Selasa, 29 Desember 2020

NASIB KABUPATEN KARANGANYAR DI PENGHUJUNG DESEMBER 1935

Tanggal 31 Desember 1935 merupakan bulan kelabu bagi Kabupaten Karanganyar. Nasibnya sebagai sebuah kabupaten yang berdiri pasca berakhirnya Perang Jawa harus berakhir.  Karanganyar harus menerima sebuah kenyataan zaman di mana bersama dua kabupaten lainnya yaitu Batang dan Purwokerto harus mengalami nasib yang sama yaitu dihapuskan statusnya sebagai sebuah kabupaten. Tahun sebelumnya (1934) Kutoarjo telah lebih dahulu mengalami nasib dihapus statusnya sebagai sebuah kabupaten (Regenten Wisseling, De Locomotief, 21 Januari 1936).

Artikel dengan judul, Opheffing 3-tal Regentschappen (Penghapusan Tiga Kabupaten) yang dimuat koran Soerabaiasch Handelsblad (16 Desember 1935) menjelaskan bagaimana penghapusan ketiga kabupaten berdampak pada penghematan anggaran negara (dalam hal ini pemerintahan Belanda) sebagaimana dikatakan:

Penghematan yang akan diperoleh dari merger diperkirakan mencapai  97.000. - florin setiap tahunnya terutama karena pengurangan jumlah tuan-tuan, patih dan asisten residen serta akibat pengurangan staf karena penutupan kantor-kantor administrasi yang bersangkutan

Beberapa bulan sebelumnya yaitu Maret 1935 telah terjadi kegelisahan dan penolakan di Dewan Kabupaten terkait rencana penghapusan ini. Sebagaimana dilaporkan sebuah artikel dengan judul, Moet Karanganjar Opgeheven (Haruskah Karanganyar Dihapuskan?) yang dimuat harian De Locomotief (1 Maret 1935) bahwa mereka tidak kalah potensi keekonomiannya dengan Kebumen. Memiliki pabrik minyak dan juga pengunduhan sarang lawet dll.

Apa yang harus terjadi tidak dapat disangkali. Akhirnya pada tanggal 1 Januari 1936 Kabupaten Karanganyar dimerger menjadi wilayah kecamatan dari Kabupaten Kebumen.

Pertanyaan menggelitiknya adalah, mengapa Karanganyar yang statusnya grooter en rijker aan bevolking is (lebih besar wilayahnya dan lebih kaya penduduknya) dibandingkan Kebumen justru yang harus dihapuskan?

Apa penyebab Karanganyar dihapuskan d statusnya sebagai kabupaten dan mengapa Karanganyar yang dihapuskan padahal  notabene wilayahnya lebih luas dari Kebumen (Pejagoan adalah distrik paling timur dari Karanganyar)? Pertanyaan-pertanyaan ini telah saya jawab dalam artikel ilmiah dengan judul, Sociological Perspective on the Elimination of Karanganyar Regency as an Impact of the 1930s Economic Depression ( Jurnal Sosiologi Simulacra, Vol 3, Issue 1, June 2020). Bagi yang berminat mengkaji, dapat membaca naskahnya di tautan berikut:

https://journal.trunojoyo.ac.id/simulacra/article/view/7201

https://www.academia.edu/43380974/Perspektif_Sosiologis_Penghapusan_Kabupaten_Karanganyar_Sebagai_Dampak_Depresi_Ekonomi_1930_an_Sociological_Perspective_on_the_Elimination_of_Karanganyar_Regency_as_an_Impact_of_the_1930s_Economic_Depression_

https://www.researchgate.net/publication/342315991_Sociological_perspective_on_the_elimination_of_Karanganyar_Regency_as_an_impact_of_the_1930s_economic_depression

http://lipi.go.id/publikasi/sociological-perspective-on-the-elimination-of-karanganyar-regency-as-an-impact-of-the-1930s-economic-depression/35143

Bagaimana nasib mantan Bupati Karanganyar Iskandar Tirtokoesoemo setelah tidak menjabat? Beliau dipindah tugaskan menjadi Bupati Demak. Dalam sebuah berita berjudul, Het Officieele Afscheid (Perpisahan Resmi) yang dimuat Algemeen Handelsblad voor Nederlandsch-Indië (22 Januari 1936) dilaporkan suasana keberangakatan dan perpisahan bupati Iskandar Tirtokoesoemo pada jam 09.00, Minggu bulan Januari 1936.

Dengan dihadiri tiga ratusan priyayi, lurah dan penduduk Karanganyar, Kebumen, Cilacap dan pejabat dari etnis Tionghoa serta pejabat Belanda al., F. Van Bruggen, Asisten Residen dan Bupati Poerworedjo dan Ketua Landraad, Pak Koesnoen, serta W. Willemse, Administratuer Pabrik Minyak.

Keberangkatan dimulai dari Dalem Kasepoehan, rumah ibunda Iskandar Tirtoekoesoemo dan bukan kantor kabupaten. Dr. Roestamadji menyampaikan pidato sambutan atas nama penduduk Karanganyar dan menyerahkan sebuah album foto cantik berisikan foto-foto indah bangunan dan sudut-sudut kota Karanganyar yang masukkan dalam kotak kayu berukir indah kemudian diserahkan kepada mantan bupati Karanganyar yang telah berkarya selama 24 tahun tersebut. Sementara Bupati Purworejo menyampaikan sambutan atas nama kabupaten Kebumen yang diperluas wilayahnya.

Saat saya menuliskan artikel ini, sungguh turut merasakan suasana haru dan kesedihan sebagaimana digambarkan dalam laporan berita bahwa pekarangan kasepoehan hitam karena orang-orang (zag zwart van het volk)  dan Pagar tebal orang (een dikke haag van menschen) terbentuk di sepanjang jalan; Anak-anak sekolah beserta gurunya berbaris di sepanjang jalan untuk menyambut bupati yang akan berangkat.

Demikianlah kisah Kabupaten Karanganyar berakhir. Kiranya kisah dan kenangan ini menjadi sebuah catatan sejarah yang diingat bahwa pada suatu masa, Karanganyar pernah menjadi sebuah kabupaten yang dinamis dengan potensi alam berupa pengunduhan sarang walet dan keberadaan pabrik minyak baik swasta Belanda maupun swasta Jawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar