Jumat, 15 Juli 2022

PAMERAN TERNAK DAN PERESMIAN PASAR BARU DI DESA WONOKROMO, ALIAN TAHUN 1928

Sebuah arak-arakan rombongan sebanyak 13 mobil memasuki Desa Sawangan (Alian) menuju Desa Wonokromo. Di depan rombongan dihantar oleh sepasukan kendaraan yang mengangkut pasukan pandvinder (pramuka). Rombongan ini berisikan Bupati Kebumen dan para pejabat kabupaten yang mengiringinya. Namun demikian peristiwa ini bukan terjadi di tahun 2022 melainkan di tahun 1928 atau 94 tahun silam.

Ada kegiatan besar apa di Desa Wonokromo tahun 1928 silam? Rupanya tengah diadakan kegiatan meriah yaitu pesta pembukaan pasar baru dan pameran ternak (sapi dan kambing), sebagaimana dilaporkan dalam sebuah sebuah berita dengan judul, Pasar en Veetentoonstelling (Pasar dan Pameran Ternak) oleh surat kabar De Locomotief (4 Oktober 1928). Di sepanjang jalan Desa Sawangan menuju Desa Wonokromo didirikan gerbang di depan setiap rumah dengan dihiasi produk-produk pertanian sehingga menyemarakkan suasana pameran ternak dan peresmian pasar baru. Kita bisa membayangkan betapa meriahnya suasana sepanjang jalan pedesaan tersebut.

Pada pukul sepuluh rombongan mencapai lokasi pusat di mana dilaksanakan kegiatan pameran. Tepat sebelum memasuki jembatan besi (ijzer brug). Terdapat sebuah gerbang, di mana digantungkan sekat kain berwana hitam, menghalangi pemandangan jembatan. Pada sekat kain tersebut dilukis pemandangan desa Wonokromo, dari tempat pesta pada berlangsung yaitu beberapa tahun yang lalu, ketika jembatan tersebut belum dibangun.

Di tempat ini Bupati Kebumen yaitu Arung Binang VII (Maliki Soerdjomiharjo) dengan ramah menyampaikan sambutan dalam dbahasa Belanda, Jawa serta Melayu. Atas permintaan Wedono Alian (Krakal) bupati juga menceritakan sejarah perkembangan desa Wonokromo dan bagaimana perkembangannya sungai dimana jembatan itu tegak berdiri saat ini, bahwa setiap tahun ketika terjadi banjir banyak sekali memakan korban dari setiap desa, sehingga bupati menganggap perlu untuk membangun jembatan di atas sungai tersebut.

Pembangunan jembatan ini bukan hanya untuk membebaskan penduduk desa menjadi korban banjir namun juga untuk mendapatkan akses transportasi yang baik antara Afdeeling Wonosobo dan Keboemen sehingga memudahkan bagi penduduk dalam mengangkut hasil ladang mereka.

Bupati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Raden Soemantri Reksodidjojo, yaitu Wedono Muntilan, karena pejabat inilah yang berperan besar dalam pembangunan jembatan, yaitu saat mana dia pernah menjabat sebagai wedono dari Krakal satu atau dua tahun sebelumnya.

Setelah Asisten Residen Kebumen dan wedono Muntilan menjawab sambutan Bupati Kebumen maka bupati meminta Nyonya Van Aalen (istri asisten residen) untuk memotong tali tempat menggantungkan tirai berwarna hitam. Dalam sekejap panorama area festival terbentang untuk dilihat semua orang. Teriakan hore dilakukan sebanyak tiga kali dan disambut dengan terompet Pramuka melantunkan lagu Wilhelmus yaitu lagu kebangsaan Belanda.

Setelah itu rombongan berjalan kaki melintasi jembatan besi yang telah dibangun beberapa tahun sebelumnya dan menuju ke tiga lokasi yaitu tempat pameran ternak sapi Benggala (kadang disebut Hissar atau Ongole yang berasal dari Zebu, India) dari District (kawedanan) Alian. Nampak hewan-hewan tersebut dihias semenarik mungkin. Bukan hanya ada ternak sapi namun juga ada sejumlah kambing. 

Lokasi kedua yang dikunjungi rombongan bupati adalah pasar baru yang diresmikan di mana di dalamnya sejumlah hasil pertanian terbaik se-kabupaten Kebumen dipamerkan. Lokasi ketiga adalah gedung pesta yang terletak di seberang di mana para siswa sekolah rakyat telah bersiap dan menyambut dengan nyanyian selamat datang (welkomstlied) yaitu “lagu ketoprak”. Mungkin maksudnya menggunakan iringan gamelan Jawa. Nampaknya pelapor berita dalam surat kabar tidak terlalu familiar dengan kesenian daerah di desa tersebut.

Di gedung ini para tamu beristirahat sambil menikmati makanan dan minuman. Pada pukul 11.00 ternak sapi diarak melewati juri untuk dilakukan penilaian. Sementara para pejabat kabupaten beristirahat, pasukan pramuka nampak menghubur dengan melakukan sejumlah atraksi menarik. Menjelang pengumuman juara para pukul 15.00, Bupati Kebumen memberikan ceramah singkat perihal perkembangan peternakan di kabupaten Kebumen. Setelah pengumuma pemenang, seluruh kegiatan berakhir pada sore hari itu. Surat kabar De Locomotief menutup beritanya dengan kalimat, Secara keseluruhan, pameran kecil ini bisa disebut sukses (deze kleine tentoonstelling wel goed geslaagd genoemd worden). Kabupaten Keboemen bisa dibanggakan dengan peternakannya.

Demikianlah sekelumit gambaran kemeriahan sebuah pesta peresmian pasar baru dan pameran peternakan di Desa Wonokromo District (kawedanan) Alian pada Tahun 1928. Jembatan besi yang dimaksudkan dalam surat kabar tersebut masih berdiri saat ini. Hanya saat ini ada dua jembatan di atas Sungai Tekung. Jembatan yang kedua adalah jembatan baru yang dibangun (menurut keterangan masyarakat) pada tahun 2012 lalu yaitu saat kepemimpinan Bupati Buyar Winarso (2010-2015).

Penulis sempat menghubungi Bapak Buyar Winarso melalui akun Instagram untuk menanyakan lokasi jembatan di Desa Wonokromo (karena beliau berasal dari Wonokromo) dan beliau memberikan lokasi jembatan ini sebagai satu-satunya jembatan besar di Desa Wonokromo (tidak jauh dari SD 2 Wonokromo). Jika kita berdiri baik di jembatan baru atau lama maka kita bisa melihat landskap perbukitan dan pesawahan ke arah utara yang jika diikuti akan menuju arah Wonosobo (sebagaimana laporan surat kabar).


Belum dapat dipastikan apakah jembatan lama alias jembatan yang dilaporkan dalam surat kabar De Locomotief tidak mengalami perubahan dalam struktur mengingat tidak ada foto pembanding. Satu-satunya keterangan hanyalah deskripsi ijzer brug (jembatan besi). Bisa jadi jembatan dengan kanan dan kirinya terdapat besi pengaman sebagaimana sekarang terlihat. Jika disebutkan dua tahun sebelum tahun 1928 maka jembatan tersebut berarti dibangun pada tahun 1926 atas prakarsa Wedono Alian yang akhirnya menjadi Wedono Muntilan yang dieksekusi oleh Bupati Kebumen.

Dari laporan berita tersebut kita mendapatkan keterangan berharga bahwa sebuah desa mampu mengadakan sebuah pameran yaitu pameran ternak selain peresmian pasar desa. Biasanyaa kegiatan pameran berpusat di kota besar (Teguh Hindarto, Pameran Umum Kolonial dan Internasional di Semarang Tahun 1914 - http://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2022/06/pameran-umum-kolonial-dan-internasional.html) namun ternyata desa juga mampu memamerkan kekuatan hasil bumi dan ternaknya di sebuah kabupaten. Ini sekaligus menandakan bahwa beberapa desa di kabupaten Kebumen bukan hanya menjadi kawasan pertanian melainkan kawasan pembibitan ternak. Sapi Benggala yang menjadi unggulan bukan hanya ada di Mirit di pesisir selatan (Teguh Hindarto, Baritan dan Jejak Tradisi yang Hilang - https://www.qureta.com/post/baritan-dan-jejak-tradisi-yang-hilang) melainkan di kawasan utara yaitu perbukitan. Jejak sapi unggulan (Ongole) ini masih bisa dilihat di Kebumen masa kini yang sebenarnya telah berakar sejak era kolonial

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar