Rabu, 13 November 2019

BRIEVENBUS DI KANTOR POS KEBUMEN SAKSI BISU PERUBAHAN ZAMAN DAN MONUMEN KENANGAN SEBUAH MASA



Surat cintaku yang pertama
Membikin hatiku berlomba
Seperti melodi yang indah
Kata-kata cintanya

Penggalan lagu yang dilantunkan penyanyi Vina Panduwinata tentu masih melekat dalam ingatan mereka yang pernah menjadi siswa Sekolah Menengah Umum pada tahun 1980-an. Ya, lirik lagu tersebut bukan hanya menjadi sebuah penyemangat bagi muda dan mudi yang sedang memadu kasih dan menunggu kabar dari kekasihnya. Lirik lagu tersebut mengambarkan interaksi sosial melalui surat menyurat yang dikirim melalui petugas pos. Ada hubungan emosional antara surat yang ditulis dan dikirmkan dengan pembaca yang menantinya.

Di era revolusi teknologi informasi di mana segala bentuk interaksi dan komunikasi verbal telah digantikan melalui bentuk komunikasi visual dan virtual melalui jasa surat elektronik dan media Whatshap dsj, maka peran surat menyurat dengan media kertas telah berakhir (walau beberapa masih ada yang berusaha mempertahankannya).

Awal Pelayanan Pos di Hindia Belanda

Kapan sebenarnya pelayanan kantor pos telah di mulai di Indonesia? Ada beberapa perbedaan tarikh kemunculan pelayanan pos di Indonesia namun semua sepakat bahwa pelayanan publik ini sudah dimulai di era kolonial. Setidaknya ada tiga sumber yang menunjukkan tarikh yang berbeda dan kita deretkan sebagai sumber referensi yang berharga.

Pertama, Dalam  sebuah ensiklopedi yang ditulis oleh T.J.Bezemer dijelaskan perihal kebaradaan kantor pos yang tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan pelayanan transportasi publik bernama kereta api. Dalam buku Beknopte Encylopiedie van Nederlandsch Indie dijelaskan, “Zoodra in 1871 de eerste spoorweg word geopend tusschen Weltevreden en Batavia, maakte men dozen aan het postverkeer dienstbaar; 7 jaar later kwam de eerste regeling tot stand voor het vervoer van de post langs spoorwegen” (Segera setelah kereta api pertama dibuka antara Weltevreden dan Batavia pada tahun 1871, kotak-kotak tersedia untuk lalu lintas pos; Tujuh tahun kemudian, pengaturan pertama dibuat untuk pengangkutan surat di sepanjang jalur kereta api -1921:432)

Kedua, namun menurut sebuah artikel berjudul, “Postage Stamps and Postal History of Indonesia” dijelaskan bahwa Pelayanan Kantor Pos Indonesia yang didirikan pada tanggal 27 September 1945, berakar pada penggunaan prangko di Hindia Belanda yang dimulai sejak 1 April 1864 (https://www.revolvy.com). Perangko yang beredar pertama di Hindia Belanda tersebut dicetak di Utrecht, Belanda, pada 1 April 1864. Perangko itu memperlihatkan gambar Raja Willem III dari Belanda dan memiliki nilai nominal sepuluh sen. Ini dirancang oleh T W Kaiser.



Ketiga, Sementara sebuah artikel dengan judul, “Sejarah PT Pos Indonesia Sejak Berdiri” menjelaskan bahwa institusionalisasi pengiriman pos telah dimulai sejak tahun 1746, semenjak Gubernur Jenderal Hindia Belanda bernama Gustaaf Willem Baron van Imhoff mendirikan kantor perusahaan pos pertama di Hindia Belanda, tepatnya di Batavia (sekarang Jakarta) pada 26 Agustus 1746 (https://www.tagar.id). Pelayanan jasa pengiriman pos mulai berkembang saat kepemimpinan Gubernur Jenderal Daendels, melalui pembangunan Groote Postweg atau Jalan Raya Pos (sekarang Jalur Pantai Utara Jawa/Pantura) yang ia gagas pada tahun 1808. Pembangunan jalan sepanjang 1000 km tersebut menghubungkan Anyer, Banten hingga Panarukan, Jawa Timur dengan sistem kerja paksa. Jalan yang dibangun selama setahun itu juga membangun kantor-kantor pos setiap 4.5 kilometer sekali.

Saat masa peralihan dari era Gubernur Jenderal James Loudon (1872-1875) ke Johan Wilhelm van Lansberge (1875-1881), Dinas Pos digabung dengan Dinas Telegraf dengan status jawatan milik pemerintah. Nama institusinya pun menjadi Posten Telegrafdienst, demikian tulis artikel berjudul “Sejarah PT Pos Indonesia: Dari Zaman VOC Hingga Jadi BUMN” (https://tirto.id)

Awal Pelayanan Pos di Kebumen

Bagaimana dengan pelayanan kantor pos di Kebumen? Kapankah tarikh berdirinya bangunan kantor pos di Kebumen dan dimulainya pelayanan jasa pengiriman surat di kota ini? Ketika penulis mengunjungi pimpinan kantor pos Kebumen, merekapun mengalami kesulitan untuk mendapatkan data tersebut.

Namun demikian ada sebuah penemuan data yang cukup menarik dari sebuah laman berbahasa Belanda (http://www.studiegroep-zwp.nl/halten/) di mana ada keterangan di bawah gambar kartu pos berstempel Kebumen sbb:

“Keboemen gebruikte in de eerste jaren na opening van het station een haltestempel op post, hoewel er al sinds 20-03-1885 een postkantoor aanwezig was. Waarschijnlijk kreeg het op 01-10-1891 ook een postdienst”

Terjemahan bebas:

“Keboemen menggunakan stempel pos pada tahun-tahun awal setelah pembukaan stasiun, sekalipun keberadaan kantor pos sudah berdiri sejak 20 Maret 1885. Kemungkinan juga menerima pelayanan pos pada 01 Oktober 1891”

Di atas keterangan tersebut tertulis angka “ss-wl   20 jul 1887”. Kemungkinan ini tarikh pembukaan stasiun Kebumen (Band. Teguh Hindarto, Stasiun Kebumen: Masa Lalu dan Masa Kini – historyandlegacy-kebumen.blogspot.com).



Keterangan pendek di atas  menjelaskan bahwa kantor pos Kebumen sudah ada sejak 20 Maret 1885. Sayangnya belum ada data pembanding lain yang memberikan konfirmasi berkaitan dengan data ini.

Sebuah berita menarik sekaligus dramatis menghubungkan nama kepala kantor pos Kebumen di tahun 1897 dengan tindakannya melakukan penembakkan terhadap keponakannya dan kemudian membunuh dirinya di Blitar. Jika dalam artikel sebelumnya pernah terjadi sebuah peristiwa dramatis yang menimpa seorang pemilik gedung bioskop di Kebumen tahun 1929 berupa tindakan peracunan oleh pembantu rumah tangganya (Teguh Hindarto, Bioskop Kebumen dan Peristiwa Kopi Beracun Tahun 1929 – historyandlegacy-kebumen.blogspot.com). Maka kali ini peristiwa dramatis terjadi di Blitar namun pelaku dan korbannya adalah seseorang yang bertugas di Kebumen tahun 1897.

Dimuat oleh harian Soerabaiasch Handelsblad bertanggal 14 Desember 1897 pada paragraf pertama dituliskan:

“Gisteren morgen is hier een drama afgespeeld. De Heer Henri van Thienen, postchef te Keboemen (Bagelen), heeft zelfmoord gepleegd na eerst zijn nichtje juffrouw Poppie van Thienen, tehebben doodgeschoten”

Terjemahan bebas:

“Sebuah drama dimainkan di sini kemarin pagi. Bpk. Henri van Thienen, kepala kantor pos di Keboemen (Bagelen), bunuh diri setelah pertama kali menembak keponakannya, Miss Poppie van Thienen”


Ringkasnya, Henri van Thienen, seorang kepala kantor pos (postchef) di Kebumen, menyenangi keponakannya yaitu Poppie van Thienen namun ditolak dan saat keponakannya menginap di rumah Nyonya Walter di Blitar, agaknya Henri membicarakan niatannya untuk melamar dan menikahi (te trouwen).

Akibat penolakannya, Henri dikatakan, “loste hij op mejuvrouw van Thienen drie revolverschoten, waarvan een het hoofd, het andere de borst trof met terstond doodelijken afloop” (dia menembakkan tiga tembakan ke arah nona Thienen, yang salah satunya mengenai kepala, yang lain payudara dengan kematian segera). Demikianlah kisah dramatis tersebut berakhir.

Brievenbus Sebagai Saksi Saksi dan Monumen Sejarah

Di era digital yang telah mendisrupsi berbagai jenis perusahaan swasta maupun pemerintah, keberadaan kantor pos Kebumen tetap bertahan dengan melayani kebutuhan masyarakat yang tidak hanya berkaitan dengan pengiriman surat (yang semakin menyusut penggunanya) melainkan  pengiriman paket berupa dokumen atau barang non dokumen serta pemesanan tiket juga pembayaran pajak.


Di areal trotoar dekat pintu keluar kantor pos Kebumen berdiri tegak sebuah kotak pos besi berwarna kuning yang pernah dipergunakan di era kolonial. Tidak dapat dipastikan apakah kotak pos ini berasal dari tahun 1800-an atau 1900-an. Sebuah tulisan berbahasa Belanda, “Brievenbus” (bis surat) menjadi sebuah tempat penyimpanan sementara surat-surat yang hendak dikirim sampai petugas akan mengambil dan mengirimkannya.

Dalam bahasa Belanda, Brievenbus (worden.org) sendiri bermakna: "opening in de deur of busje aan de straat voor post die je krijgt" (membuka pintu atau bus di jalan untuk menerima surat) dan" bus op straat waar je post in kunt doen die je verstuurt" (bus di jalan tempat di mana Anda dapat mengirimkan surat)


Kita mungkin kerap melewatinya namun tanpa memberikan perhatian khusus terhadap tulisan yang tersemat di kotak tersebut. Terdapat pula beberapa keterangan pada badan depan tengah yaitu "Buslichting No. 1, No.2, No. 3". Sedangkan pada badan depan bawah terdapat tulisan "de lichting no" lalu ada lubang di tengah kemudian ada kalimat lanjutan  "is geschied". Pada muka bus surat, ada satu lubang berbentuk lingkaran, serta ukiran flora. Pada atap juga memiliki motif flora. Pada samping badan terdapat lubang untuk memasukan surat dan untuk petugas mengambil surat yg sudah dimasukan oleh pengguna jasa pos.

Nampaknya Brievenbus ini sudah tidak difungsikan untuk saat ini. Brievenbus ini seolah menjadi saksi perubahan zaman yang meliputi pergantian kekuasaan politik dan perubahan komunikasi publik sejak era kolonial dan pasca kolonial (dengan media kertas dan tulisan tangan) hingga kini era digital (dengan media surat elektronik dan media sosial).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar