Tanggal 31 Desember 1935
merupakan bulan kelabu bagi Kabupaten Karanganyar. Nasibnya sebagai sebuah
kabupaten yang berdiri pasca berakhirnya Perang Jawa harus berakhir. Karanganyar harus menerima sebuah kenyataan
zaman di mana bersama dua kabupaten lainnya yaitu Batang dan Purwokerto harus
mengalami nasib yang sama yaitu dihapuskan statusnya sebagai sebuah kabupaten.
Tahun sebelumnya (1934) Kutoarjo telah lebih dahulu mengalami nasib dihapus
statusnya sebagai sebuah kabupaten (Regenten
Wisseling, De Locomotief, 21 Januari 1936).
Artikel dengan judul, Opheffing 3-tal Regentschappen
(Penghapusan Tiga Kabupaten) yang dimuat koran Soerabaiasch Handelsblad (16
Desember 1935) menjelaskan bagaimana penghapusan ketiga kabupaten berdampak pada
penghematan anggaran negara (dalam hal ini pemerintahan Belanda) sebagaimana
dikatakan:
Penghematan yang akan diperoleh dari merger diperkirakan mencapai 97.000. - florin setiap tahunnya terutama
karena pengurangan jumlah tuan-tuan, patih dan asisten residen serta akibat
pengurangan staf karena penutupan kantor-kantor administrasi yang bersangkutan
Beberapa bulan sebelumnya yaitu
Maret 1935 telah terjadi kegelisahan dan penolakan di Dewan Kabupaten terkait rencana
penghapusan ini. Sebagaimana dilaporkan sebuah artikel dengan judul, Moet Karanganjar Opgeheven (Haruskah
Karanganyar Dihapuskan?) yang dimuat harian De Locomotief (1 Maret 1935) bahwa mereka tidak kalah potensi
keekonomiannya dengan Kebumen. Memiliki pabrik minyak dan juga pengunduhan
sarang lawet dll.
Apa yang harus terjadi tidak
dapat disangkali. Akhirnya pada tanggal 1 Januari 1936 Kabupaten Karanganyar
dimerger menjadi wilayah kecamatan dari Kabupaten Kebumen.
Pertanyaan menggelitiknya adalah,
mengapa Karanganyar yang statusnya grooter
en rijker aan bevolking is (lebih besar wilayahnya dan lebih kaya
penduduknya) dibandingkan Kebumen justru yang harus dihapuskan?
Apa penyebab Karanganyar
dihapuskan d statusnya sebagai kabupaten dan mengapa Karanganyar yang
dihapuskan padahal notabene wilayahnya
lebih luas dari Kebumen (Pejagoan adalah distrik paling timur dari
Karanganyar)? Pertanyaan-pertanyaan ini telah saya jawab dalam artikel ilmiah
dengan judul, Sociological Perspective on
the Elimination of Karanganyar Regency as an Impact of the 1930s Economic
Depression ( Jurnal Sosiologi Simulacra,
Vol 3, Issue 1, June 2020). Bagi yang berminat mengkaji, dapat membaca
naskahnya di tautan berikut:
https://journal.trunojoyo.ac.id/simulacra/article/view/7201
Bagaimana nasib mantan Bupati
Karanganyar Iskandar Tirtokoesoemo setelah tidak menjabat? Beliau dipindah
tugaskan menjadi Bupati Demak. Dalam sebuah berita berjudul, Het Officieele Afscheid (Perpisahan
Resmi) yang dimuat Algemeen Handelsblad
voor Nederlandsch-Indië (22 Januari 1936) dilaporkan suasana keberangakatan
dan perpisahan bupati Iskandar Tirtokoesoemo pada jam 09.00, Minggu bulan
Januari 1936.
Dengan dihadiri tiga ratusan
priyayi, lurah dan penduduk Karanganyar, Kebumen, Cilacap dan pejabat dari
etnis Tionghoa serta pejabat Belanda al., F. Van Bruggen, Asisten Residen dan
Bupati Poerworedjo dan Ketua Landraad, Pak Koesnoen, serta W. Willemse,
Administratuer Pabrik Minyak.
Keberangkatan dimulai dari Dalem Kasepoehan, rumah ibunda Iskandar
Tirtoekoesoemo dan bukan kantor kabupaten. Dr. Roestamadji menyampaikan pidato
sambutan atas nama penduduk Karanganyar dan menyerahkan sebuah album foto
cantik berisikan foto-foto indah bangunan dan sudut-sudut kota Karanganyar yang
masukkan dalam kotak kayu berukir indah kemudian diserahkan kepada mantan
bupati Karanganyar yang telah berkarya selama 24 tahun tersebut. Sementara
Bupati Purworejo menyampaikan sambutan atas nama kabupaten Kebumen yang
diperluas wilayahnya.
Saat saya menuliskan artikel ini,
sungguh turut merasakan suasana haru dan kesedihan sebagaimana digambarkan
dalam laporan berita bahwa pekarangan kasepoehan hitam karena orang-orang (zag
zwart van het volk) dan Pagar tebal
orang (een dikke haag van menschen) terbentuk di sepanjang jalan; Anak-anak
sekolah beserta gurunya berbaris di sepanjang jalan untuk menyambut bupati yang
akan berangkat.
Demikianlah kisah Kabupaten
Karanganyar berakhir. Kiranya kisah dan kenangan ini menjadi sebuah catatan
sejarah yang diingat bahwa pada suatu masa, Karanganyar pernah menjadi sebuah
kabupaten yang dinamis dengan potensi alam berupa pengunduhan sarang walet dan
keberadaan pabrik minyak baik swasta Belanda maupun swasta Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar