Rabu, 11 Desember 2013

EKSOTIKA KEBUMEN: MAKSIMALISASI POTENSI GEOWISATA PANTAI MENGANTI


Dalam artikel sebelumnya, Melibatkan Potensi Geografis dan Historis Pada Kurikulum Pendidikan di Kebumen[1],saya menuliskan beberapa lokasi yang memiliki potensi geografis dan historis agar dimasukkan dalam kurikulum lokal pendidikan di Kebumen untuk membangun jati diri. Namun kali ini saya hendak menuliskan opini bahwa beberapa potensi geografis tertentu di wilayah Kabupaten Kebumen untuk dimanfaatkan secara maksimal sebagai wilayah pariwisata.

Pariwisata: Definisi & Potensi Kewisataan Kebumen

Undang-Undang RI No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan di Pasal 1 menjelaskan mengenai Wisata, Wisatawan, Pariwisata sbb:
  1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. .
  2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
  3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah Daerah[2]
Kabupaten Kebumen mempunyai luas wilayah sebesar 128.111,50 ha atau 1.281,11 km² dengan kondisi beberapa wilayah merupakan daerah pantai dan pegunungan, namun sebagian besar merupakan dataran rendah[3]. Di wilayah-wilayah pantai dan pegunungan inilah terletak berbagai potensi geografis yang sudah dan perlu dikembangkan serta dimaksimalkan menjadi potensi-potensi kewisataan.

Kamis, 05 Desember 2013

NILAI DAN KANDUNGAN BATUAN KARANGSAMBUNG SERTA PROBLEM KEEKONOMIAN PENGRAJIN BATUAN



Saya memiliki kegemaran mengoleksi berbagai cincin atau batu akik. Saat saya hendak mencari emban (penopang batu akik) yang baru, saya bertemu dengan seseorang yang mengatakan bahwa batu-batuan di wilayah Sungai Luk Ulo dan Kebumen pada umumnya tidak bagus untuk dijadikan batu akik. Orang tersebut mengatakan bahwa berbagai batu akik yang dijual di wilayah Kebumen lebih banyak batuan yang berasal dari luar Kebumen, baik dalam negeri maupun luar negeri.

Pernyataan ini mendorong saya untuk melakukan penelusuran dan pembuktian. Penelusuran dan pembuktian pertama adalah dengan mendatangi LIPI Karangsambung untuk mendapatkan penjelasan obyektif dari sudut pandang keilmuan Geologi dan mewawancarai Bapak Chusni Ansori, MT. Selaku Peneliti Madya. Penelusuran kedua adalah dengan mendatangi salah satu pengrajin di wilayah Sadang (utara LIPI) dan mewawancarai Bapak Supratikno.

Nilai Supranatural dan Nilai Natural Ilmiah

Saat penulis mewawancari Bapak Chusni Ansori, ada sebuah penjelasan yang cukup menarik terkait nilai batuan Karangsambung. Menurutnya, ada dua kelompok pemahaman yang memiliki kesimpulan berbeda terhadap obyek yang sama yaitu batuan Karangsambung. 

Kelompok pertama, adalah mereka yang menekuni dunia supranaturalis berkeyakinan bahwa batuan tertentu yaitu Eklogit dan Amfibolit mengandung daya penyembuh untuk berbagai penyakit. Proses penyembuhan dengan memanfaatkan khasiat bebatuan yang dilambari doa tertentu dan dioleskan kepada tubuh tertentu yang mengalami sakit. Bapak Chusni Ansori menyebut salah satu nama tokoh supranaturalis di wilayah Klirong yang biasa menggunakan media batuan Karangsambung untuk dipergunakan bagi proses terapeutik. Menurut beliau, batuan-batuan yang dikategorikan memiliki kemampuan supranatural tersebut jika ditelaah secara keilmuan Geologi memang termasuk bebatuan yang terbentuk dengan derajat panas dan energi yang besar. Dengan kata lain, ada korelasi ilmiah antara keyakinan supranatural terhadap bebatuan tertentu dikaitkan dengan proses pembentukannya di dalam perut bumi. Menurut Awang Harun Satyana, “Eklogit adalah batuan metamorf regional yang terbentuk pada temperatur dan tekanan tinggi(tekanan > 14 kilobar (> 1,2 Gigapascal), temperatur > 550 C, pada kedalaman > 45 km (lihat diagram fasies metamorfik terlampir). Eklogit dapat merupakan transformasi dari batuan basa/mafik seperti lava basal dan tuf basaltik, atau gabro dalam lingkungan mantel setelah memasuki fasies metamorfik sekis biru atau amfibolit. Tetapi eklogit juga dapat merupakan batuan beku hasil pembekuan magma di kerak bagian bawah atau mantel bagian atas”[1]. Menurut keterangan Bapak Chusni, Eklogit yang mengandung Garnet oleh para supranaturalis diusapkan pada bagian tertentu yang sakit sehingga mengalami kesembuhan. Garnet sendiri bermakna, “Salah satu dari sekelompok batu silikat semi mulia yang berkisar dari warna dari merah ke hijau. Garnet memiliki kekerasan 6-8 dan berat jenis 3,5-4,3”[2].