masa pembentukkan nation Indonesia, ini adalah langkah pertama memasuki areal kompleks pesantren yang luas tersebut. Bukan untuk menjadi pembicara melainkan menghadiri sebuah general lecture (kuliah umum) dengan menghadirkan Mirjam Lucking dari Hebrew University, Jerusalem.

Rabu, 27 Juni 2018

WARISAN: SEBUAH CATATAN PEMENTASAN


Warisan, kerap menimbulkan sejumlah persoalan yang berujung pada perebutan dan berakhir perselisihan bahkan bisa terjadi saling meniadakan satu sama lain, baik melalui jalur kontitusi (persidangan hukum) maupun non konstitusi, baik melalui jalur rasional maupun non rasional (perdukunan). Perselisihan terjadi jika pembagian warisan dirasa tidak memenuhi rasa keadilan atau salah satu pihak dari ahli waris melakukan manipulasi yang menguntungkan dirinya dan sejumlah alasan lain yang masih bisa kita deretkan

Selasa, 08 Mei 2018

JEJAK PERBENTURAN TRANSPORTASI KONVENSIONAL DAN MODERN DI ERA 1950-AN DI KEBUMEN


Kita masih teringat dengan perselisihan antara tukang beca dengan sopir taksi on line di pool Bis Damri beberapa waktu bukan? (Pengemudi Ojol Cekcok dengan Tukang Becak Gara-gara Berebut Penumpang - http://www.kebumenekspres.com/2018/02/pengemudi-ojol-cekcok-dengan-tukang.html). 

Demikian pula dengan demontrasi yang digelar beberapa waktu lalu di Karanganyar perihal penolakan sejumlah tukang beca terhadap dinamika era digital yang membentuk perubahan perilaku transportasi menjadi transportasi on line berbasis aplikasi (Gelar Demo, Sopir dan Tukang Becak Karanganyar Tolak Transportasi Online -http://www.kebumenekspres.com/2018/04/gelar-demo-sopir-dan-tukang-becak.html)?

Kamis, 22 Maret 2018

MENGAKHIRI STIGMA TERHADAP TIONGHOA


Disampaikan dalam acara Launching dan Bedah Buku “Ada Aku di antara Tionghoa dan Indonesia”,  
Gusdurian Kebumen, Klenteng Tridharma 22 Maret 2018


Stigma dan Identitas Sosial

Istilah-istilah berikut yaitu orang asing, orang aneh, orang berbahaya, orang sesat, merupakan istilah yang digunakan untuk menciptakan jarak antar kelompok orang, untuk menciptakan “yang lain” (the other) dan semua julukkan atau istilah di atas adalah penanda sebuah stigma. Secara umum, istilah adalah atribut yang mendiskreditkan atau tanda aib yang membuat orang lain melihat kita sebagai tidak dapat dipercaya, tercemar, tidak kompeten dll. Oleh karena itu, stigma adalah gagasan yang dibangun secara sosial tentang penerimaan sosial berdasarkan identitas dan asosiasi.

Selasa, 13 Maret 2018

PEMBUNUHAN DAN PATOLOGI SOSIAL DI SEKITAR KITA


Peristiwa pembunuhan sadis yang terjadi tanggal 9 Maret lalu di Buluspesantren dimana seorang anak kedapatan membacok leher hingga putus dan menewaskan ibu kandungnya sendiri hanya dikarenakkan tidak memberikkan uang Rp. 500.000 sebagaimana yang diinginkan si pembunuh, mengingatkan peristiwa satu tahun silam (9 Agustus 2017) di Adimulyo, perihal terbunuhnya seorang guru yang sedang bertamu oleh seseorang yang kedapatan mengalami gangguan kejiwaan. Beberapa tahun sebelumnya seseorang di Ambal mengalami kematian karena sabetan kampak tetangganya yang tengah kumat gangguan kejiwaannya (3 Oktober 2011). Sekalipun tidak sampai menimbulkan kematian, namun peristiwa pembacokkan terhadap dua orang di Bonorowo (12 Januari 2017) kembali melibatkan terdakwa seorang yang mengalami gangguan jiwa.

Sabtu, 10 Maret 2018

MEMBACA PERSOALAN SOSIAL DENGAN PERSPEKTIF SOSIOLOGI


Catatan dan Ulasan Buku, “ Kajian Analisis Sosial
Dengan Pendekatan Konsep Teori Tokoh Sosiologi Indonesia”

Disampaikan dalam Acara Bedah Buku dan Diskusi Tematik: Sosiologi Indonesia
oleh Ikatan Alumni Universitas Terbuka (IKA-UT) Kebumen, 
10 Maret 2018 di SMP 7 Kebumen


Dalam kehidupan sosial kita bukan hanya menemui ketertiban sosial namun juga akan menemui sejumlah fenomena sosial, gerak perubahan sosial serta berbagai persoalan sosial. Baik ketertiban sosial, fenomena sosial, perubahan sosial, maupun persoalan-persoalan sosial menjadi obyek pengkajian salah satu ilmu sosial yaitu Sosiologi.
 

Rabu, 07 Februari 2018

MEMBACA TINGGINYA ANGKA PERCERAIAN DI KEBUMEN

Koran Kebumen Ekspres kembali menyoroti angka perceraian yang tinggi di Kabupaten Kebumen. Jika di tahun 2016 mencapai 2.628 kasus maka di tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 2.736 kasus. Menariknya, kasus perceraian didominasi oleh pihak perempuan yang melakukan gugatan cerai dengan variasi penyebab gugatan (KE 6 Feb 2017).

Kamis, 01 Februari 2018

DISTORSI TOKOH "NYAI" DALAM PENTAS "NYAI RASMI"

Novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer merupakan bagian pertama dari Tetralogi Pulau Buru-nya. Keempat buku tersebut adalah (disertai tahun penerbitan dan pelarangan; semuanya diterbitkan Hasta Mitra) meliputi: Bumi Manusia (1980; 1981), Anak Semua Bangsa (1981; 1981), Jejak Langkah (1985; 1985), Rumah Kaca (1988; 1988). Novel ini mengisahkan tokoh utamanya yang bernama Minke seorang anak bupati di wilayah Jawa Tengah yang sekaligus siswa sekolah HBS (Hogere Burgerschool disingkat HBS adalah pendidikan menengah umum pada zaman Hindia Belanda untuk orang Belanda, Eropa atau elite pribumi). Selain sebagai siswa HBS, Minke kerap membuat cerita-cerita pendek yang dimuat di Koran S.N.v/d D dengan nama samaran Max Tollenar. Pertemanannya dengan Robert Shurhoof yang mengantarkan Minke mengenal seorang gadis bernama Annelies dan kakaknya bernama Robert Melema putri seorang Belanda bernama Mellema dan gundiknya bernama Nyai Ontosoroh. Nyai Ontosoroh sendiri sebermula bernama Sanikem. Dikarenakan dipercayakan mengelola Boerderij Buitenzorg di Wonokromo dan masyarakat pribumi Jawa tidak bisa mengeja dengan baik nama perusahaan tersebut, jadilah nama Ontosoroh untuk menamai Sang Nyai.

Rabu, 17 Januari 2018

ARCA GANESHA DI KEJAWANG


Nama Desa Kejawang memiliki kedudukkan historis yang dikaitkan dengan eksistensi Pangeran Diponegoro, dimana beberapa hari sebelum Pangeran Diponegoro melakukan perundingan di Magelang, dua desa yaitu Remo Kamal dan Kejawang menjadi tempat persinggahan sementara. Ravie Ananda dalam artikelnya, Kejawang-Karangsari, Keping Penutup Perang Dipanegara menyebutkan perihal Kejawang sbb, “Sebuah tempat di puncak gunung Tambaksari (kini Desa Kejawang kec. Sruweng) selama hampir 1,5 tahun menjadi tempat tinggal dan markas Pangeran Dipanegara. Dari tempat ini lah beliau mengatur strategi  peperangan  di wilayah Bagelen dan sekitarnya sehingga Pangeran Dipanegara dikenal sebagai Sultan van Kejawang” (1).

Senin, 15 Januari 2018

JEJAK JEPANG DI BUKIT GAJAH, ARGOPENI


Usianya sudah renta, namun ingatan dan pendengaran serta langkah kaki masih memperlihatkan jejak kelincahan pada masanya. Setiap pertanyaan yang disampaikkan dijawab dengan baik dan lancar sekalipun tidak banyak informasi dapat digali dari percakapan seputar keberadaan tempat pertahanan dan pengintaian Jepang berbentuk bangunan kotak yang ditutupi tanah yang terletak di Bukit Gajah, Desa Argopeni Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen, berjarak 200 meter sebelah Timur Wisata Alam Wanalela. Dialah Mbah  Kamulya (89 tahun) yang merupakan satu-satunya saksi hidup yang pernah terlibat dalam pembangunan  tempat pengintaian dan pertahanan Jepang tersebut.