Rabu, 21 Desember 2022

R.A.A. TIRTOKOESOEMO DAN BOEDI OETOMO SERTA URGENSINYA DALAM PENAMAAN JALAN

Nama organisasi Boedi Oetomo (Budi Utomo) tentu sudah sangat akrab di telinga kita bukan? Organisasi yang ditetapkan kelahirannya pada tanggal 20 Mei 1908 silam ini dianggap sebagai tonggak pertama kemunculan gerakan mencapai kemerdekaan Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa.

Nama-nama seperti R.Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Soeradji Tirtonegoro, Gondo Soewarno, Soelaiman, Angka Prodjosoedirdjo, M. Soewarno, Mohammad Saleh, dan RM. Goembrek dikenang sebagai pendiri Budi Utomo (para mahasiswa sekolah kedokteran, School tot Opleiding van Inlandsche Artsen-STOVIA) yang kerap berinteraksi dan berdiskusi dengan pemikiran dr. Wahidin Soedirohoesodo selaku penggagas.

Beberapa tujuan pendirian organisasi Boedi Oetomo al: (1) Menyandarkan kedudukan masyarakat Jawa, Sunda, dan Madura pada diri sendiri (2) Berusaha meningkatkan kemajuan mata pencarian serta penghidupan bangsa dengan memperdalam kesenian dan kebudayaan Menjamin kehidupan sebagai bangsa yang terhormat (3) Memfokuskan pada masalah pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan (4) Membuka pemikiran penduduk Hindia Belanda seluruhnya, tanpa melihat perbedaan keturunan, jenis kelamin, serta agama.

Sekalipun para penggagas dan pendiri didominasi intelektual muda dari STOVIA, namun kepemimpinan organisasi ini dipegang oleh golongan tua yang dianggap memiliki pengalaman di bidang organisasi. Kongres pertama di Yogyakarta (3-5 Oktober 1908) berhasil menetapkan nama R.A.A.Tirtoekoesoemo, Bupati Karanganyar, menjadi Ketua Boedi Oetomo.

Sekalipun Tirtokeosomo adalah Bupati Karanganyar (dilantik tanggal 28 Maret 1903), namun tidak banyak masyarakat Karanganyar dan Kebumen yang mengenalnya sebagai Ketua Boedi Oetomo pertama. Beberapa buku sejarah hanya mengulasnya secara sekilas

Dalam sebuah berita kewafatan R.A.A. Tirtokoesoemo yang dimuat surat kabar De Telegraaf (7 November 1924) diperoleh keterangan berharga perihal prestasi dan dedikasi kerja beliau semasa sebelum menjabat dan saaat menjabat sebagai Bupati Karanganyar. Sebagai anak Bupati Madiun, Tirtokoesoemo meniti karir awal sebagai juru tulis (schrijver) dari Hakim Kihsinger di Jawa Tengah. Karir perdananya inilah yang membuatnya memiliki kemampuan berbahasa Belanda yang baik.

Karena minatnya pada dunia pertanian maka Tirtokoesoemo melanjutkan ke sekolah pertanian (Landbouwschool) dimana Prof DR. Treub sebegai direkturnya. Tiga tahun kemudian menjadi seorang asisten guru.

Berbekal pengetahuan teoretis dan praktis tentang pertanian pribumi, Tirtokoesoemo dipindahkan ke administrasi pribumi dan diangkat menjadi asisten Wedono dari kecamatan Kedu di Afdeling Temanggung. Prestasi gemilangnya menuntun dirinya menjadi seorang hakim pribumi dan patih (sekretaris) di Magelang.

Selain menjabat sebagai Bupati Karanganyar dan Ketua Boedi Oetomo, Tirtokoesoemo mendirikan Sekolah Wanita (Meisje School) dengan diketuai salah satu putrinya yang bernama Raden Adjeng Soewito.

Beliau menghabiskan masa pensiunnya pada usia 60 tahun dengan meneruskan minatnya dalam dunia pertanian dan menanaminya dengan kelapa dan padi lahan seluas 40 H.A. di desa Cikondang Kabupaten Cilacap (Teguh Hindarto, Mengenang Tirtokoesoemo:Ketua Boedi Oetomo - https://www.qureta.com/post/mengenang-tirtokoesoemo)

Keberadaan R.A.A. Tirtokoesoemo sebagai Ketua Boedi Oetomo pertama dapat dilihat dari penjelasan dalam sebuah artikel berjudul, Boedi-Oetomo in tien jaren 1908-1918 (Sepuluh Tahun Boedi Oetomo 1908-1918) yang dimuat De Locomotief (5 Juli 1918) sbb:

Oleh karena itu, tanggal 5 Oktober 1908 dianggap sebagai hari berdirinya (de oprichtingsdag) Boedi Oetomo yang seharusnya ditulis dengan huruf emas (gulden letters) dalam sejarah Jawa dan Madura. Sesuai keputusan kongres pertama (het eerste congres), tujuan yang hendak dicapai dipercayakan kepada R.A.A. Tirtokoesoemo, bupati Karanganjar (Kedoe) saat itu, sekarang pensiun dan berkedudukan di Sidoredjo. Dia adalah presiden pertama (de eerste president) dari pemerintahan utama Boedi Oetomo.

Nama “Sidoredjo” yang dimaksud dalam surat kabar tersebut adalah “Sidareja” di Cilacap. Sebagaimana keterangan surat kabar De Telegraf sebelumnya bahwa beliau menghabiskan masa tua di Cilacap.

R.A.A. Tirtokoesoemo bukan hanya piawai di bidang birokrasi dan pertanian namun beliaupun berkontribusi bagi pengentasan kemiskinan masyarakatnya dengan mendirikan koperasi Sedija Madjoe yang kelak akan menjadi sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengumpulan kelapa untuk dibuat minyak (Teguh Hindarto, Wetan Kalu Kulon Kali: Mengenang Kabupaten Karanganyar Hingga Penggabungan Dengan Kabupaten Kebumen 1936, Yogyakarta: Deepublish, 2021)

Melihat jasa baik dan berbagai kontribusi R.A.A. Tirtokoesoemo di masa lalu, sudah selayaknya pemerintahan Kabupaten Kebumen memberikan penghormatan dan menyematkan kenangan terhadap beliau dengan menjadikan nama R.A.A. Tirtokoesoemo dan Boedi Oetomo menjadi sebuah nama jalan di wilayah Kecamatan Karanganyar, kabupaten Kebumen.

Dengan menyematkan nama R.A.A. Tirtokoesoemo kita bukan hanya memberikan penghormatan melainkan memberikan informasi historis dan edukasi mengenai Karanganyar sebagai sebuah kabupaten (regentschap) bersama Kebumen yang berdiri sejak 1832-1935, sebelum akhirnya dihapuskan status kabupatennya dan digabungkan dengan Kebumen tahun 1936. Putranya yang bernama Iskandar Tirtokoesoemo Bupati Karanganyar terakhir dan pendiri Ziekenhuis Nirmolo atau Rumah Sakit Nirmolo yang sekarang menjadi Puskesmas Karanganyar.

Dengan menyematkan nama Boedi Oetomo kita memberikan penghormatan dan pengakuan bahwa Ketua Boedi Oetomo pertama itu adalah Bupati Karanganyar. Selama ini kita hanya mendengar nama besar dr Wahidin atau dr Soetomo. Sekalipun R.A.A. Tirtokoesoemo bukan penggagas dan pendiri, namun penunjukkan selaku ketua pertama Boedi Oetomo adalah sebuah pengakuan mengenai kompetensi dan dedikasi beliau di bidang organisasi

Yang tidak kalah pentingnya adalah pemerintahan daerah khususnya Kecamatan Karanganyar dapat memberikan penanda terhadap kompleks makam keluarga R.A.A. Tirtokoesoemo dan R.A.A. Iskandar Tirtokoesoemo di Karangkemiri dengan memberikan plang Cagar Budaya (Teguh Hindarto, Mencari Tirtoekoesoemo di Desa Karang Kemiri - https://www.qureta.com/post/mencari-tirtoekoesoemo-di-desa-karang-kemiri).

Kiranya tulisan ini dapat menjadi landasan argumen historis bagi para pemangku kepentingan terkait untuk menjadikan nama R.A.A. Iskandar Tirtokoesoemo dan Boedi Oetomo sebagai nama jalan di Kecamatan Karanganyar

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar