Selasa, 18 Juni 2019

APA YANG MENANTI DI KEGELAPAN GUA KIDANG?



Setelah mengalami kekeliruan menemukan lokasi bernama Gua Kidang (Si Kidang), akhirnya penulis dan beberapa teman berhasil menjejakkan kaki dan memasuki mulut gua dan berjalan beberapa ratus meter menuju lorong yang semakin menurun ke bawah dan....gelap gulita.

Kami memutuskan untuk tidak memasuki lebih dalam lorong gelap yang tidak teridentifikasi kedalaman dan apa yang menanti di dalam sana, karena kami hanya membawa handphone yang memiliki lampu dengan daya penerang yang terbatas.

Yang kami lakukan hanya memotret sejumlah grafiti yang telah tersemat di mulut gua dan lorong sebelah kanan dan kiri melalui alat paku yang digoreskan. Semua grafiti yang disematkan hanya menuliskan nama seseorang dan tanggal mereka menuliskan nama dan mengunjungi lokasi tersebut. Bahkan ada yang menuliskan angka tahun 1969. Entah tahun kelahiran si pemilik nama atau tahun dia menyematkan namanya. Yang jelas, goresan paku memenuhi sepanjang lorong sampai pertengahan lorong yang tidak ada cahaya sama sekali.

Nampaknya anak-anak muda telah kerap mengunjungi lokasi ini pada hari tertentu dan mengoreskan nama mereka di lorong gua. Selebihnya, entah apa yang dilakukan mereka. Di mulut gua, kami menemukan setangkup sesaji yang terdiri dari dedaunan dan menyan yang dibakar.

 

Ketika penulis menanyai seorang ibu yang kebetulan lewat dan membersihkan sawah keringnya, gua tersebut telah lama dikunjungi dan dipergunakan untuk berbagai kepentingan. Ibu ini kelahiran tahun 1958 dan memberikan kesaksian bahwa sejak kecil gua ini sudah dipakai untuk tempat bertapa dan menyepi demi kepentingan tertentu. Sesaji yang disediakan di mulut gua nampaknya berakar dari tradisi lama yang telah lebih dahulu ada dimana lokasi tersebut dijadikan menjadi tempat menyepi dan melakukan sejumlah aktivitas spiritual.


Menariknya, saat dilakukan pemotretan baik oleh penulis dan beberapa teman, di layar kamera nampak beberapa bulatan putih (orbs) dan ada juga kabut putih nampak keluar dari kedalaman gua yang gelap. Apakah itu? Tulisan ini tidak hendak memperdalam fenomena yang ditemui tersebut.


Sangat disayangkan, belum ada satupun laporan akademik dan ilmiah terkait keberadaan gua yang disebut dengan Gua Kidang yang berlokasi di Desa Nagaraji, Kecamatan Buayan ini. Selayaknya para peneliti kebumian (geolog) seperti LIPI Karangsambung dapat melakukan penelusuran dan penelitian serta memetakan batuan gua dan kedalaman serta muara gua demi kepentingan ilmiah.

 

Di zaman Hindia Belanda, Tahun 1940, sebuah gua baru ditemukan di wilayah yang sekarang ini berada di kawasan Karst Gombong Selatan atau Timur Gua Jatijajar. Koran berbahasa Belanda menyebutkan sebuah wilayah yang tidak jauh dari Karang Bolong dan dekat dengan Banyumudal. Berikut laporannya:

NIEUWE BEZIENSWAARDIGHEID

Ongeveer 9 kilometer van Gombong, nabij Keboemen, ls aan den weg naar Karangbolong dicht bij Banjoemoedal een grot met fraaie druipsteenvormingen ontdekt. Na den ontdekker, een Chineesche opzichter uit de buurt, zijn reeds velen uit Gombong en Keboemen de grot komen bewonderen. De nieuwe bezienswaardigheid heeft reeds een naam gekregen: Boewa Barat, de Grot in het Westen (Bataviasch Nieuwsblad Tanggal 18 September 1940)

PENCARIAN BARU

Sekitar 9 kilometer dari Gombong, dekat Keboemen, sebuah gua dengan formasi dripstone yang indah telah ditemukan di jalan menuju Karangbolong dekat dengan Banjoemoedal. Setelah penemu, seorang pengawas Cina dari lingkungan itu, banyak dari Gombong dan Keboemen telah datang untuk mengagumi gua. Pemandangan baru telah diberi nama: Boewa Barat, Gua di Barat)


Pada tanggal yang sama namun koran yang berbeda dimuat sebuah judul dan laporan sbb:

NIEUWE GROT ONTDEKT.

Fraaie Druipsteenvormingen.

Ongeveer 9 kilometer van Gomfoong, nabij Keboemen, Is aan den weg naar Karangbolong dicht bij Banjoemoedal een grot met fraaie druipsteenvormingen ontdekt. Na den ontdekker, een Chineeschen opzichter uit de buurt, zijn reeds velen uit Gombong en Keboemen de grot komen bewonderen. De nieuwe bezienswaardigheid heeft al een naam gekregen: Goewa Barat, de Grot in het Westen. (Aneta.) (Indische Courant Tanggal 18 September 1940)

GUA  BARU DITEMUKAN.

Formasi Batu Tetes Yang Indah

Sekitar 9 kilometer dari Gomfoong, dekat Keboemen, sebuah gua dengan formasi dripstone yang indah telah ditemukan di jalan menuju Karangbolong dekat dengan Banjoemoedal. Setelah penemu, seorang pengawas Cina dari lingkungan itu, banyak dari Gombong dan Keboemen telah datang untuk mengagumi gua. Pemandangan baru telah diberi nama: Goewa Barat, Gua di Barat. (Aneta.)


Goa Barat ditemukan Tahun 1940 oleh seorang pengawas Tionghoa dan dideskripsikan sebagai "druipsteenvormingen" (formasi batu tetes) alias stalaktit. Saat ini, Gua Barat telah dikembangkan menjadi obyek wisata minat khusus dengan melakukan caving di sepanjang lorong gua yang dipenuhi dengan stalaktit dan stalakmit.


Bagaimana dengan Gua Kidang? Gua yang tidak diketahui siapa penemunya namun sudah sejak tahun 1950-an dipergunakan masih dipenuhi dengan kabut misteri, segelap lorong yang tidak kami masuki.

Kiranya para peneliti kebumian mengarahkan perhatian dan melakukan sejumlah riset serta penelusuran yang bermanfaat bagi masa depan pengetahuan ilmiah dan sekaligus menjaga keberlangsungan ekologis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar