Selasa, 16 Maret 2021

GEDUNG ASISTEN RESIDEN KEBUMEN (DULU DAN KINI)

Sebuah berita dengan judul, De Uitreiking van den Gelen Songsong aan den Regent van Keboemen  (Upacara Penghargaan Songsong Kuning Untuk Bupati Keboemen) dimuat harian De Sumatra Post (24 Oktober 1922) melaporkan sbb:

Pada hari Jumat tanggal 13 Oktober, upacara penghargaan songsong kuning (emas) kepada Bupati Keboemen berlangsung dengan khusyuk, dengan iringan tradisi Jawa...Kostum pesta Jawa, gamelan, seluruh kaboepaten berada dalam satu mimpi mistisisme Jawa, (sungguh) mengesankan, (begitu) agung!

...Pukul sebelas, ketukan gamelan semakin tinggi dan keras, karena Residen Kedoe, yaitu Tuan Van Der  Jagt, memasuki (ruangan). Sesederhana penampilannya demikianlah kata-kata (sambutan) yang diucapkan kepada bupati, kata-kata yang menunjukkan simpati hangat, perasaan yang mendalam.

Petikan paragraf di atas membawa kita memasuki keramaian yang luar biasa di dalam gedung asisten residen  dan pendopo kabupaten Kebumen tahun 1922 silam saat Arungbinang VII (Maliki Siswomihardjo) menerima payung penghormatan (song song) dari pemerintahan Belanda untuk kinerjanya sebagai bupati yang dinilai berhasil membuat berbagai perubahan baik di bidang infrastruktur dan pertanian.

Beberapa tahun kemudian sebuah artikel dengan judul, Een Glorieus Regenten Geslacht (Keturunan Bupati Yang Agung) yang dimuat surat kabar De Locomotief (17 Februari 1936) melaporkan suasana saat Arungbinang VII (Maliki Siswomihardjo) digantikan Arungbinang VIII (R.A.A Sosro Hadiwidjojo, adik Maliki Siswomihardjo) dan Kebumen menerima status baru yaitu groote regentschap (Keabupaten yang diperluas) dimana Karanganyar dijadikan wilayah Kebumen sbb:

Tepat sebelum jam 10.00, Gubernur didampingi Residen Kedua, Tuan A.A.C. Linck berangkat dari rumah kediaman Asisten Residen menuju rumah kabupaten... Ketika Gubernur dan Residen keluar, pedang diangkat sementara gamelan memainkan irama "monggang"

Lalu saat rombongan memasuki pendopo digambarkan sbb:

Ketika musik memainkan bait lagu Wilhelmus (lagu kebangsaan Belanda) dengan nada kuno, setelah itu Gubernur dan Residen mengambil tempat masing-masing

Gedung ini menjadi saksi keramaian dan kemeriahan sebuah peristiwa yang silih berganti di era kolonial sebagaimana disebutkan dalam sejumlah berita surat kabar di atas.

Pasca kemerdekaan, gedung asisten residen Kebumen beralih fungsi menjadi kantor bupati Kebumen. Sekalipun banyak mengalami perubahan namun di sana-sini masih terlihat jejak-jejak bangunan lama baik di dalam fasad maupun bagian dalam bangunan.


Sumber: Teguh Hindarto, Bukan Kota Tanpa Masa Lalu: Dinamika Sosial Ekonomi Kebumen Era Arung Binang VII, Yogyakarta, Deepublish, 2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar