Sabtu, 29 Juni 2019

ABOENGAMAR, EKSPORTIR GENTING PRIBUMI DARI SOKKA: Dinamika Ekonomi Swasta Pribumi dan Swasta Belanda di Kebumen Era Kolonial


Nama Aboengamar sayup-sayup terdengar di sebagian masyarakat Kebumen sebagai seorang pengusaha genting pertama di Sokka sejak era kolonial Belanda. Namun sejauh apa sepak terjang beliau pada zamannya, belum banyak kajian menuliskannya.


Tulisan ini mencoba melakukan beberapa penelusuran dan riset mengenai Aboengamar dan kejayaan perusahaan genting Sokka di era kolonial melalui beberapa metode yaitu melakukan analisis iklan dan artikel koran berbahasa Belanda untuk mendapatkan konteks sosial ekonomi dan seberapa pengaruh bisnis genting Aboengamar pada zamannya serta munculnya sejumlah pengusaha genting swasta Belanda sebagai pesaing.

Selain melakukan riset literatur, dilakukan peninjauan lokasi pabrik genting Aboengamar yang beberapa masih difungsikan dan dengan melihat bentuk bangunan -sekalipun nampak tua dan lusuh di makan zaman – serta luasnya areal pabrik genting, memperlihatkan jejak kesuksesan bisnis pada masa silam.

Tulisan ini sebagai sebuah introduksi dengan memberikan sebuah sketsa umum dinamika bisnis pergentingan di periode tahun 1917 dan seterusnya di wilayah Kebumen yang kala itu masih menjadi wilayah Karesidenan Kedu. Diperlukan sebuah riset mendalam untuk melengkapi artikel ini sehingga mendapatkan deskripsi yang komprehensif.

Pengusaha Genting Pribumi Pertama

Dari hasil pengkajian sejumlah iklan surat kabar berbahasa Belanda perihal keberadaan industri pembuatan genting di distrik Sokka, Kabupaten Kebumen, sudah terdeteksi sejak tahun 1915. Dalam sebuah laporan pendek di surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad bertanggal 30 Oktober 1915 berbunyi, “Als maar Dakpannen. De dienst der pest bestrijding te Solo sloot met de pannenfabriek te Sokka een contract voor de levering van zestigduizend pannen wekelijks” (Mengenai Atap Genting. Pelayanan Melawan Wabah Pes di Solo menandatangai kontrak dengan pabrik pembakaran genting di Sokka untuk memenuhi pasokan kebutuhan enam puluh ribu genting dalam seminggu).


Pertanyaannya, pengusaha pribumi atau Belanda yang telah memulai pendirian industri pembakaran genting di Sokka pada tahun 1915? Pertanyaan tersebut agak sulit dilacak, sekalipun data yang tersedia memetakkan adanya pengusaha pribumi maupun Belanda. Dari hasil wawancara dengan Bapak Walispo (54 th), salah seorang pegawai genting Sokka yang bertugas sebagai “Pusing” (petugas pemutar roda besi untuk mencetak genting), sebelum Aboengamar sudah ada perusahaan genting oleh orang Belanda yang dahulu terletak di sekitar SMP 1 Kebulusan, Pejagoan, Kebumen.



Tarikh awal nama pribumi yang muncul dalam iklan koran berbahasa Belanda adalah Aboengamar sebagaimana termuat dalam koran Het Nieuws van den dag voor Nederlandsche Indie tanggal 29 Agustus 1917 dengan judul iklan, “De Klei Uit De Loopgraven van Sokka” (Tanah Liat dari Parit Sawah Sokka). Dalam iklan tersebut disebutkan bahwa Aboengamar mampu menyediakan 500.000 dakpannen (genting) dan 1.000.000 baksteenen (batu bata). 



Bahkan untuk pembelian tertentu mendapat pelayanan franco waggon Sokka (pengiriman gratis dengan gerobag Sokka). Iklan genting dan batu bata yang diproduksi Aboengamar muncul sepanjang tahun 1917-1930 dst di berbagai koran berbahasa Belanda. Adapun pengusaha pribumi lain tidak terlacak, atau memang hanya Aboengamar satu-satunya pengusaha genting pribumi saat itu.



Sebuah iklan yang diterbitkan De Indische Courant bertanggal 31 Desember 1934, dengan judul, “Vervoer Van Aarden Dakpannen” (Pengangkutan Genteng Tanah) nama Sokka muncul sebagai salah satu lokasi pengiriman. Ke sejumlah tempat di Jawa. Iklan tersebut nampaknya dikeluarkan oleh Jawatan Kereta Api Negara (Staatsspoorwegen) dengan mengusung brand, Vlug (cepat), Veilig (aman), Goedkoop (murah). Iklan tersebut memperlihatkan dinamika dan prosepek bisnis genting di Sokka sekalipun tidak menyebutkan pemain utamanya apakah pribumi yaitu Aboengamar atau swasta Belanda.



Bukan Sekedar Pengusaha Genting Biasa

Analisis terhadap sejumlah iklan bisnis genting Aboengamar tidak memberikan kita sebuah gambaran yang lengkap mengenai bisnis genting yang dijalankan Aboengamar. Namun dengan melakukan pembacaan dan analisis terhadap dua artikel di sebuah koran berbahasa Belanda, kita mendapatkan gambaran yang lebih lengkap bahwa Aboengamar bukan sekedar pebisnis genting lokal dari kalangan pribumi melainkan eksportir genting hingga ke luar negeri.


 

Sebuah artikel berjudul, “Uit Zuid-West-Kedoe” (Berita Dari Barat Daya Kedoe) yang diterbitkan Bataviaasch Nieuwsblad bertanggal 17 Oktober 1919 melaporkan sebuah bisnis yang berkembang luar biasa di wilayah Kedu Barat yaitu di Kabupaten Kebumen distrik Sokka di mana nama Abengamar disebutkan. Bisnis Aboengamar berkembang di saat di sejumlah wilayah lain sedang mengalami kelesuan ekonomi dan sejumlah keluhan terhadap pembangunan oleh pemerintah kala itu. Dalam artikel tersebut dijelaskan sbb:

“Slechts In betrekkelijk engen kring Is het bekend, dat zich in den loop der jaren hier in Zuid-West Kïdoe  een Industrie heft gevormd, die beslist van beteekenls Is geworden. Wij bedoelen de pannenindustrie. Het centrum hiervan vormt het nabij Keboemen gelegen Sokka, waar een zekere hadji Aboengamar eigenaar is van een flinke steen- en pannenfabriek. Wij hebben hem deser dagen eens opgegocht en ontleenen aan zijn mededelingen het volgende:

Ongeveer dertig jaren geleden Is de vader van den tegenwoordigen eigenaar ter plaatse begonnen op zeer bescheiden voet met het bakken van pannen en steenen, waarvoor bij de benoodigde grondstoffen uit de onmiddellijke nabijheld betrok.

Zijn zoon beeft er ruim veertien jaren geleden een enorme uitbreiding aan gegeven en thans vinden orageveer 1.900 personen in dese industrie een middel van bestaan. In bet eerst vonden de artikelen slechts altrek In de naaste omgeving, maar thans is geheel Indie afzetgebied geworden, zoowel Deli als Ambon, ja, zelfs worden er zendingen naat Japan gestuurd.

Per maand worden er zoo tussehen de éé i en twee miliioen pannen verkocht. Dé grootste afnemers zijn de suikerfabrieken (het zondig kapitaal dus alweer —s.i.c) de S. S, de N,I,S. en vooral ook Deli. Het vervoer van de bakkeren naar de halte Sokka geschiedt met ongeveer tweehonderd grobaks  per dag worden tien a vijftien wagons pannen, zoowel als baksteenen, de wereld Ingezonden.

De pannen kosten momenieel f 1750 per mille, de baksteen, naargelang der rrootte 12 tot 14 gld per mille en de tegels 10 cent per stuk. De zoogenaamde wadaspotten, die In Kedoe zooveel worden aangetroffen, kunnen daar ook besteld worden”.

De Industrie neemt nog sleedt een grooter uitgebreidheid aan en is van teer groots neteekenls voor de bewoners van het district Sokka.

Terjemahan bebas:

“Hanya dalam lingkungan yang terbatas. Diketahui bahwa selama bertahun-tahun di sini di Kïdoe Barat Daya sebuah Industri telah terbentuk yang pastinya menjadi signifikan. Yang kami maksud adalah industri pembakaran genting. Pusat dari industri ini adalah Sokka, yang terletak di dekat Keboemen, di mana seorang haji bernama Aboengamar memiliki pabrik batu bata dan genting yang besar. Kami pernah mengunjunginya di masa lalu dan mendapatkan keterangan berikut dari pernyataannya:

Kira-kira tiga puluh tahun yang lalu, ayah dari pemilik yang sekarang ini memulai di tempat ini dengan membuat genting dan batu, yang membutuhkan bahan baku dari wilayah terdekat yang terjangkau.

Putranya membuat ekspansi besar-besaran lebih dari empat belas tahun yang lalu, dan hari ini sekitar 1.900 orang menemukan penghasilan  di industri ini. Pada awalnya, usaha ini hanya menjangkau lingkungan mereka yang terdekat, tetapi sekarang semua Hindia telah menjadi pasar - baik Deli dan Ambon - ya, bahkan pesanan dikirim ke Jepang.

Setiap bulan antara satu dan dua juta genting dijual. Pembeli terbesar adalah pabrik gula .... yaitu ‘S.S’ dan ‘N, I, S’. dan terutama dari Deli. Transportasi dari tempat pembakaran ke halte Sokka berlangsung sekitar dua ratus grobak per hari, sepuluh hingga lima belas gerbong pengangkut genting, serta batu bata, dikirim ke dunia.

Genting saat ini harganya 1750 f per mille, batu bata -tergantung pada ukuran- 12 hingga 14 gld per mille dan ubin masing-masing 10 sen. Pot terbuat dari wadas, yang banyak ditemukan di Kedoe, juga dapat dipesan di sana.

Industri masih mengambil tingkat yang lebih besar dan sangat penting bagi penduduk distrik Sokka”.

Dari keterangan artikel tersebut kita melihat bahwa bisnia genting Aboengamar hanya melanjutkan bisnis genting ayahnya namun yang membedakan adalah, Aboengamar berhasil “een enorme uitbreiding aan gegeven” (melakukan ekspansi besar-besaran). Ekspansi besar-besaran tersebut bukan hanya di kawasan Jawa melainkan luar Jawa hingga Deli, Ambon bahkan Jepang! Frasa, “zelfs worden er zendingen naat Japan gestuurd” (bahkan pesanan dikirim ke Jepang) dan “de wereld Ingezonden” (dikirim ke dunia) menjelaskan ekspansi bisnis Aboengamar yang bukan sekedar pebisnis lokal melainkan eksportir pribumi Kebumen pertama yang bisnisnya merambah dan menguasai pasar nasional dan internasional di era kolonial.



Rumah Pribadi Aboengamar

Berita yang sama muncul kembali pada tahun 1920 melalui sebuah artikel berjudul, “Een groote Inlandsche Industrie” (Industri Besar Dalam Negeri) yang diterbitkan, Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië  bertanggal 17 Februari 1920. Berikut petikan artikelnya:

“Daar bezit een zekere hadji Aboengamar een flinke bakkerij, welke een dertigtal jaren geleden door zijn vader op bescheiden voet is begonnen...Steeds werd de zaak meer uitgebreid en thans vinden er ruim 1.600 menschen een flink middel van bestaan in. Kwamen de bestellingen eerst alleen uit de aangrenzende residenties, al spoedig werd het afzetgebied grooter en thans omvat dit niet alleen geheel Indië, ook Japan is er toe gaan behooren...Alleen dakpannen worden er per maand bij de twee millioen de wereld ingezonden”


Terjemahan bebas:

“Di sana ada Hadji Aboengamar yang memiliki tempat pembakaran besar, yang dimulai dengan sederhana oleh ayahnya sekitar tiga puluh tahun yang lalu...Sekitar empat belas tahun yang lalu, ketika dia mewarisi bisnis dari ayahnya, Hadji Aboengamar menunjukkan ekspansi penting, karena jumlah pesanan terus meningkat dan masih ada cukup pasokan bahan baku dari lingkungan sekitar...Bisnis menjadi semakin luas dan sekarang lebih dari 1.600 orang menemukannya sebagai sarana penghidupan. Awalnya, pesanan hanya datang dari tempat tinggal sekitar, namun segera area penjualan menjadi lebih besar dan sekarang ini tidak hanya mencakup seluruh Hindia, melainkan Jepang juga menjadi bagian dari bisnis tersebut....Hanya genteng yang dikirim ke dunia setiap bulan sebanyak dua juta”


Munculnya Pengusaha Swasta Belanda

Sekalipun menurut wawancara, pengusaha genting pertama adalah orang Belanda, namun yang terlacak dalam iklan koran berbahasa Belanda adalah tahun  1918 dan dimuat dalam koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië bertanggal  5 September 1918.
 

Dalam koran tersebut didapatkan keterangan seorang agen perusahaan genting Sokka yang berada di Batavia dan sekitarnya (Agent voor Batavia en omstreken) dengan nama L. Th. Haasman. Iklan tersebut menuliskan, Verenigde Steenfabrieken Keboemen Sokka S S W L: Onder leiding Directeur Ambachtsschool Keboemen (Perusahaan Pabrik Genting Kebumen Sokka S.S.W.L: Di Bawah Pengawasan Direktur Ammbachshool Kebumen). Dalam iklan tersebut disebutkan pula, Werkt niet langer met dure en slechte bouwmaterialen (Tidak lagi menggunakan bahan yang mahal dan buruk).

Dua tahun kemudian, sebuah artikel koran General Handelsblad bertanggal 4 Septembr 1920 nama pengusaha Belanda bernama Tuan Schoon mulai muncul dan menjadi pengusaha besar yang memasok kebutuhan genting dengan 2 juta genteng dan 1 juta bata setiap bulan. Pemesanan produksinya hingga Australia dan India. Dalam artikel koran tersebut dijelaskan perihal pengaruh perusahaan ini, “Bij dat- bedrijf zijn ookvele Inlanders, als deelende in de winst, betrokken” (Banyak penduduk asli juga terlibat dalam perusahaan itu sebagai bagian dari keuntungan).


Nama perusahaannya Vereenigde Indische Tichelwerken (Perusahaan Hindia Pembuatan Ubin) dan dideskripsikan, “welke onderneming thans het grootste deel der pannen en steenenbakkerijen tusschen Keboemen en Sokka en eene fabriek aan de Moeara Ogan in Palembang in handen heeft” (yang perusahaan sekarang mengendalikan sebagian genting dan batu bata antara Keboemen dan Sokka serta sebuah pabrik di Moeara Ogan di Palembang).



Bisnis Genting Sokka Masa Kini

Bisnis genting Sokka masih tetap bertahan dari masa ke masa melewati pergantian zaman, dari pemerintahan kolonial Belanda, kemudian Jepang serta Republik. Sampai hari ini, bisnis genting di Sokka telah melahirkan sejumlah pengusaha di bidang ini, baik dari keluarga Aboengamar maupun masyarakat lainnya.

Setiap bisnis di suatu zaman memiliki kejayaan dan persoalannya masing-masing.  Di era perkembangan teknologi informasi dan kemunculan mesin-mesin modern yang menghasilkan genting dengan jumlah yang lebih banyak dalam waktu yang sangat efisien, tentu bisnis genting Sokka mengalami persaingan yang menguatirkan (Nasib Genteng Sokka yang Genting -https://regional.kompas.com/read/2017/09/13/18570041/nasib-genteng-sokka-yang-genting).

Kiranya bisnis genting yang memiliki akar historis sejak era kolonial ini bisa tetap hadir mewarnai persaingan bisnis genting modern dengan dukungan semua pihak khususnya pemangku kepentingan dalam memperbarui teknologi dan sumber daya manusia yang bekerja di dalamnya.



Cat:
Foto pabrik, rumah pribadi, diambil pada Tanggal  29 Juni 2019 (Teguh Hindarto, Budi Lestari, Ario Sano, Sigit Asmodiwongso, Rahmat Edy Akbar Nugroho, Rezava Zevaria (Rizky)

14 komentar:

  1. Beliau Mbah H Aboengamar adalah kakek saya, orang tua angkat ibu saya, semoga mbah Ngamar dilapangkan kuburnya dan kuburnya menjadi taman surga.... Aamiin YRA

    BalasHapus
  2. Ya saya sebagai cucu dari beliau mbah Abungamar orangtua dr alm bapak saya Prof.Soenardjo sangat bangga .Semoga kami semua dapat tetap menjaga apa yg sdh dirintis beliau Aamiin YRA....

    BalasHapus
  3. ila syaikh Muhammad Anom 1 wa ahlihi, summa ila syaikh Muhammad Anom 2 wa ahlihi, wa ila bani Ahmad wa Ahlihi, wabil khusus ila Abungamar sekalian, ghofarollohu lahumul faatihah....

    BalasHapus
  4. wa ila Prof. H. Soenardjoa almarhumin, ghofarollohu lahul faatihah

    BalasHapus
  5. Bangga menjadi keturunan Bani Ahmad

    BalasHapus
  6. Maturnuwun artikelnya. Saya cucu abu sallam keturunan beliau

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya itu cerita dari kakek saya Abu Salam ketika beliau masih sugeng. Ingkang jumeneng wonten Wadaslintang

      Hapus
  7. https://g.page/masruri-genteng/review?gm

    BalasHapus
  8. Bp.Suhadi dan ibu Pudjiastuti menikah pada tanggal 5-2-1967

    Suhadi : Bp.Prawirodiharjo PNS
    Ibu : Saudah
    ( Mantri apyun )

    Pudjiastuti:
    Bp. M.syahirman bin. Asmawitanah ( Cilacap,Jawa tengah )
    Ibu: Ramisem Binti Alimedja ( Purwokerto,Jawa tengah )

    BalasHapus