Terletak sekitar 250 meter dari Stasiun Kutowinangun, berdiri sebuah makam bernama Makam Arung Binang Kebejen. Makam ini adalah kompleks makam keluarga Arung Binang dan keturunannya yang ada di Dusun Kebejen, Desa Kuwarisan, Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen.
Di
dalam makam ini terbaring Arung Binang I alias Joko Sangkrip alias Kenthol
Surawijaya. Ketika mengabdi di Surakarta mendapat gelar mantri Gladak dan
bernama Kyai Hanggawangsa. Sunan Pakubuwono III mengangkatnya menjadi Bupati
Nayaka dengan gelar Raden Tumenggung Arung Binang pada tahun 1749.
Selain Arung Binang I terbaring
pula Arung Binang II sampai Arung Binang VIII. Arung Binang IV alias Mangundiwiryo
adalah bupati pertama Kebumen (1831-1849) pasca berakhirnya Perang Jawa (1830).
Arung Binang VII alias Maliki Soerdjomihardjo (1909-1935). Di masa kepemimpinan
Arung Binang VII terjadi modernisasi dan berbagai perubahan sosial ekonomi yang
ditandai dengan dibangunnya sejumlah pabrik khususnya pabrik minyak kelapa,
pendirian hotel, serta fasilitas kesehatan walaupun yang lebih banyak
menginisiasi dan berperan adalah orang Eropa (Belanda).
Selain makam Arung Binang I
sampai Arung Binang VIII, di kompleks makam ini terbaring juga nama-nama yang
bertalian keluarga dengan Arung Binang baik Arung Binang I sampai VIII. Salah
satu nama yang terbaring di makam ini bernama R.A.A. Sosrodiprodjo yang
merupakan Bupati Wonosobo 1920-1944. Siapakah beliau dan mengapa bupati
Wonosobo ini dimakamkan di Kebumen?
R.A.A. Sosrodiprodjo bupati
Wonosobo adalah adik dari bupati Kebumen, R.A.A. Maliki Soerdjomihardjo (Arung
Binang VII). Selain R.A.A. Sosrodiprodjo, R.A.A. Maliki Soerdjomihardjo memiliki
adik bernama R.A.A. Sosrohadiwidjoyo (menggantikan R.A.A. Maliki Soerdjomihardjo
menjadi Arung Binang VIII dari tahun 1936-1942). Itulah sebabnya beliau
dikebumikan di makam keluarga Arung Binang di Kebejen.
Apa yang dapat kita ketahui
mengenai karya dan kinerja R.A.A. Sosrodiprodjo bupati Wonosobo? Saya akan
menggunakan sumber-sumber dokumen era kolonial dalam hal ini surat-surat kabar
yang melaporkan prestasi dan kinerja sebagai sumber informasi.
Salah satu sumber adalah sebuah
laporan berita surat kabar yang melaporkan penetapan R.A.A. Sosrodiprodjo saat
mendapatkan gelar Adipati. Sebuah berita berjudul, De Regent van Wonosobo. Het
Uitreiken van het Adipati brevet door Resident Oosthout. Een Hulding in
Splechtigheid (Bupati Wonosobo. Pemberian Surat Penetapan Adipati oleh
Resident Oosthout. Upacara Pelantikan) yang dilaporkan oleh surat kabar De Locomotief (16 Desember 1929).
Judul berita di atas melaporkan
aktivitas kemeriahan di pendopo kabupaten Wonosobo saat dilaksanakan upacara
pelantikan dan penyerahan surat penetapan gelar Adipati. Di hadiri oleh Residen
Oosthout, Visser dari O.S.V.I.A. di Magelang serta para pejabat bupati tetangga
termasuk bupati Kebumen Arung Binang VII selaku kakak dari R.A.A. Sosrodiprodjo
yang juga diberi kesempatan untuk memberikan sambutan.
Melalui surat kabar ini diberikan
deskripsi biografi singkat dan sejumlah prestasi yang pernah dicapai oleh
R.A.A. Sosrodiprodjo baik sebelum maupun saat menjadi bupati Wonosobo.
Dilahirkan pada tanggal 15
Desember 1878 dan merupakan putra dari Bupati Kebumen, Raden Adipati Arung
Binang VI (R.A.A. Mangundirdjo). Dari tahun 1893 hingga akhir tahun 1897 mengenyam
pendidikan di Hoofdenschool di
Magelang.
Setelah itu ia bekerja magang bersama wedono dan bupati
Kebumen. Pada tahun 1900 ia masuk dinas pemerintahan dan diangkat menjadi juru
tulis pengawas Kebumen dengan gaji f 25 sebulan. Pernah bekerja sebagai juru
tulis kepala jaksa di Purworejo dengan
gaji f 30. Di tahun yang sama diangkat menjadi mantri kepolisian
Purworejo dengan gaji f 50.
Pada tahun 1905 diangkat menjadi
pembantu wedono dari Kedungwringin, Kabupaten Karanganjar. Pada tahun 1910 ia
dipindahkan ke kecamatan Klirong di kabupaten yang sama. Pada tahun 1913 ia
menjadi pembantu kepala jaksa di Magelang kemudian pada tahun 1917 dipindahkan
ke kawedanan Gombong.
Pada 1920 ia diangkat dan
dipromosikan menjadi Bupati Wonosobo dan diizinkan memperoleh gelar Raden Tumenggung
Sosrodiprodjo. Pada tahun 1923 ia dianugerahi gelar Ario dan pada tahun 1925 ia
diangkat menjadi Perwira di Oranje-Nassau. Dan pada Agustus tahun 1929 diri
dianugerahi predikat Adipati.
Sejak tahun 1924 ia terpilih
sebagai anggota Volksraad, dan pada pemilihan terakhir ia terpilih menjadi
anggota Dewan Provinsi Jawa Tengah.
Pada tahun 1919, kabupaten
Wonosobo dilanda wabah pes yang parah. Bupati bekerja sama dengan giat dalam
perbaikan rumah untuk menanggulangi penyakit berbahaya tersebut. Rumah yang
lebih baik dengan penutup seng atau genting timah telah menggantikan
alang-alang atau ijuk lama.
Pada tahun 1924 Wonosobo dilanda
gempa bumi yang parah, yang sekali lagi menuntut pemerintah untuk meringankan
kebutuhan di daerah yang terkena bencana.
Jalan raya baru telah dibangun untuk membuka daerah pedalaman yang sebelumnya terisolasi; Semua kecuali dua ibu kota kecamatan kini bisa dicapai dengan mobil. Beberapa pasar telah diperbaiki dan semua pasar penting, termasuk desa-pasar, telah dijadikan permanen. Manfaat ini untuk kepentingan desas.
Tanah diperbaiki melalui irigasi
yang lebih baik dan pupuk hijau. Penanaman tanaman pupuk hijau sekarang sudah
dilakukan secara praktis. Pada tahun 1923, pasokan air dipasang; Klinik rawat
jalan dimulai di beberapa kabupaten.
Demikianlah riwayat dan prestasi
yang dicapai oleh bupati Wonosobo, R.A.A. Sosrodiprodjo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar