Rabu, 03 Agustus 2022

KANAL TELOMOYO: SEBUAH AWAL DI TAHUN 1889

Tanggal 30 Oktober 2020 lalu tanggul Sungai Telomoyo atau Kanal Telomoyo yang melintasi Kecamatan Puring mengalami kerusakan usai diterjang banjir akibat hujan deras. Air sungai meluap membanjiri sejumlah kawasan di Desa Madurejo dan Desa Sidobunder.

Tanggal 5 Maret 2022 lalu, akibat hujan deras sepanjang malam maka Jembatan Cilamaya di atas Sungai Telomoyo yang dibangun Tahun 2010 putus. Saat ini lokasi jembatan masih terputus dan untuk menghubungkan Desa Wetan Kulon, Puring dengan Desa Pesuruhan, Puring dibangun sebuah jembatan darurat dari pohon bambu. Jembatan wot ogal-agil (bergoyang) ini membuat siapapun yang melewatinya berdegup dan menghela nafas sejenak. Betapa tidak, jika melewati jembatan ini sangat trasa guncangan akibat roda motor bertemu dengan anyaman bambu yang lentur.

Omong-omong mengenai Kanal Telomoyo yang sempat mengalami kerusakan, ternyata kanal ini telah dibangun di masa pemerintahan Hindia Belanda khususnya di masa Asisten Residen Karanganyar bernama Hardeman bertugas di Afdeeling Kebumen dan Regentschap Kebumen dan Regentschap Karanganyar. Sebuah keterangan menarik dan berharga kita dapatkan dari laporan Bataviaasch Nieuwsblad (4 Maret 1889). 

Dalam surat kabar tersebut dilaporkan bahwa tanggal 24 Februari 1889 mengenai penyerahan tugas dari asisten residen yang lama yaitu Hardeman kepada asisten residen yang baru yaitu Drosaers yang dihadiri Residen Bagelen. Tahun 1889 berarti Karanganyar masih dipimpin Bupati Raden Tumenggung Soekadis Kerto Negoro (Teguh Hindarto,  Melacak Jejak Raden Soekadis Kertanegara dan Nama-Nama Bupari Karanganyar Sebelum Digabungkan Dengan Kebumen -https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2022/01/melacak-jejak-raden-soekadis.html)

Setelah pemberian surat jabatan, Residen Bagelen memberikan sambutan di mana dirinya memberikan apresiasi atas kinerja Hardeman selama ini khususnya dalam kontribusinya membangun Kanaal Telomoyo. Dalam catatan kaki surat kabar tersebut bahwasanya kanal Telomoyo dibangun dalam waktu 20 hari sepanjang 11 kilometer dengan ketinggian 20-50 meter dan kekuatan tanah 400,000 m3. Pembangunan kanal itu sendiri dimaksudkan untuk mengatasi banjir yang meluapi pesawanan penduduk sehingga merusak proses panen padi.

Surat kabar ini memberikan laporan suasana setelah Residen Bagelen memberikan sambutan di mana ada momen foto bersama para pejabata kabupaten Karanganyar, meminum sampanye serta parade musik oleh para siswa Pupillen School di Gombong (Apa dan bagaimana Pupillen Scholl dapat membaca dalam artikel berikut, Teguh Hindarto, Suasana Gombong Menurut Testimoni 1898 https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2021/09/suasana-gombong-menurut-testimoni-1898.html ). Acara ditutup dengan perpisahan di mana Hardeman berangkat meninggalkan Karanganyar dengan menggunakan kereta api.

Kelak pada tahun 1895 – sebagaimana dilaporkan surat kabar yang sama yaitu Bataviaasch Handelsblad (14 September 1895) – kanal Telomoyo ini diperlebar oleh Burgerlijke Openbare Werken (Departemen Pekerjaan Umum). Namun bukan dengan cara manual seperti pada tahun sebelumnya. Meskipun beritanya singkat namun diterangkan bahwa pelebaran melibatkan peran teknologi baru (dipergunakan istilah een nieuw systeem alias sistem baru) yang sedang diujicobakan yaitu untuk menyedot air sungai dan lumpur serta dilakukan pengalihan.

Demikianlah jejak-jejak pemerintahan Hindia Belanda di eks Kabupaten Karanganyar di bidang pembangunan saluran irigasi.

2 komentar: