Kamis, 09 Mei 2019

ENG SIANG: Melacak Industri Rokok Klembak Menyan Kebumen Era Kolonial


Di masyarakat Jawa, tradisi merokok dapat dilacak sudah menjadi kebiasaan raja-raja Jawa di era Mataram pada Abad XVII, mulai dari Sultan Agung (1613-1645), Sunan Amangkurat I (1646-1677) serta Sunan Paku Buwono (1668-1719). Selain kinang dan sirih serta buah-buahan yang menjadi kebiasaan para raja Mataram menerima tamu khususnya pejabat VOC, demikian pula rokok telah menjadi sebuah penyerta. Namun demikian istilah yang dipergunakan belum menggunakan istilah rokok atau merokok melainkan “ses” atau “eses” sebagaimana terlacak dalam Serat Centini yang diterbitkan tahun 1814 atas perintah Sunan Paku Buwono V. Para raja menggunakan pipa untuk mengisap apa yang kemudian diistilahkan dengan rokok.

Pada Abad XIX, rokok telah menjadi fenomena sosial di kalangan masyarakat dan bukan ekslusif kebiasaan para raja saat menerima tamu dari kalangan pejabat VOC. Istilah rokok (berasal dari bahasa Belanda “ro’ken” yang artinya “pipa”) baru muncul dalam sebuah iklan yang dimuat di Retnodhoemilah, yaitu harian berbahasa Jawa dan Melayu yang diterbitkan di Yogyakarta, edisi Nomor 32 (22 April 1899). Perusahaan rokok kretek pertama bermula di Kudus pada sekitar tahun 1870-1880-an.

Kebumen tercatat pernah memiliki sentra industri rokok pada tahun 1938. Namanya adalah Eng Siang. Dalam sebuah berita koran Bataviaasch Nieuwsblad (12-01-1938) disebutkan, “Volgens een Ancta-correspondcnt te Koetoardjo zal de sigarettenfabriek ‘Eng Siang’ te Keboemen, waaraan thans reeds cenige honderden werklieden verbonden zijn, binnenkort tot een belangrijke uitbreiding overgaan. Dit is mogelijk, doordat thans meer afzet verkregen is in Noord-Midden-Java, met name in Semarang, Demak, Japara etc. Ook het filiaal te Gombong van bovengenoemde fabriek zal binnenkort overgaan tot het aannemen van meer personeel” (Menurut koresponden Aneta di Koetoardjo, pabrik rokok "Eng Siang" di Keboemen, yang saat ini ada ratusan pekerja, akan segera melakukan ekspansi besar-besaran. khususnya di Semarang, Demak, Japara dll. Juga cabang Gombong dari pabrik yang disebutkan di atas akan segera mempekerjakan lebih banyak staf).


Tidak banyak informasi perihal siapa pemilik pabrik rokok era pra kemerdekaan Indonesia di Kebumen dengan nama “Eng Siang” ini. Namun dari catatan Lembar Berita Negara Tahun 1959, yang dikoleksi Sdr Ryan Sto (Yogyakarta) dan saya dapatkan informasinya dari Bapak Sigit Asmodiwongso (Rumah Martha Tilaar, Gombong), tercatat bahwa Tan Eng Siang masih berproduksi dan beralamat di Jl. Raya 138, Kebumen. Jenis rokok apakah yang dikeluarkan oleh “Eng Siang?” Dalam Lembar Berita Negara Tahun 1959 tercatat logo produk dan kategori rokok yaitu “rokok klembak dan menyan”. Nampaknya nama produk rokok "Handojo" baru muncul di tahun 1950-an sebagai kelanjutan "Eng Siang" pada tahun 1938.

Sebagaimana diketahui oleh publik yang tinggal di kawasan bekas karesidenan Banyumas bahwa rokok klembak menyan menjadi sebuah ciri yang menandai kewilayahan dibandingkan dengan wilayah lain. Jika di Kudus, Yogyakarta, Kediri, Bandung berkembang jenis rokok kretek maka di wilayah karesidenan Banyumas era kolonial telah berkembang industri rokok klembak menyan dengan aneka ragam nama. Sejarawan Ong Hok Ham menuliskan, “Berbeda halnya di sebagian besar wilayah Jawa Tengah, di Karesidenan Banyumas rokok klembak merupakan jenis rokok yang umum diisap dikalangan masyarakat luas” (Hikayat Kretek, 2016:138).

Namun demikian, industri rokok di wilayah Kebumen telah dimulai di Gombong pada tahun 1925. Ong Hok Ham melanjutkan penjelasannya, “Industri rokok klembak di daerah ini baru muncul pada 1925 dengan berdirinya perusahaan rokok klembak yang pertama di Gombong, yang pada waktu itu termasuk wilayah Kabupaten Karanganyar. Pada 1928, di tempat yang sama, muncul perusahaan rokok klembak kedua, yang bisa kita masukkan ke dalam kategori perusahaan menengah. Setelah 1929, tiga buah perusahaan rokok klembak termasuk golongan perusahaan kecil” (2016:138). Sekalipun industri rokok klembak sudah pernah dimulai kecil-kecilan di Cilacap tahun 1918 namun perusahaan rokok baru dimulai tahun 1928.


Dari hasil penelusuran data perkembangan industri rokok klembak menyan di wilayah Banyumas periode 1929-1933, Ong Hok Ham berkesimpulan, “...dengan adanya perusahaan-perusahaan menengah di Kabupaten Karanganyar dan Purbolingo, kedua daerah ini menjadi pusat industri rokok klembak terpenting di karesidenan Banyumas” (2016:139). Yang dimaksudkan dengan Karanganyar adalah Gombong karena sebelum tahun 1936, Gombong masih dimasukkan wilayah dari Kabupaten Karanganyar. Sejak Tahun 1936, Kebumen ditetapkan menjadi wilayah Kabupaten oleh pemerintahan Hindia Belanda dimana Karanganyar dan Gombong masuk kewilayahan Kabupaten Kebumen.

Keberadaan pabrik rokok “Eng Siang” yang terlacak keberadaannya ini dapat melengkapi kajian sejarah perihal perkembangan rokok klembak menyan yang ternyata tidak hanya berpusat di Gombong melainkan di wilayah Kebumen. Bahkan pada tahun 1938, perusahaan rokok ini memiliki cabang di Gombong, sekalipun perusahaan rokok klembak menyan secara genetis historis memang bermula di Gombong dan tetap bertahan hingga saat ini sekalipun telah berganti pemilik dan nama perusahaanya sebagaimana pernah penulis ulas dengan judul, Rokok Klembak Menyan Gombong: Potret Aktivitas Ekonomi Klasik dan Sejarah Publik (http://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar