Selasa, 27 Juli 2021

MELIHAT KEHIDUPAN SOSIAL DI KEBUMEN MELALUI KARYA LITOGRAFI 1852

Sebuah karya litografi (teknik pencetakan yang didasarkan pada penciptaan gambar tertentu dengan menggunakan batu berkapur atau dengan pelat logam yang dengannya berbagai jenis desain kreatif dapat dibuat dan dalam beberapa kasus diimprovisasi) paling dini mengenai kehidupan sosial masyarakat Kebumen di tahun 1852 dengan diberi keterangan A Village Near Kebooman, dimuat dalam sebuah buku berjudul,  Rambles in Java and the Straits  in  1852 (1853).

Nampak dalam karya litografi yang dibuat oleh ahli pembuat peta dan litografi bernama W. Stuart Lith memperlihat rumah-rumah terbuat dari bahan kayu dan atas jerami serta masyarakat pedesaan Kebumen dengan pakaian yang sederhana dengan latar belakang pohon-pohon kelapa.

Litografi ini dimuat dalam sebuah buku dengan judul, Rambles in Java and the Straits  in 1852 yang ditulis oleh Charles Walter Kinloch (dengan nama samaran Bengal Civilian). Buku sebenarnya ini menceritakan keberangkatan penulis dari Kalkuta menuju ke Penang, Singapura, dan mampir juga ke Jawa tahun 1852.

Kinloch menulis buku catatan perjalanan ini bukan untuk tujuan publikasi, namun sekedar untuk kesenangan pribadi mengisi waktu luang di sela-sela waktu melancongnya, sebagaimana dituliskan dalam kata pengantar buku ini.

Pada awalnya buku ini diterbitkan oleh Simpkin, Marshall and Co. tahun 1853 dengan judul De Ziekenhuis Rezieger (Pelancong yang Sakit). Judul tersebut merefleksikan sejumlah kesukaran dan ketidaknyamanan yang dialami Kinloch dalam perjalanannya seperti cuaca yang panas di luar dugaan, sakit, masakan Belanda yang memuakkan, buruknya akomodasi saat itu, bahkan sampai dua kali kecelakaan kapal.

Secara singkat buku ini mengisahkan saat Kinloch singgah dari Kalkuta ke Singapura, dilanjutkan dengan persiapan ke Batavia. Lalu melewati sejumlah kota al., Buitenzorg (Bogor), Tjanjor (Cianjur), Bandong (Bandung), Somadang (Sumedang), Cheribon (Cirebon), Tagal (tegal), Bomiajoe (Bumiayu), Banjamas (Banyumas), Kebooman (Pebumen), Poorwaredjoe (Purworejo), Magilang (magelang), Boro Bodor (Borobudur), Mundoot (Mendut), Salatiga, dan kota terakhir Samarang (Semarang). Dari Samarang dia melanjutkan dengan perjalanan melalui laut kembali ke Batavia (Jakarta).

Perjalanan di Jawa memakan waktu sekitar dua bulan, yaitu Juni-Juli 1852. Setiap kota dilukiskan dengan deskripsi yang menarik dan tidak membosankan. Menariknya, sebagaimana disebutkan di atas, Kinloch ternyata berkunjung ke Kebumen beberapa hari pada bulan Juli. Nama Kebumen ditulis Kebooman. Tentu saja deskripsi yang disampaikan dari perspektif kebudayaan Eropa sehingga nampak berbagai penilaian yang menganggap aneh sejumlah ekspresi yang diperlihatkan masyarakat Kebumen saat menghadap bupati dll.

Salah satu deskripsi menarik mengenai Kebumen oleh Kinloch termasuk saat dirinya memberikan penjelasan beberapa kelompok masyarakat bertemu Bupati Kebumen dan Asisten Residen dengan cara duduk di tanah atau di lantai sembari bersila atau menyembah. Kinloch tidak menyebut nama bupati Kebumen dan julukan Aroeng Binang. Namun jika Kinloch mendatangi  Kebumen pada tahun 1852, maka bupati Kebumen pada masa itu adalah Bagus Sanglir alias Arung Binang V (30 Juni 1849-19 Juli 1877).

Pada kesempatan ini kita hanya akan membatasi sebuah terstimoni mengenai kehidupan sosial di Kebumen pada tahun 1852 melalui karya litografi Suarth Lith. Dalam salah satu artikel yang saya tulis dengan judul, Indahnya Kota Kebumen Tempo Doeloe, Testimoni Para Penulis Asing (https://suarabaru.id/2021/06/03/indahnya-kota-kebumen-tempo-doeloe-testimoni-para-penulis-asing/kita bisa melihat sejumlah tertimoni mengenai Kebumen dari periode tahun 1860-an. Namun semua testimoni tersebut lebih bersifat laporan dan tulisan.

Karya pelancong Charles Walter Kinloch berisikan sebuah deskripsi yang cukup panjang mengenai Kebumen (10 halaman) dan disertai dengan karya litografi. Pada lain kesempatan kita akan mengkaji laporan Kinloch mengenai Kebumen sebanyak 10 halaman tersebut dalam tulisan tersendiri 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar