Rogier Diederik Marius Verbeek (7 April 1845, Doorn – 9 April 1926, Den Haag) adalah seorang ahli geologi dan ilmuwan alam Belanda. Jurnalnya yang berjudul, Krakatau, yang diedit pada tahun 1884 dan 1885 atas perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda, adalah karyanya yang paling terkenal.
Ini berkaitan dengan letusan pulau vulkanik Krakatau pada tahun 1883 dan membawa vulkanologi menjadi terkenal secara ilmiah. Hanya dua tahun sebelumnya, Verbeek telah melakukan penelitian di daerah tersebut. Tinggal di Buitenzorg (Bogor) di Jawa, dia menjadi saksi langsung letusan tersebut. Dalam dokudrama BBC Krakatau: The Last Days, dia adalah tokoh protagonis dan diperankan oleh Kevin McMonagle.
Pada tahun 1909, ia memperoleh
gelar doktor kehormatan dari Universitas Teknologi Delft. Dia adalah anggota
kehormatan Koninklijk Nederlands Geologisch Mijnbouwkundig Genootschap dan
anggota Maatschappij der Nederlandsche
Letterkunde.
Dilansir dari sebuah artikel
berjudul, Verbeek, R.D.M. (Rogier
Diederik Marius) 1845-1926 (http://worldcat.org/identities/lccn-n90660226/)
bahwa Verbeek sangat produktif menulis. Tercatat ada 324 karya dalam 662
publikasi dalam 5 bahasa dan 1.559 koleksi perpustakaan. Adapun sejumlah karya tulis
yang terkenal oleh R. D. M Verbeek meliputi:
(1) Description Géologique de Java et Madoura oleh R.D.M Verbeek (buku).
Edisi ke-23 diterbitkan pada tahun 1896
dalam 3 bahasa dan disimpan oleh 133 perpustakaan anggota WorldCat di seluruh
dunia
(2) Topographische en Geologische Beschrijving van Een Gedeelte van
Sumatra's Westkust oleh R. D. M Verbeek (Buku). Edisi ke-23 diterbitkan
pada tahun 1883 dalam bahasa Belanda namun belum disimpan oleh 98 perpustakaan
anggota WorldCat di seluruh dunia.
(3) Deskripsi Géologique de l'île d'Ambon oleh R. D. M Verbeek (Buku). Edisi
ke-24 diterbitkan pada tahun 1905 dalam bahasa Prancis namun belum disimpan oleh
87 perpustakaan anggota WorldCat di seluruh dunia
(4) Rapport sur les Moluques. Reconnaissances Géologiques dan La Partie Orientale de l'Archipel des Indes
Orientales Néerlandaises oleh R. D. M Verbeek (Buku). Edisi ke-23 diterbitkan
pada tahun 1908 dalam bahasa Prancis dan Inggris dan dipegang oleh 75
perpustakaan anggota WorldCat di seluruh dunia
(5) Krakatau oleh R.D.M Verbeek (Buku). Edisi ke-23 diterbitkan antara
tahun 1884 dan 1888 dalam 3 bahasa dan dipegang oleh 53 perpustakaan anggota
WorldCat di seluruh dunia
(6) Geologische Beschrijving van Java en Madoera oleh R. D. M Verbeek
(Buku). Edisi ke-10 diterbitkan pada tahun 1896 dalam bahasa Belanda dan
dipegang oleh 52 perpustakaan anggota WorldCat di seluruh dunia
(7) Krakatau oleh R. D. M Verbeek (Buku). Edisi ke-5 diterbitkan pada
tahun 1886 dalam bahasa Prancis dan dipegang oleh 47 perpustakaan anggota
WorldCat di seluruh dunia
(8) Oudheden van Java : Lijst der Voornaamste Overblijfselen uit den
Hindoetijd op Java, met eene Oudheidkundige Kaart oleh R. D. M Verbeek
(Buku). Edisi ke-12 diterbitkan pada tahun 1891 dalam bahasa Belanda dan Jerman
dan disimpan oleh 32 perpustakaan anggota WorldCat di seluruh dunia
(9) Over de Geologie van Ambon oleh R. D. M Verbeek (Buku). Edisi ke-6 diterbitkan
pada tahun 1899 dalam bahasa Belanda dan dipegang oleh 30 perpustakaan anggota
WorldCat di seluruh dunia
Ada dua karya yang menarik dari
Verbeek berkaitan dengan Kebumen di era kolonial. Yang satu berkaitan dengan
warisan penelitian geologi dan yang satu berkaitan dengan arkeologi. Perlu
diketahui bahwa Verbeek bukan hanya piawai di bidang keilmuan geologi namun
menaruh minat di bidang arkeologi sebagaimana dikatakan N. Wing Easton dalam
buku Ter Gedachtenis Dr.R.D.M. Verbeek
(1845-1926) sbb: “Verbeek juga
membuat dirinya sangat layak di bidang yang sama sekali di luar bidang
pekerjaannya yang sebenarnya. Sudah selama tinggal di Sumatera, beberapa barang
antik Hindu di dekat Muara Takoes, di Sungai Kampar, menarik perhatiannya, dan
ini adalah alasan baginya untuk "sedikit" ke arkeologi” (1926:4).
Bagi kalangan peneliti geologi di
LIPI (sekarang BRIN) Karangsambung, nama Verbeek sangat dikenal sebagai orang
yang pertama kali melakukan kajian menyeluruh di wilayah ini dari perspektif
geologis. Sebagaimana dikatakan N.Wing Easton yang mencatat jejak penelitian
Verbeek – sekalipun tidak menyebut secara eksplisit nama Karangsambung – di
wilayah Karesidenan Bagelen dimana Kebumen termasuk di dalamnya.
"Sebagai hasil awal dari
perjalanan tersebut, juga pada tahun 1881, Nieuwe
Geologische Ontdekkingen op Java (Penemuan Geologi Baru di Jawa)
diterbitkan oleh Verbeek dan Fennema, yang juga tersedia dalam terjemahan
Prancis dan Jerman, masing-masing dalam Archives
Néerlandaises dan dalam Neiuwe
Jahrbuch. Dilaporkan terutama bahwa penemuan batu leucite Jawa pertama di
Moeriah (Japara), dan “formasi leiform kuno” di beberapa pulau di Selat Sunda
dan di perbatasan Bagelen dan Banjoemas. Kemudian akan tampak bahwa ada
perbedaan usia yang cukup besar antara formasi ini di Jawa dan di Sumatra”,
demikian tulis Easton dalam Ter Gedachtenis
Dr.R.D.M. Verbeek (1845-1926) (1926:17)
Dalam sebuah buku setebal 1100-an
halaman berjudul, Geologische
Beschrijving van Java en Madoera (1892) ditulis oleh Verbeek dan Fennema pada
halaman 352 dimulai pembahasan sejumlah singkapan geologis kuno yang membentang
di wilayah-wilayah yang disebut “Het Loh Oelo
terrein” (kawasan Luk Ulo) termasuk aliran sungai yang menjadi cabang
Luk Ulo yaitu Kali Gebang, Kali Loning, Kali Cangkring (Sadang), Kali Paladadi
(Seboro), Kali Wates (Pucangan), Loh Kidang.
Adapun buku kedua yang ditulis
Verbeek bertema pendataan artefak arkeologi yang membentang di Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur dengan judul, Oudheden
van Java : Lijst der Voornaamste Overblijfselen uit den Hindoetijd op Java, met
eene Oudheidkundige Kaart (1891). Pada halaman 115 dari buku setebal 338
ini ada 3 lokasi yang disebutkan telah teridentifikasi meninggalkan artefak
Hindu kuno.
Laporan bernomor 196 di Ayah yang
kala itu masih berada di wilayah District
Karangbolong dan Afdeeling/Regentschap
Karanganyar diberi keterangan, Een
lingga. Ook moet hier een badkuip met opschrift zijn (Sebuah lingga. Di
sini ada bak mandi dengan tulisan)
Ayah, saat ini menjadi sebuah
nama kecamatan di kabupaten Kebumen. Keberadaan lingga di Ayah (telah penulis
ulas dalam kajian berjudul, Sistem Sosial
dan Keagamaan Masyarakat Megalitik dan Hindu Kuno di Lima Wilyah Kecamatan di
Kabupaten Kebumen, Jurnal Analisa Sosiologi, April 2020, 9 (1): 224-266 - https://www.academia.edu/42966779/SISTEM_SOSIAL_DAN_KEAGAMAAN_MEGALITIK_DAN_HINDU_KUNO_DI_LIMA_WILAYAH_KECAMATAN_DI_KABUPATEN_KEBUMEN).
Masyarakat setempat memberikan sejumlah nama lokal untuk berbagai situs Hindu
kuno di Ayah ini al., Watu Kalbut.
Laporan bernomor 197 di Srepeng
yang kala itu masih berada di wilayah District
dan Afdeeling/Regentschap
Karanganyar diberi keterangan, Ring met
Nagari - inscriptie, nu in het Museum (cincin dengan inskripsi berhuruf
nagari, sekarang ada di museum).
Srepeng saat ini menjadi nama
sebuah dusun di desa Candiwulan, kecamatan Adimulyo. Berbicara mengenai cincin
emas, DR. H. H. Juynboll dalam bukunya, Javaansche
Oudheden: Catalogus Van 's Rijks Ethnographisch Museum (1909)
menginventarisir beberapa penemuan artefak arkeologis berupa cincin dan
perhiasan emas yang ditemukan di Regentschap
(Kabupaten) Kebumen berupa cincin dan perhiasan telinga namun tarikh cincin
berasal dari Abad ke-9 dengan simbol dewi Sri sebagai lambang kemakmuran (Beberapa Penemuan Artefak Arkeologis (Cincin
Emas) di Kebumen Era Kolonial (https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2022/06/lingga-dan-yoni-di-dukuh-kaliwatu-desa.html).
Laporan bernomor 198 di Ambal
yang kala itu masih berada di wilayah District
Ambal dan Afdeeling Kebumen diberi
keterangan, Hier waren vroeger 2 beelden
, een çiwa en een doerga (Dahulu ada 2 patung di sini, yaitu Siwa dan
Durga).
Di kawasan pesisir Kebumen
ternyata menyimpan sejumlah artefak Hindu kuno yang sudah mendapatkan nama
lokal. al., di dusun Kabuaran Desa Ayah Putih Kecamatan Buluspesantren, di desa
Rowo, Kecamatan Mirit persisnya di belakang mesjid Nurul Huda, serta di desa
Singoyudan, Kecamatan Mirit. Persisnya di samping masjid Baitul Izzah (Teguh
Hindarto, Jejak Sistem Kepercayaan Hindu
Kuno di Pesisir Kebumen - https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2022/02/jejak-sistem-kepercayaan-hindu-kuno-di.html?m=1).
Laporan no 198 mengenai daftar temuan di Ambal berupa patung Siwa dan Durga sangat menarik. Dari hasil identifikasi sejumlah artefak Hindu kuno di wilayah pesisir juga kawasan utara (Lingga dan Yoni di Dukuh Kaliwatu, Desa Triwarno, Kecamatan Kutowinangun - https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2022/06/lingga-dan-yoni-di-dukuh-kaliwatu-desa.html) biasanya wujud artefak berupa lingga dan yoni yang terpisah dan patung Ganesha (Arca Ganesha di Kejawang - http://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2018/01/arca-ganesha-di-kejawang.html). Namun kali ini laporan Verbeek menyebutkan bahwa pernah ada dua patung yaitu patung Siwa dan Durga. Ini semakin menyingkapkan lapisan kepercayaan kuno yang pernah menghuni kawasan pesisir selatan Kebumen yang menganut agama Hindu mazhab Siwa. Sayang sekali kedua patung ini sudah tidak ada di tempatnya. Apakah telah di bawa ke museum atau mengalami pencurian, tidak ada keterangan yang jelas.
Sejumlah penelitian dan
identifikasi oleh para geolog dan arkeolog di era kolonial ini cukup membantu
menyingkapkan kehidupan sosial dan sistem keagamaan lapisan masyarakat kuno
yang bisa jadi berada di bawah rumah atau pekarangan serta desa di mana kita
tinggal.
Demikian pula karya R.D.M.
Verbeek yang telah melakukan kajian singkapan geologis di kawasan utara Kebumen
dan wilayah-wilayah yang dialiri Sungai Luk Ulo serta laporan artefak Hindu
kuno di Ambal, Srepeng dan Ayah dapat membantu kita untuk mengisi celah dan
ruang kosong kehidupan masyarakat kuno
(sistem sosial, budaya, agama, ekonomi) yang menghuni wilayah Kebumen, yang
belum dituliskan dan dipetakan.
Bagus blog-nya, saya baca, kapan-kapan ijin baca lagi..
BalasHapusTerimakasih. Tidak perlu ijin. Langsung masuk saja. Pintu tidak ditutup
Hapus