Selasa, 26 April 2022

KISAH-KISAH HANTU DI ERA KOLONIAL


https://nl.wikipedia.org/wiki/Spook

Kisah-kisah mengenai hantu "tidak pernah lekang oleh panas ataupun lapuk oleh hujan". Melintasi waktu dan zaman, setiap generasi memiliki ceritanya sendiri berkaitan dengan fenomena menghantui tersebut.

Bahkan di era kolonial pun kisah-kisah hantu telah menjadi laporan tersendiri dalam berbagai surat kabar. Ambil contoh sebuah berita dengan judul, Indische Stille Kracht: Een Spookhuis te Banjoemas (Kekuatan Gaib Hindia: Sebuah Rumah Berhantu di Banyumas) yang dimuat oleh surat kabar Voorwaarts: Sociaal Democratish Dagblad (17 Februari 1930)

Dilaporkan dalam surat kabar perihal rumah dinas Wedono di Banyumas yang berhantu dan tidak ada satupun Wedono yang berani tinggal di sana selain hanya berkantor di siang hari saja. Beberapa Wedono yang bertugas di sana bersaksi bagaimana perabotan bergerak sendiri di malam hari dan ada suara-suara gaduh seperti orang bercakap. Tinta dan penggaris tiba-tiba bergerak sendiri. 

Demikian pula para pelayan di rumah tidak bisa tidur nyenyak karena sering dipindahkan tubuhnya saat tidur ke ruangan lain. Bahkan kuda-kuda di istal terbuka di malam hari sehingga berkeliaran di halaman depan.

Salah satu wedono yang pernah bertugas di sana pernah membuat ritual selamatan untuk menenangkan roh-roh yang menimbulkan gangguan. Namun itu hanya beberapa waktu saja karena kemudian sang wedono justru mengalami sakit keras hingga istrinya membujuk untuk tidak tinggal di rumah tersebut. Anehnya, penyakitnya sembuh setelah berpindah dari rumah tersebut.

Berita fenomena hantu lainnya datang dari Ambal pada tahun 1940. Dalam sebuah berita berjudul, Groote Extase Van de Visscher (Pengalaman Ekstasis Nelayan) yang dimuat surat kabar De Sumatra Post (17 Februari 1940).

Ringkasnya mengenai hilangnya beberapa nelayan saat hendak mencari "larong" (sejenis udang kecil) pada waktu subuh dalam keadaan telanjang bulat dan biasanya dilakukan tiga orang. Ketika dua orang berhasil kembali ke pantai, satu orang tidak kembali sehingga menimbulkan kehebohan semua pihak termasuk asisten wedono Ambal yang harus memastikan apakah ini sebuah kecelakaan atau sebuah kesengajaan.

Setelah berjam-jam dicari tiba-tiba orang tersebut telah kembali ke rumah dalam keadaan segar bugar. Ketika ditanya apa yang terjadi, dia mengatakan bahwa di laut seperti melihat seorang tua yang pernah tewas dimakan gelombang laut beberapa tahun sebelumnya dan mengajaknya makan lauk pauk yang disediakan.

Namun pria tersebut meminta kepada orang yang mengajaknya makan lauk pauk tersebut agar dirinya memakan menggunakan sendok, maka orang tua tersebut marah dan menendang laki-laki tersebut. Entah bagaimana dia merasa sudah ada di daratan kembali.

Demikian sekelumit kisah-kisah fenomena hantu di sejumlah tempat yang terjadi semasa kolonial. Fenomena hantu bisa terjadi di rumah, laut, gunung, tanah pekarangan, sawah, jalan, pohon dll.

Fenomena hantu melintasi zaman. Entahkah dalam bentuk kisah nyata yang dapat kita baca di surat kabar/majalah, di kanal-kanal media You Tube, televisi elektronik bahkan kisah-kisah fiksi mulai dari novel (sebut saja karya S.B. Chandra dan Abdullah Harahap di tahun 1990-an) sampai film-film (sebutlah film-film horor yang dibintangi Suzana di tahun 1980-an).

Di tahun 2000-an sampai kini tidak kekurangan kisah-kisah novel dan film nasional yang menceritakan fenomena hantu. Menurut informasi, akhir April 2022 saja sudah akan ada film horor yang akan ditayangkan serentak di bioskop-bioskop di seluruh Indonesia. Film yang mengangkat fenomena demonik yang terjadi di sebuah desa yang pernah dikunjungi para mahasiswa yang sedang kuliah kerja nyata.

Jika dikatakan fenomena hantu hanyalah produk masyarakat tradisional dan telah lenyap di kalangan masyarakat modern, anggapan ini akan gugur karena tidak kurang sejumlah testimoni yang dituangkan dalam banyak tayangan televisi khususnya di masyarakat Barat yang terkenal rasional. Sebutlah misalnya Haunted House (Channel Lifetime) atau Haunted Hospital (Thrill TV) dll.

Demikian pula laporan-laporan fenomena penghantuan ketika Indonesia masih bernama Hindia Belanda di sejumlah wilayah seperti Banyumas dan Ambal, sebagaimana laporan koran tahun 1930-an dan 1940-an memberikan gambaran bagaimana fenomena gaib yang berkaitan dengan rumah dan tanah telah ada dan akan selalu ada menjadi bagian dari fakta sosial - dalam perspektif Sosiologi - yang melekati masyarakat pada setiap zaman.

Akankah fenomena hantu lenyap di era 5.0?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar