Kamis, 16 Mei 2019

OLIEFABRIEKKEN INSULINDE KEBUMEN: Mengurai Lapisan Kisah Sejarah Perusahaan Minyak Kelapa Era Kolonial di Kebumen


https://commons.wikimedia.org/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM

Jika kita tiba di kota Kebumen melalui jalur transportasi kereta api, sesaat setelah kita keluar dari stasiun akan nampak sebuah bangunan megah sebuah hotel bernama Mexolie. Dibalik kemegahan sebuah hotel bertingkat tiga yang diresmikan Desember 2016 lalu, ternyata terdapat lapis demi lapis sejarah yang menarik untuk disingkapkan dan diketahui publik, khususnya peminat sejarah.


Beberapa lokasi bangunan lama yang masih tersisa di bagian belakang hotel Mexolie dapat terlihat saat melintasi Jl. Cendrawasih karena lintasan rel kereta sejajar dengan lokasi jalan tersebut. Tiga bangunan tanpa atap menjadi saksi bisu perubahan jaman yang telah meninggalkan kejayaan pabrik minyak kelapa di era kolonial.

Kelapa Sebagai Komoditas Global

Di era kolonial, selain gula dan karet sebagai komoditas ekspor primadona untuk memenuhi kebutuhan Eropa, kopra dan minyak kelapa merupakan produk penting untuk diekspor. Seperti dikatakan A. Rasyid Asba, “Tanaman kelapa baru mendapat perhatian serius sebagai komoditi dagang setelah minyak nabati sangat dibutuhkan dalam pembuatan sabun dan mentega pada akhir abad ke-19. Pada tahun 1873, Perseroan Dagang Nederland (Nederlandsche Handels Maatshappij) di Amsterdam mulai menerima kopra, namun respon pasar ketika itu tidak terlalu bagus. Ini dikarenakan pemakaian kopra masih terbatas sebagai bahan baku minyak masak dan minyak pelumas” (Kopra Makasar Perebutan Pusat dan Daerah: Kajian Sejarah Ekonomi Politik Regional di Indonesia, 2007:30).

Dimana saja sebaran perusahaan minyak kelapa untuk memasok kebutuhan orang Eropa? Masih mengutip A. Rasyid Asba bahwa ada beberapa kota di Pulau Jawa dan luar Jawa yang menjadi pusat pemasok kopra dan minyak kelapa sebagaimana dijelaskan, “Secara keseluruhan, di Hindia Belanda telah berdiri Oliefabrieken Insulinde seperti Oliefabrieken Insulinde Kediri, Sentono, Blitar, Tulung Agung, Banyuwangi, Kebumen, Rangkas Bitung, Padang dan Makasar. Setiap tahun, Oliefabrieken Insulinde tersebut secara teratur mengekspor minyak kelapa ke luar negeri. Misalnya dalam tahun 1924, jumlah ekspor minyak kelapa ke Eropa sekitar  7,96 juta liter, tahun 1925 menjadi 10,93 juta liter dan pada tahun 1928 meningkat menjadi 36,66 juta liter dan tahun 1930 turun menjadi 16,01 juta liter. Grafik di atas menunjukkan bahwa minyak kelapa Hindia Belanda lebih banyak berasal dari Pulau Jawa. Hal ini disebabkan pula Jawa diprioritaskan untuk mengekspor minyak. Sedangkan luar Jawa lebih banyak mengekspor dalam bentuk kopra” (Ibid., hal 145-147). Dari kutipan di atas, Kebumen adalah salah satu pemasok kebutuhan kopra dan minyak kelapa selain daerah-daerah lain di Jawa dan luar Jawa. Wilayah pesisir pantai Kebumen sarat dengan tanaman kelapa sehingga tidak menyulitkan untuk memasok kebutuhan kopra dan minyak kelapa untuk kemudian diekspor.

Bukan Tahun 1851: Awal Berdirinya N.V. Olifabriekken Insulinde

Dalam sebuah artikel berjudul, Sejarah Pabrik Sari Nabati Panjer Kebumen dikatakan, “Pabrik Sarinabati Kebumen didirikan pada tahun 1851 dengan nama awal NV. Oliefabrieken Insulinde Amsterdam – Kediri – Blitar – Keboemen, yang kemudian berubah menjadi Mexolie, berubah lagi menjadi Nabatiasa dan berubah lagi menjadi  Sari Nabati” (https://kebumen2013.com). Benarkah penetapan tahun tersebut? Penulis sendiri pernah mengutip data ini dalam artikel berjudul, Pabrik Minyak Kelapa Sari Nabatiasa: Perjalanan Sejarah dan Ancaman Kepunahan Eksistensi (http://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com). Hampir semua media sosial mengutip sumber yang menyatakan bahwa Oliefabriekken Insulinde didirikan tahun 1851. Penyelidikkan seksama terhadap sejarah keberadaan N.V. Olifabriekken Insulinde Kebumen, nampaknya harus mengoreksi pentarikhan yang meleset tersebut.

Istilah Insulinde berasal dari kata Belanda, “insula” yang artinya “pulau”. Istilah ini muncul dalam buku karya Eduard Douwes Dekker alias Multatuli berjudul “Max Havelaar” untuk menamai negeri Hindia Belanda atau Indonesia kelak (https://www.woorden.org/woord/Insulinde).

Merujuk pada informasi sejarah darimana pabrik kelapa ini berasal, yaitu Pulau Cruquius, Amsterdam. Kota Banyuwangi di Jawa menjadi pilihan pertama pembangunan perusahaan ini pada tahun 1913. Perusahaan ini berspesialisasi dalam produksi minyak kelapa. Buah kelapa sawit diperas dalam jumlah besar untuk melepaskan minyaknya. Minyak itu diangkut oleh kapal-kapal dari Hindia Belanda ke Entrepothaven di Pulau Cruquius Amsterdam. Huisje Insulinde menjabat sebagai kantor pusat perusahaan.

Satu tahun kemudian berkecamuk Perang Dunia I (1914). Permintaan akan margarin sayur meningkat pesat selama perang. Lemak hewani yang biasanya banyak digunakan tidak lagi tersedia. Dan apa yang ternyata menjadi alternatif murah untuk lemak hewani? Minyak kelapa. Segalanya berubah setelah Perang Dunia Pertama. Pendiri dan tenaga penggerak perusahaan meninggal, setelah itu perusahaan menjadi kurang lebih di luar kendali. Akibatnya, Insulinde tidak bisa lagi mengimbangi ekonomi yang berubah dengan cepat setelah Perang Dunia Pertama. Hasilnya: perusahaan besar itu runtuh secepat itu muncul. Tahun 1926 Insulinde mengalami kebangkrutan (https://cruquius.nl/informatie/historie/). 

Seorang penulis Belanda bernama R.N.J. Kamerling menuliskan judul buku, De N.V. Oliefabrieken Insulinde in Nederlands-Indiƫ bedrijfsvoering in het onbekende (Pabrik Minyak Insulinde N.V. di Hindia Belanda: Pelaksanaan Kerja di Tempat Yang Tidak Dikenal) perihal kiprah pabrik ini dari periode tahun 1913-1926. Dari data di atas kita mendapat kepastian perihal tarikh pendirian N.V. Oliefabrieken Insulinde yang kelak membuka cabang di tanah jajahan termasuk Kediri, Banyumas, Kebumen, Cilacap bahkan hingga Makasar dll. Tahun 1913 adalah tahun berdirinya N.V. Oliefabrieken Insulinde bukan 1851.



N.V. Olifabriekken Insulinde Kebumen

Dari penelusuran sejumlah media surat kabar di Hindia Belanda, keberadaan N.V. Oliefabrieken Insulinde di Kebumen nampaknya dimulai di tahun 1915. Tidak ada iklan dan berita di tahun 1913-1914 perihal keberadaan N.V. Oliefabrieken Insulinde di Kebumen. Sebaliknya, dalam sejumlah iklan dapat ditemui perihal berdirinya perusahaan ini di Kebumen adalah tahun 1915.

Dalam sebuah layanan iklan yang dimuat di surat kabar Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië (13-03-1915) disebutkan, Kami memperhatikan hal ini, sehubungan dengan pendirian pabrik baru di Keboemen dan pembukaan kantor di sana, alamat untuk Surat dan Telegram yang ditujukan untuk kantor tersebut adalah: INSULINDE - KEBOEMEN N. V. Pabrik minyak Insulinde).

Dalam tayangan iklan yang dimuat oleh surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië (15-05-1915) dituliskan:

N.V. Oliefabrieken Insulinde
AMSTERDAM - DEN HAAG - KEDIRI - BLITAR - KEBOEMEN.
Grootste Oliefabrikantenl in den Archipel

Terjemahan bebas:

N.V. Oliefabrieken Insulinde
AMSTERDAM - THE HAGUE - KEDIRI - BLITAR - KEBOEMEN.
Produsen Minyak Terbesar di Nusantara


Tayangan iklan lain dimuat dalam The Preanger Bode (21-04-1915) sbb:


Pada tahun 1916, seorang tenaga asisten akuntan dari Bandung bernama Van Baarde ditempatkan di Kebumen, sebagaimana dilaporkan dalam sebuah telegram yang dimuat surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad (30-11-1916) sbb, "Bandung, 30 November (Bagian.) Di Pabrik Minyak Insulinde, transfer dilakukan dari pabrik di Keboemen ke kantor pusat di Bandoeng, sebagai koresponden, Mr. Braieks. Dia diangkat dan ditempatkan di Keboemen, sebagai asisten akuntan, Tuan Van Baarde"

Pada tahun 1919 tercatat keberadaan N.V. Oliefabriekken Insulinde Kebumen dan pabrik minyak lainnya mengalami peningkatan pendapatan dan mendapatkan kiriman mesin-mesin baru sebagaimana dilaporkan sebuah artikel berjudul, Oliefabrieken Insulinde oleh Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië (24-09-1919) sbb, "Selama beberapa hari, pabrik O. F. Insulinde baru di Makasser telah memulai perusahaan dengan produksi harian 1.600 pikol coprah. Pabrik telah dipasang dengan cara paling modern dan digerakkan secara elektrik oleh pembangkit listriknya sendiri atau sekitar 500 tenaga kuda, yang kapasitasnya dapat ditingkatkan menjadi dua kali lipat dengan menambahkan baterai tunggal. Hari ini empat alat pengepresan lengkap tiba dari Eropa lagi, menggandakan kapasitas di pabrik bitoeng Kediri, Keboemen, Blitar, dan Rangkas Bitoeng"


Namun keberadaan N.V. Oliefabrieken Insulinde di Kebumen mulai mengalami krisis sekitar tahun 1920 dengan laporan adanya 150 pekerja dari kalangan pribumi diberhentikan sebagaimana laporan Voorwaarts : Sociaal-Democratisch Dagblad (30-12-1920) sbb, “Honderd en vijftig hij de Mij Insulinde Oliefabrieken te Keboemen werkzame inlanders hebben het werk gestaak” (Seratus lima puluh penduduk asli yang bekerja di pabrik Minyak Mij Insulinde di Keboemen telah berhenti).

Bahkan dalam sebuah laporan oleh De Indische courant dengan judul, Oliefabrieken Insulinde (23-01-1922) dikatakan bahwa kondisi pabrik mengalami keterbengkalaian dan ketidakterawatan. Nasib karyawan terkatung-katung dan banyak rumah bekas pegawai disewakan dengan harga murah sebagaimana dikatakan, "Manajemen sekarang bermaksud menyewakan banyak rumah kepada publik dengan harga sewa, yang bisa disebut sangat rendah". Upaya ini dilakukan untuk menutup membengkaknya anggaran pemeliharaan yang tidak berbanding lurus dengan produksi dan pendapatan. Berita tersebut ditutup dengan kalimat, “Het stil leggen van het voorheen zoo drukke oliebedrijf beteekent voor Keboemen een grooten achteruitgang” (Mematikan perusahaan minyak yang sebelumnya sangat sibuk berarti penurunan besar bagi Keboemen).

Pada tahun 1923, perusahaan ini nampaknya sudah tidak berfungsi dan dalam status penawaran perusahaan lain untuk mengambil alih. Dalam sebuah artikel berjudul, De oliefabrieken Insulinde  yang diterbitkan Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië (11-05-1923) dijelaskan, "Mengenai bisnis yang akan segera dibuka dari bekas pabrik minyak Insulinde, belum ada kepastian, tulis koresponden Loc di Kediri. Pesan itu seakan sebuah konsorsium Amerika-Jepang berbicara dengan Hindia Belanda. Membuka Handelsbank untuk mengambil alih pabrik-pabrik itu, dan bahwa diskusi-diskusi ini mungkin akan dibawa ke solusi yang menguntungkan benar-benar tiba-tiba. Belum ada diskusi dengan konsorsium seperti itu, tetapi bank itu sendiri sedang mempertimbangkan untuk mendirikan sebuah perusahaan yang akan berani untuk mengembalikan pabrik-pabrik mantan Insulinde kembali beroperasi"


Sebuah berita mengejutkan di tahun 1926 memastikan nasib N.V. Oliefabriekken Insulinde secara keseluruhan. Dalam sebuah pemberitahuan yang diiklankan di beberapa surat kabar al., Bataviaasch Nieuwsblad (22-11-1926), dan De Telegraaf (06-11-1926) dengan judul “Oliefabriekken Insulinde Openbare Verkooping” (Penjualan ke Publik Pabrik Minyak Insulinde) dengan pengacara perusahaan bernama Mr. J. van der Does de Willebois sebagai penanggungjawab. Sebagian isi pengumuman tersebut berbunyi:

Pada tanggal 15, 16, 17 dan 18, 1926

Di depan kantor Penjualan di BATAVIA, terhitung mulai pukul 9 pagi,  SEMUA PROPERTI HINDIA BELANDA dari Perusahaan Publik yang didirikan di Amsterdam yaitu PABRIK MINYAK INSULINDE dalam kondisi dilikuidasi.

Pada tanggal 15 Desember 1926, pabrik dijual dengan mesin dan rolling stock sesuai dengan sistem inventori dan pengisian bahan bakar, dengan kantor terkait, lantai kering, gudang dan rumah di JAWA, khususnya di Banjoewangi, Blitar, Kediri, Sentono, Toe Gagoeng, Keboemen , Tjilatjap dan Rangkasbetoeng. Pabrik-pabrik dan instalasi tangki dengan lampiran ini pertama-tama akan dilelang secara terpisah, kemudian semuanya bersamaan


Tidak diketahui dengan jelas tarikh perubahan perusahaan yang mengalami kebangkruttan pada tahun 1926 kemudian beralih menjadi Pabrik Minyak Mexolie. Namun dalam sebuah iklan pendek yang dimuat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië (02-01-1930), perihal nama keluarga K. Sanderse, tertulis nama Mexolie sebagai alamat. Dari sini dapat diperkirakan bahwa sekitar tahun 1929 atau 1930, perusahaan pengganti ini berdiri di Kebumen.

Dalam sebuah artikel berjudul, “Anti Woeker Vereeniging” (Asosiasi Anti Keuntungan Ilegal) De yang dilaporkan Indische Courant (11-12-1939), disebutkan perihal pendirian sebuah asosiasi di Kebumen yang merupakan cabang dari Bandung.  Anggota dewan di Kebumen adalah seorang pegawai administrasi dari Mexolie bernama Tuan Seeuwen.

Tercatat pada tahun 1950 terjadi demonstrasi buruh di Mexolie sebagaimana  laporan berjudul, “Staking Bij Mexolie? (Pemogokan Mexolie)” yang dimuat De Vrije Pers: Ochtendbulletin (03-10-1950) sbb, "Pada bulan Januari, Sarekat Buruh Minjak Seluruh Indonesia, yang manajemen utamanya berbasis di Kediri, ingin memulai mogok di enam pabrik minyak, nl. di Makassar, Banjiiwangi, Kediri, Kebumen, Chilatjap dan Rangkasbltung, yang disatukan di Mexolie. 1900 pekerja akan terlibat dalam pemogokan ini. Ini menyangkut sejumlah persyaratan umum asosiasi yang terlibat"


Foto 2008 (koleksi pribadi)

Diperkirakan sekitar tahun 1980-an Mexolie berganti nama menjadi P.T. Sarinabati dan dikelola oleh Pemerintahan Provinsi hingga gulung tikar di sekitar tahun 1985. Perkiraan ini dikarenakan minusnya data yang penulis dapatkan ketika melakukan penelusuran melalui media sosial. Tidak ada informasi yang memadai perihal PT. Sari Nabati yang menggantikan Mexolie.


Demikianlah lapisan demi lapisan kisah kejayaan perusahaan minyak kelapa era kolonial yang membentang dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat bahkan hingga keluar Jawa dimulai dari N.V. Oliefabriekken Insulinde kemudian menjadi Mexolie kemudian Pabrik Minyak Kelapa Sari Nabati hingga berakhir menjadi kawasan tidak terawat selama periode tahun 1985 hingga kemudian pada tahun 2016 didirikan hotel bernama Mexolie.

Kiranya pengungkapan lapisan demi lapisan sejarah geliat kehidupan ekonomi yang pernah terjadi di kawasan yang sekarang menjadi hotel bertingkat tiga ini dapat memicu penelitian-penelitian lanjutan baik di bidang sejarah ataupun sosiologi serta ekonomi perihal kejayaan perusahaan minyak kelapa di Kebumen era kolonial.

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Selamat siang pak teguh, salam kenal sy Tavip di makassar, kebetulan sy masih tinggal di rumah ex mexolie. Bisa kah sy ngobrol sedikit, hp sy no. 082349595121

    BalasHapus