Kamis, 09 Juni 2022

PAMERAN UMUM KOLONIAL DAN INTERNASIONAL DI SEMARANG 1914

Sebuah buku setebal 38 halaman dengan judul, Algemeen Koloniale- en Internationale Tentoonstelling te Semarang 13 Augustus ultimo November 1914 (Pameran Umum Kolonial dan Internasional di Semarang 13 Agustus sampai November 1914) memberikan informasi menarik mengenai kegiatan pameran di Hindia Belanda berskala internasional. Kegiatan ini sebenarnya untuk merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda yang jatuh tahun 1913 namun karena satu dan lain hal maka di rayakan di Hindia Belanda sebagai wilayah koloni Belanda pada tahun 1914.

Tujuan penyelenggaraan pameran berskala internasional ini tentu saja ingin memperlihatkan pada dunia internasional – dari perspektif koloniali Belanda tentunya – bahwa Hindia Belanda mengalami kemajuan akibat modernisasi yang telah dimulai sejak tahun 1900. Eksploitasi yang kuat atas koloni ini membawa ekspor dan impor ke puncak yang tinggi dalam beberapa tahun, dan industri mesin khususnya menjadi sangat penting baginya karena proses perkembangan ini. Peningkatan ekspor menyebabkan perlunya lalu lintas yang lebih cepat dan terorganisir; jaringan kereta api di Jawa telah berkembang pesat, pelabuhan Tandjong-Priok, Semarang, Surabaya, Makassar harus dibangun atau diperluas

Pada tahun 1900 total impor barang adalah 183 juta, pada tahun 1910 meningkat menjadi 325 juta; untuk ekspor angka tersebut adalah 257 dan 451 juta. Peningkatan impor sebesar 142 juta atau lebih dari 77% dan ekspor sebesar 194 juta atau lebih dari 75%.

Laporan hasil impor (invoer) dan ekspor (uitvoer) sepanjang tahun 1912

Dipilihnya Semarang sebagai tempat pameran ini bukan hanya karena inisiatifnya datang dari sana, tetapi juga karena pertimbangan posisi komersial dan ekonomi yang diambil Semarang secara bertahap. Semarang adalah pusat dari banyak badan di bidang perdagangan dan industri; Semarang merupakan kota yang terus berkembang semakin banyak dan semakin meningkat dalam arti dan ukuran.


Sampul depan buku panduan pameran



Ruang dalam pameran

Sejumlah stan untuk memamerkan produk dan teknologi telah disediakan pada bangunan tersendiri. Bukan hanya melibatkan perusahaan pemerintah dan swasta Belanda melainkan para pengusaha pribumi yang meliputi pabrik ubin, perusahaan kayu, pabrik air mineral, percetakan buku, perusahaan minyak bumi, perusahaan beton, semen pabrik, pemanggang kopi, pabrik kina di Bandung, pabrik cerutu dan rokok dan lebih jauh lagi beberapa industri kecil, yang bersama-sama memberikan kesan lengkap tentang apa yang sudah dapat dilakukan Hindia Belanda di bidang industri dengan kekuatannya sendiri.


Industri pribumi

Pameran ini dapat dibagi menjadi enam bagian, yaitu tentang manajemen kolonial, pertanian dan hortikultura, industri pribumi, industri luar negeri, perdagangan dan lalu lintas, yang masing-masing dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok besar.

Pameran ini juga diikuti 2900 perusahaan perkebunan yang didirikan di Hindia Belanda yang terdiri dari kurang lebih 250 perusahaan tembakau dan  610 perusahaan kopi.

Tepat di belakang bangunan industri pribumi adalah alun-alun yang berisi hiburan restoran pribumi. Berbagai paviliun daerah ditampilkan untuk memberikan gambaran yang hampir lengkap tentang etnografi Nusantara.


Salah satu bangunan pribumi yang ditampilkan, pavilyun Bali

Sejumlah kegiatan seperti operet, kabaret, pesta bunga, tarian tradisional turut memeriahkan kegiatan pameran internasional tersebut. Pameran internasional ini bukan hanya menonjolkan aspek hiburan namun benar-benar menampilkan hasil pencapaian di bidang ekonomi dan teknologi namun diselipi hiburan sebagai varian kegiatan.

Era kolonial sudah berakhir, tentu bangsa sendiri dan kota sendiri dapat dan seharusnya mampu menampilkan pencapaian ekonomi nasional atau lokal untuk diperkenalkan pada dunia internasional bukan?

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar