Tanggal 2 Juli 2021, penulis menerima pesan singkat agar meninjau dan memberikan penilaian terhadap sebuah penampakan batu bata merah berbalut semen putih campuran di hamparan pasir beberapa ratus meter dari bibir pantai Brecong.
Setelah tiba di lokasi dan
meminta sejumlah masyarakat yang berada di kawasan pantai Brecong untuk
menggali dan memperlebar wilayah galian di sekitar penampakkan batu bata merah
besar tersebut, maka dapat terlihat sebuah struktur lantai yang tersusun dari
sejumlah batuan yang padat. Sementara batu bata merah yang muncul di pasir
ketika digali beberapa meter sudah menampakkan seperti tembok penyusun karena
terdiri dari sejumlah batu bata merah dengan ukuran besar.
Beberapa tahun sebelumnya, Juru
Kunci petilasan pertapaan Jaka Sangkrip (Arung Binang I) yaitu Lasija yang
menemukan batu bata merah yang timbul di atas pasir tersebut sudah melaporkan ke
pemangku kepentingan terkait namun belum mendapatkan tanggapan.
Penulis memutuskan untuk meminta
masyarakat menutup kembali penyingkapan struktur tersebut dan segera melaporkan
hasil penemuan tersebut ke pihak yang lebih berkompeten menangani persoalan ini
yaitu Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB).
Karena situasi pandemi Covid-19
masih tinggi dan diberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)
maka pihak BPCB Jateng belum dapat menindaklanjuti laporan tersebut. Pada tanggal
10 November 2021, pihak BPCB Jateng akhirnya memberikan respon dan akan
meninjau lokasi. Pada tanggal 11 November 2021 dilakukan peninjauan dan
penggalian. Dalam kondisi cuaca mendung dan hujan gerimis proses penggalian
dilakukan dengan lancar.
Dari hasil penggalian awal yang
dilakukan oleh BPCB Jateng (Bapak Harun dan Bapak Junawan) dengan disaksikan dari Dinas Pendidikan Kebumen
(Ibu Aang Seha) dan Kepala Desa Brecong (Bapak Triyono) serta beberapa masyarakat
didapatkan sejumlah penampakkan struktur yang lebih luas sekalipun belum dapat
dipastikan ukuran menyeluruh dan wujud utuh struktur bangunan tersebut.
Setidaknya struktur tersebut
memiliki ukuran sementara memanjang dari barat ke timur sepanjang 660 mtr dan
tiap 330 mtr terdapat umpak bekas pilar. Mengapa disebutkan “ukuran sementara”
karena penggalian belum dilakukan secara menyeluruh dan dimungkinkan masih
ditemui struktur lanjutan di bawah pasir yang kedudukannya meninggi di atas
pasir laut lainnya.
Bangunan apakah kiranya gerangan
yang menyisakan sebuah struktur lantai bangunan yang tertutup pasir tersebut?
Jika mengumpulkan dari sejumlah informasi dari cerita tutur masyarakat, di
kawasan pantai Brecong ini masih ditemui sejumlah struktur bangunan yang
terlihat seperti kamar dan sudah tertutup gunungan pasir. Lokasinya beberapa
ratus meter ke arah barat laut dari penampakkan struktur lantai bangunan
tersebut.
Sebagaimana dalam artikel
sebelumnya (Teguh Hindarto, Brecong
(Bagian Pertama): Jejak Jaka Sangkrip dan Syukuran Arung Binang VII Menerima
Gouden Ster - http://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2021/07/brecong-bagian-pertama.html#more),
sangat mungkin bahwa penampakkan struktur lantai bangunan ini adalah
pesanggrahan yang dipergunakan untuk melakukan selamatan dan syukuran Arung
Binang VII karena telah menerima Gouden
Ster (bintang emas) karena prestasi kerjanya di bidang pemerintahan
Kebumen.
Penerimaan bintang emas
dilaksanakan di pendopo kabupaten Kebumen tanggal 13 Desember 1926 dengan
dihadiri bupati Karanganyar, Purworejo, Kutoarjo juga Residen Kedu Van der
Jagt, asisten residen Kebumen, kontrolir Kebumen (De Locomotief, 15 Desember 1926)
Setelah menerima bintang emas,
pada tanggal 10 Januari 1927 Arung Binang VII (Maliki Soerjomihardjo)
mengadakan selamatan agung (groote slametan)
sebagaimana laporan sebuah berita berjudul, R.A.
Aroengbinang Gehuldigd (R.A. Aroengbinang Menerima Penghormatan) yang
dimuat surat kabar De Locomotief (21
Januari 1927) sbb:
Pada hari Minggu tanggal 10 di Bretjong, salah satu pantai selatan yang
berjarak 12 pal dari Keboemen, sebuah pesta besar diadakan untuk menghormati
bupati oleh masyarakat kecamatan (onder district) Boeloespesantren. Pesta yang
dimulai pukul 10 sangat sukses. Banyak wanita dan pria dari kota mendatangi
pesta perayaan tersebut.
Dalam laporan berita tersebut
sangat jelas disebutkan dua lokasi yaitu pesanggrahan dan rumah pedesaan
(buitenverblijft) untuk mengingat pertapaan Jaka Sangkrip alias Arung Binang I
sebagaimana dikatakan, Sedert een paar jaren is op die plaats
een Pasanggrahan door de bevolking gebouwd (Sebuah Pasanggrahan telah dibangun di lokasi itu oleh
penduduk selama beberapa tahun ini).
Menilik
data dokumen surat kabar di atas, sangat mungkin bahwa penampakkan struktur
lantai dan bangunan yang telah dilakukan penggalian tersebut adalah bagian dari
lantai dan sisa tembok pesanggrahan.
Penulis
memiliki sejumlah foto yang memperlihatkan penampakkan pesanggrahan dan tempat
peristirahatan di pantai selatan Kebumen. Foto ini penulis terima dari Conrad
Worlding yang kedua orang tuanya (Oscar dan Nelly) pernah bekerja di Mexolie
dari tahun 1933-1942. Dalam foto yang diberi keterangan dalam bahasa Prancis, Du picnic au bord de la mer, avec les Leeyke
Roskob ...bomme marmite de nasi goreng (Tamasya di tepi laut bersama Leeyke
Roskob...panci masak nasi goreng)
Mempertimbangkan
keberadaan foto pesanggrahan tersebut, sangat mungkin keberadaan struktur
lantai dan bangunan tertimbun pasir ini adalah bekas pesanggrahan era Arung
Binang VII saat mengadakan upacara selamatan.
Jika
benar demikian, maka sejumlah kawasan yang diduga masih menyimpan struktur
bangunan lainnya dapat dilakukan penggalian dengan melibatkan pemangku
kepentingan terkait. Penemuan-penemuan ini dapat mengarahkan kita untuk
merekonstruksi peran pantai Bercong di era kolonial. Selain itu, dapat menjadi
daya tarik wisata pantai yang bukan hanya menawarkan keindahan melainkan jejak-jejak
peninggakan bersejarah.
Puji Tuhan...., Lanjutkan karyanya pak....akan menambah perbendaharaan tempat2 beesejarah di kota Kebumen🙏
BalasHapus