Senin, 01 Maret 2021

DARI DOKAR HINGGA MOBIL: MELACAK PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DI KEBUMEN

Sebelum ada alat transportasi modern bernama mobil dan motor, kendaraan masyarakat di Kebumen saat itu adalah dos a dos atau dokar. Dalam sebuah iklan koran yang melaporkan keberadaan pemandian air panas Krakal di Alian, Kebumen pada tahun 1890 oleh surat kabar De Locomotief (1 Desember 1890) telah menyebutkan alat transportasi dos a dos alias dokar untuk menghantar ke lokasi. Kemungkinan kendaraan motor dan mobil masuk Kebumen sekitar tahun 1920-an.

Dalam sebuah artikel berjudul, Modernisasi dan Tata Ruang Kota Purwokerto dijelaskan bahwa pada tahun 1927 di Karesidenan Banyumas telah terdapat 499 kendaraan bermotor meliputi mobil dan motor (Prima Nurahmi Mulyasari, Jurnal Patrawidya Vol. 15 No.4 Desember 2014:616).

Pelacakan saya menghantarkan pada sebuah berita surat kabar De Indische Courant (4 Oktober 1926) yang melaporkan berita mengenai tertabraknya seorang anak sekitar berusia 10 tahun oleh sebuah kendaraan (auto) hingga tewas di dekat sebuah sekolah desa di Kebumen. Menurut surat kabar tersebut mobil ini milik pengawas pabrik gula di Prembun. 

Demikian pula sebuah berita dilansir oleh harian De Locomotief (16 Februari 1927) melaporkan perihal seorang berusia lanjut yaitu berusia enam puluh tewas tertabrak sebuah kendaraan militer (militaire auto) di desa Selang. 

Dari kutipan berita tersebut kita dapat berkesimpulan bahwa kendaraan mobil, bis, motor diperkirakan sudah masuk Kebumen sekitar tahun 1925-an. Nampaknya perkembangan transportasi dengan menaiki kendaraan roda empat semakin bersifat publik sekitat tahun 1930-an. Ini terbukti dari sebuah layanan iklan berita dengan judul, Personen- Auto - Dienst (Jawatan/Pelayanan Kendaraan Untuk Orang-Orang) yang diterbitkan surat kabar De Locomotief (28 Juli 1930). Demikian bunyi iklan tersebut:

Dari Gombong melewati Poerworedjo dan Magelang menuju Semarang. Kesempatan untuk melayani penumpang setiap hari kecuali hari Senin.

Jam keberangkatan: Gombong (bioskop) jam 6 pagi; Karanganjer (Pasar) jam 6:10 pagi; Keboemen (Aloon-Aloon) jam 6.30 pagi; Kutawinangun (Aloon-Aloon) jam 6.40 pagi ; Premboen (Pabrik) 6.50 pagi; Koetoardjo (Aloon-Aloon) 7.15 pagi; Poerworedjo (Aloon-Aloon) 7.40 pagi; Magelang (Aloon-Aloon) 9 pagi; Ambarawa (Pasar) 10 pagi. Tiba di Semarang (Aloon-Aloon) jam 11 pagi. 

Tarif dari Gombong dan Karanganjer menuju Semarang ƒ 5 per orang, dari Keboemen dan Koetowinangoen dan Premboen menuju Semarang ƒ 4,50 per orang, dari Koetoardjo dan Poerworedjo menuju Semarang ƒ 3,50 per orang, dari Magelang menuju Semarang ƒ 3 per orang dan dari Ambarawa menuju Semarang ƒ 2 per orang. Tarif diskon berlaku untuk rombongan.


Dari berita iklan pendek tersebut kita bisa mendapatkan banyak informasi al., titik keberangkatan hingga tujuan akhir (Gombong -  Semarang) dan waktu keberangkatan (jam 06.00 - 11.00) serta penetapan tarif yang berbeda berdasarkan jarak (mulai dari 2 florin hingga 5 florin). Menariknya, ada sistem pemotongan biaya alias diskon jika yang naik kendaraan adalah rombongan (gezelschapen).

Dari berita iklan pendek ini kita bisa melihat kesibukan dan arus keluar masuk penduduk kabupaten Kebumen dan kabupaten Karanganyar (termasuk Gombong) menuju Semarang cukup dinamis, entah karena kepentingan ekonomi ataupun yang lainnya.

Pemandangan sebuah bus dan dokar di stasiun bus Kebumen dalam judul di atas adalah hasil  difoto pada tahun 1933 oleh Nely Worlding istri dari Oscar Worlding yang pernah bekerja di pabrik minyak Mexolie sekitar tahun 1933-1942. Lokasi terkini dimungkinkan adalah perhentian bis di sekitar Pasar Koplak sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar