Berjalan pada siang melewati kawasan RSUD Kebumen lama yang berada di Dusun Bojong Kelurahan Panjer terasa begitu sepi. Jika siang begitu sepi bisa dibayangkan jika melewati kawasan ini malam hari. Sejak keberfungsiannya dihentikan pada tahun 2014 dan dipindahkan di RSUD Jendral Soedirman di Jl. Lingkar Selatan, bangunan rumah sakit ini semakin lama semakin tidak terurus keberadaannya. Tahun 2016 sebagian bangunan ini diruntuhkan. Semula tersiar kabar akan dibangun kantor Badan Metereologi.
Perlahan bangunan rumah sakit ini semakin sakit sebelum benar-benar mati. Kematian bangunan ini ditandai dengan ruangan kosong, kotor, tembok yang mulai lusuh dan dipenuhi corat-coret pilox serta semak-semak yang mulai tumbuh di sana-sini.
Namun tidak sepenuhnya bangunan ini mengalami “kematian” karena di bagian sebelah Barat di lokasi bekas pintu masuk RSUD lama, sebagian bangunan difungsikan sebagai Rumah Singgah Dosarasa (Pelayanan Rehabilitasi Sosial Eks Psikotik dan PGOT). Sementara di sebelah Timur ada sebuah bangunan megah namun “mati” karena kosong dan tidak pernah ada aktivitas. Di fasad bangunan tertulis Sekretariat Bersama Agrocity of Java.
Keberadaan bangunan RSUD lama kini lekat dengan berbagai cerita misteri dan mistis yang menjadi pergunjingan masyarakat sekitar dan menyebarluas dari mulut ke mulut. Mungkin masih tergiang sebuah kisah di tahun 2015 perihal seorang perempuan yang hendak melahirkan mendatangi kawasan ini pada malam hari dan melihat aktivitas di rumah sakit ini seperti biasanya. Setelah siang hari melihat lokasi ini baru mengetahui bahwa kawasan ini sudah tidak berfungsi.
Namun penulis tidak hendak menceritakan berbagai kisah mistis berkaitan kawasan bangunan yang saat ini membisu dari aktivitas baik siang maupun malam. Penulis akan berkisah mengenai sejarah yang melekati keberadaan gedung tua yang pernah dipergunakan untuk merawat orang-orang sakit dan mengurus sejumlah orang yang hampir meregang nyawa bahkan kehilangan nyawanya baik karena kecelakaan, penyakit maupun usia renta.
Keberadaan gedung RSUD lama sebenarnya merupakan peninggalan Belanda khususnya Zending atau Misi Pekabaran Injil. Jejak arsitektur bangunan dan fasad bangunan serta selasar bagian dalam bekas rumah sakit ini memperlihatkan warisan kolonialnya. Dibalik debu tebal yang menutupi gedung tua mati ini tersimpan kisah bersejarah yang menarik diketahui.
Dalam artikel berbahasa Belanda berjudul, De Zendingsarbeid der Friesche Gereformeed Kerken in Kedoe (Midden Java) atau Karya Misionaris Gereja Reform Frisian di Kedu (Jawa Tengah) yang diterbitkan oleh Leeuwarder Courant terbitan 29 April1939 dikatakan sbb,
“In Mei 1915 kwam de eerste voor het te bouwen hospitaal te Keboemen aan en op 1 Januari 1916 konden de eerste patiĆ«nten in het ziekenhuis worden opgenomen Onder leiding van ds. vsn Dijk was de bouw met de medewerking vsn den heer Zuldems zeer vlug tot stand gekomen”
Terjemahan bebas:
“Pada Mei 1915, rumah sakit pertama yang akan dibangun tiba di Keboemen dan pada 1 Januari 1916 pasien pertama dapat dirawat di rumah sakit. Di bawah kepemimpinan Pdt. Van Dijk, pembangunan itu direalisasikan dengan sangat cepat dengan kerjasama dari Tuan Zuldems”.
Dari
keterangan surat kabar tersebut kita mendapat keterangan bahwa bangunan ini telah
difungsikan di era kolonial sejak tahun 1915 dan dibuka untuk publik mulai 1 Januari
1916. Pdt. Van Dijk menjadi pemimpin pembangunan kala itu.
Rumah
sakit ini tidak dibangun oleh militer melainkan oleh sebuah badan Pekabaran
Injil dan sudah direncanakan sejak tahun
1912 sebagaimana dilaporkan Leuwarder Courant bertanggal
7 Maret 1912
Laatste berichten.
Zendingshospitaal te Keboemen.
“In
een heden te Leeuwarden gehouden buitengewone synode van de Gereformeerde
kerken in Friesland is het voorstel van de zendende kerk en de deputaten voor
de zending, om over te gaan tot de stichting van een zendingshospitaal te
Keboemen, in beginsel aangenomen. De definitieve beslissing is aangehouden tot
de a.s. gewone vergadering der synode”
Terjemahan bebas:
Pesan Terbaru. Rumah Sakit Misi
di Keboemen.
“Dalam
sebuah sinode luar biasa dari gereja-gereja Reformasi di Friesland, yang
diadakan hari ini di Leeuwarden, proposal dari gereja pengutus dan para deputi
untuk misi pendirian sebuah rumah sakit misi di Keboemen secara prinsipil telah
diterima. Keputusan akhir telah dicadangkan sampai pertemuan rutin dari sinode
ini”
Besaran pembiayaan rumah sakit
ini pada waktu hendak dibangun adalah, “De
totaal kosten bedragen 70 mille, waarvan driekwart door de regeering wordt
gegeven” (Total biaya mencapai 70 juta, tiga perempatnya diberikan oleh
pemerintah) sebagaimana dilansir koran Bataviaasch
Newspaper bertanggal 22
September 1915. Direktur rumah sakit pada tahun itu adalah dr. Oosterhuis.
Adapun direktur kedua rumah sakit ini terlacak pada tahun 1925 adalah dr.
Brumellkampt sebagaimana dilansir Het Nieuws van Den Dag Voor
Nederlandsch-Indië bertanggal 20 Mei 1925.
Pada tahun 1942, ketika Belanda
mengaku menyerah kepada Jepang, status kepemilikannya berubah menjadi milik
pemerintah pendudukan Jepang hingga tahun 1945. Baru kemudian di tahun 1950,
Pemerintah Jepang menyerahkan pengelolaannya kepada Indonesia hingga berakhir
keberfungsiannya pada tahun 2014.
Melihat usia dan nilai
historitas bangunan RSUD lama yang semula adalah Zending Hospitaal sejak tahun 1915, seharusnya banguna ini tidak
dibiarkan mengalami kematian di telan waktu demi waktu dan hanya menjadi saksi
bisu perubahan zaman. Apalagi sebagian bangunan telah mengalami penghancuran
pada tahun 2016.
Di utara bangunan ini tengah
giat dibangun jalur double track
kereta api. Sebuah simbol dinamika perubahan sosial ekonomi berlalu lalang di
depan bangunan tua warisan kolonial Belanda. Adalah baik jika pemerintahan
daerah dan para sejarawan lokal, peminat heritage, sosiolog, budayawan
berdialog merumuskan sebuah konsep masa depan bangunan ini.
Dengan demikian bangunan
bernilai historis ini kembali hidup dan menjadi bagian dari denyut jantung kota
dan perubahan sosial ekonomi yang menyertainya. Kiranya...
hahaha, gak tahu mau sampai kapan terbengkalai. NV Mexolie yang punya sejarah banyak juga malah jadi hotel..
BalasHapusKalau dalam konteks konservasi, dijadikan hotel dan museum lebih baik daripada terbengkalai apalagi dihancurkan sama sekali. Bisa menghilangkan jejak dan konteks sosial historis sebuah kota
Hapusterima kasih informasinya. menjadi tambahan bagi saya dalam melakukan riset untuk tugas konservasi arsitektur.
BalasHapusPemerintah harus bertindal cepat, untuk menjaga nilai historianya. Apalagi bagunan ini bangun oleh orang2 Zending.
BalasHapusPemerintah harus bertindak cepat, demi menjaga nilai historianya. Apalagi bagunan ini dibangun oleh orang2 Zending.
BalasHapus