Dalam sebuah berita pendek berjudul, Zendingssynode (Sinode Misi) yang dimuat surat kabar Leeuwarder Nieuwsblad : Goedkoop advertentieblad (31 Mei 1929) dilaporkan sebagai berikut:
Dalam Sinode Misi Gereja-Gereja Gereformeerd di Friesland yang diadakan
hari Rabu di Leeuwarden, sebuah izin diberikan atas permintaan Gereja Pengutus
untuk pendirian Gereja Kristen Pribumi di Tengahan (Djana). Jemaat ini memiliki
65 anggota, 35 di antaranya diterima dalam Perjamuan Suci.
Tuan-tuan berikut ditunjuk menjadi anggota komite penyelidikan mengenai
pengelolaan Gereja Pengutus yaitu P. Siebesma, C. van Raay di Leeuwarden dan H.
Volkers di Huizum.
Sinode Misi berikutnya akan diselenggarakan oleh Gereja di Sneek.
Demikian isi berita pendek
tersebut. Tengahan dan Djana pada era kolonial termasuk nama-nama desa di
district Pejagoan onderdistrict Klirong Regentschap (kabupaten) Karanganyar (List van de Voornaamste Aardrijskundige
Namen in den Nederlandschen Archipel, 1906). Jika melihat peta sebaran jemaat
Kristiani di tahun 1925 sebagaimana dilaporkan dalam buku Schetsen en
Herrineringen (1925) nampak nama-nama jemaat Kristiani di Regentschap (kabupaten) Karanganyar al., Wotbuwono, Karangglonggong, Grujugan, Jana Tengahan, Munggu,
Karanggedung (Karanggadung), Binayu, Pringtutul, Wera. Sejak tahun 1936 semua
wilayah eks kabupaten Karanganyar tersebut menjadi wilayah kabupaten Kebumen.
Di masa kini Tengahan menjadi nama Gereja Kristen Jawa (GKJ) Tengahan dan masuk wilayah desa
Gebangsari Kecamatan Klirong.
Keberadaan jemaat Kristiani di
Djana Tengahan adalah kepanjangan tangan karya pekabaran Injil Friesche Kerk dan Heeg Kerk di Propinsi Friesland yang tergabung dalam Zending de Gereformeerde Kerken in
Nederlands (ZGKN) yang telah memulai karya pelayanannya di Kebumen sejak
kedatangan Ds. Baker pada 11 September 1900 (Teguh Hindarto, Benih Injil di Kebumen - https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2021/12/benih-injil-di-kebumen-short-story.html).
Keberadaan jemaat Kristiani di Djana Tengahan sendiri terbilang agak belakangan
setelah jemaat-jemaat Kristiani lain yang terbentuk lebih dulu di Kebumen,
Karanganyar, Banjur, Pamrian (Tunjungseto), Krakal, Prembun, Karangglonggong,
Grujugan sebagaimana keterangan Verslag
van den Zendingsarbeid in het Zendingterrein van Friesland (Laporan Karya
Misi di Ladang Misi Friesland - 1908).
Berita pendek di awal tulisan ini
memberikan informasi perihal rencana pendewasaan jemaat Tengahan pada tahun 1929.
Pendewasaan Jemaat Tengahan terjadi pada 29 Agustus 1929 dengan diteguhkannya
sejumlah orang menjabat majelis gereja (J.D. Wolterbeek, Babad Zending di Pulau Jawa, 1995:248). Sekalipun didewasakan tahun
1929 namun keberadaan jemaat Kristiani Tengahan sudah terlacak sejak tahun 1919
sebagaimana keterangan J.D. Wolterbeek dalam bukunya. Bahkan seorang guru Injil
bernama M. Yokhas Reksodihardjo ditempatkan di sana sebagai Guru Injil
(1995:214)
Dalam sebuah laporan berjudul Atlas van de Zendingsterreinen van de
Gereformeerde Kerken in Nederland (Atlas Ladang Misi Gereja-Gereja
Gereformeerde di Belanda - 1932) disebutkan bahwa nama Tengahan sudah masuk
dalam salah satu dari tujuh jemaat yang telah didewasakan bersama enam jemaat
lainnya yaitu Karangglongong, Kebumen, Grujugan, Pamrian, Karanganyar dan Wera.
Nampaknya nama-nama jemaat yang sebelumnya muncul dalam laporan tahun 1909
yaitu yaitu Banjur, Krakal, Prembun belum didewasakan karena belum memiliki
majelis gereja.
Dalam laporan di atas juga
disebutkan bahwa Misi Friesche Kerk atau Misi Gereformeerde di Afdeeling Kebumen pada tahun 1932 telah
mempekerjakan 4 kolportir. Pada tahun 1931, 200 Alkitab terjual, 4.000 kalender
Kristen, 2.000 traktat, dan 954 buku dan brosur. Selain itu, 4850 pekabaran
Injil didistribusikan setiap bulan” al., Mardirahardja,
Penaboer dan Lajang Kabungahan).
Reruntuhan dapur eks pastori (rumah pendeta) di GKJ Tengahan yang di era kolonial difungsikan sebagai sekolah
Dalam tahun 1935 Jemaat Kebumen,
Pamrian dan Prembun memiliki pendeta Jawa mereka sendiri yaitu Pdt J.
Reksodihardja (diteguhkan 23 Desember 1935) menggantikan Ds. Soesena (Mengenai
Ds. Soesena dapat membaca artikel berjudul, Ds.
Soeseno (1888-1966), Pandita Jawa Pertama Kebumen – https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2022/04/ds-zakheus-soeseno-1888-1866-pandita_22.html)
sementara Karangglongong, Jana, Grujugan (Mengenai Grujugan dapat membaca
artikel berjudul, Gereja Berlonceng
Kuning di Kampung Tudung - https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2021/06/gereja-berlonceng-kuning-di-kampung.html)
serta Wera digembalakan oleh Pdt. S. Sastrasoewirja (diteguhkan 23 Desember
1935), demikian laporan Nederlandsch zendings-jaarboekje, 1937-1939,
(1 Januari 1937).
Demikian fragmen jejak-jejak
pekabaran Injil Friesche Kerk dan Heeg Kerk di Propinsi Friesland yang
tergabung dalam Zending de Gereformeerde
Kerken in Nederlands (ZGKN) di wilayah Jana Tengahan. Keberadaan jemaat-jemaat Kristiani ini kelak
berganti nama menjadi Pesamoewan Kristen
Gereformeerd ing Tanah Djawi Tengah sisih Kidoel (1931) dan akhirnya Gereja
Kristen Jawa (1950)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar