Nama Sempor, lekat dengan
keberadaan sebuah waduk yang mengalami kejayaan di era tahun 1980-an menjadi
salah satu pusat kunjungan wisata di saat liburan. Diresmikan pembangunannya
oleh Presiden Suharto pada tahun 1978 silam.
Sekalipun sejak akhir 1990-an pusat
keramaian wisata bergeser ke banyak tempat lain dan Sempor ditinggalkan
pengunjungnya, namun sampai saat ini sejumlah kecil wisatawan masih menjadikan
Waduk Sempor sebagai pilihan kunjungan wisata. Sejumlah kegiatan pariwisata dan
event yang digerakkan oleh desa mulai bergeliat dan menggairahkan kembali
eksistensi Sempor di tengah menjamurnya sejumlah tempat wisata baru khususnya
di wilayah Kebumen.
Waduk sempor merupakan
bendungan pada daerah Sungai Jatinegara atau disebut juga Sungai Sempor dan
Sungai Cicingguling yang mengalir dari utara ke selatan di Pegunungan Serayu
Selatan dan bermuara di Samudra Hindia. Waduk Sempor terletak 8 km disebelah
utara kota Gombong. Waduk sempor berada di ketinggian kurang lebih 30 meter di
atas permukaan air laut.
Sempor, ternyata bukan hanya
lekat dengan keberadaan waduknya. Di era kolonial, Sempor menjadi sebuah sentra
kegiatan ekonomi tertentu khususnya yang dikelola oleh pihak swasta Belanda
sebelum akhirnya pihak pemerintah Belanda merencanakan sebuah pembangunan waduk
hingga kemudian diambil alih oleh pemerintahan Republik Indonesia, baik di era
pemerintahan Sukarno maupun Suharto.
Kita akan melacak secara
singkat berdasarkan laporan artikel dan iklan koran berbahasa Belanda dari
periode kolonial terkait dengan keberadaan Sempor dan sejumlah aktivitas
ekonominya.
Sumber
Air Mineral
Dalam sebuah berita dalam
koran, Het Nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie
bertanggal
29
April 1907 dengan judul, Mineraalwaterbron
(Sumber Air Mineral) disebutkan perihal penemuan sumber air mineral.
Menurut laporan koran tersebut
bahwasanya kualitas air mineral tersebut telah dianalisis oleh seorang ahli
dari Batavia bernama Mr. Rathkamp dan dinilai, “is het een zeer gezond water dat met de beste Europeesche bronwateren
kan wedfl veren” (air yang sangat sehat yang dapat bersaing dengan perairan
mata air Eropa terbaik). Disebutkan bahwa keberadaan air mineral yang ini akan
segera dipasarkan dan dikirim ke Semarang, Batavia, dan Surabaya.
Jika di tahun 1907 belum
disebutkan siapa pemilik dan pengelola air mineral yang ditemukan di Desa
Sempor maka pelacakan koran Algemeen Handelsblad bertanggal 15 Mei 1912
telah menyebut satu nama yaitu Ch. Rapaport.
Dalam laporan koran ini
disebutkan bahwa sebelum Ch. Rapaport menjadi pemilik dan pengelola perusahaan
air mineral ini, sumber mata air ini menjadi pokok perselisihan kepemilikan dan
pengelolaan hingga Rapaport kemudian mengambil alih. Koran tersebut mengatakan:
"Sumber
mata air ini - yang sebelumnya merupakan sumber kontroversi dan masalah antara
pemegang konsesi dan pemegang saham -
sekarang menjadi pemilik toko Ch. Rapaport di Gombong. Ia
dapat mengelolanya sendiri tanpa modal perusahaan, tetapi cepat atau lambat ia
akan mendirikan perusahaan. Karena orang-orang Tiongkok saat ini memperkenalkan
toko-toko es krim kecil ke dalam perusahaan, Mr. Rapaport tidak dapat
ditinggalkan".
Namun demikian usaha bisnis air
mineral Rapaport banyak mengalami kendala di bidang transportasi sehingga harga
jual yang ditawarkan tidak terjangkau oleh para pembeli. Belum lagi bisnis es
krim oleh sejumlah orang Tionghoa mulai menarik konsumen. Rapaport kemudian
mengusulkan ke pihak pengelola Staat Sporwagen untuk membangun jalur kereta api
dari Gombong ke Sempor.
"Ini
bukan bisnis seperti itu dari perusahaan Apollinaris di Neuenahr di wilayah
Rhine, tetapi operator berusaha untuk memperoleh pasar yang lebih besar untuk
Sempor ajerblanda. Bagaimanapun, sangat sulit di perusahaannya karena tidak
adanya jalur kereta api antara Sempor dan Gombong. Tingginya
biaya pengangkutan antar wilayah dan pecahnya botol menyebabkan Sompor-ajer
blanda dijual dengan harga yang sama sekali tidak mendorong masyarakat untuk
memilih air mineral ini daripada Apollinaris dan blanda anyelir buatan'
Ketika kita membaca penggalan
berita di atas ada sebuah istilah yang mungkin membuat kita bingung yaitu “Sempor ajerblanda” atau “ajer-blanda”. Istilah “ajer-blanda”
artinya “air Belanda” yaitu sebuah istilah untuk “air mineral”. Pradaningrum
Mijarto dalam artikelnya, Air
Belanda, Apa Itu? menjelaskan perihal “ajer Blanda” sbb, “Air mineral di Hindia Belanda hadir atas
prakarsa seorang apoteker bernama Hendrik Freerk Tillema yang pada 1896 bekerja
di Samarangsche-Apotheek milik R Klaasesz and Co. Ewald Vanvugt, dalam sebuah
artikel berjudul De Donkere Kant van
Tempo Doeloe (Sisi Tergelap Tempo Doeloe) menulis, HF Tillema mampu membeli
perusahaan Klaasesz and Co pada 1899” (http://www.kompas.com).
Tidak ada keterangan lain
berupa artikel ataupupun iklan yang menunjukkan perkembangan dan ekspansi usaha
air mineral Rapaport yang bersumber di Sempor ini, sampai nanti nama Rapaport
muncul di iklan lain berkaitan dengan usaha barunya.
Hotel
dan Sumber Air Panas
Koran De Preangerbode
bertanggal 1 November 1915 melaporkan sebuah iklan keberadaan hotal bernama Hotel Rapaport dan diberikan keterangan, "In de onmiddellijke nabijheid van toko
Rapaport (di sekitar Toko Rappaport)".
Namun demikian sebelum tahun
1915 sebagaimana laporan iklan koran Het
nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië bertanggal 14 Oktober 1910, nama
Rapaport muncul sebagai sebuah pengelola hotel dengan menyediakan sebuah
keistimewaan yaitu pemandian air panas untuk proses kesembuhan penyakit.
Selengkapnya iklan tersebut
berbunyi:
Koolzuurhoudende
Warmwater-Baden te SEMPOR. Zijn
zeer uitstekend voor zenuw-, jichten Bheumatieklijders en bevorderen den
eetlust. Deze badinrichting, waar tevens EEN HOTEL aan verbonden is, is gelegen
op een afstand van 4 1/2 paal van
Gombong. Inlichtingen zijn te bekomen bij den Eigenaar Ch. RAPAPORT te Gombong.
Terjemahan bebas:
"Pemandian Air Panas
Berkarbonasi di SEMPOR. Sangat
luar biasa untuk penderita saraf dan asam urat, serta meningkatkan nafsu makan.
Penginapan mandi ini, yang juga memiliki sebuah hotel, terletak pada jarak 4
1/2 paal (4 1/2 x 1.705= 6,781,5 (6,8 km) dari Gombong. Informasi dapat
diperoleh dari Ch. RAPAPORT Pemilik di Gombong"
Untuk beberapa tahun lamanya
iklan Koolzuurhoudende Warmwater-Baden di
Sempor masih ditayangkan di sejumlah media surat kabar meskipun kemudian tidak
dapat ditelusuri apa yang terjadi kemudian.
Sumber
Pengairan Gombong
Sampai akhirnya sebuah koran Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indië bertanggal 5 November 1919 menyebutkan sebuah
rencana dari pihak militer (Belanda) untuk membuat semacam sumber penampungan
air. Dalam sebuah berita pendek berjudul, Water
voor Gombong dikatakan:
"Di
Gombong, sebuah komisi militer bertugas menyelesaikan masalah pasokan air di
garnisun di sana. Ada
pilihan antara Boeajan, sumber ukuran besar ± 7 paal selatan Sempor ± 6 paal
utara Gombong. Namun,
yang pertama, airnya (Buayan) telah ditolak. Saat
ini seseorang telah kembali dari Eropa dalam negosiasi dengan pemilik De
Semporbron, yaitu Tuan Rapaport. Jika kesepakatan tercapai, Gombong akan
kehilangan tempat yang menyenangkan dan nyaman untuk bersantai'.
Artikel di atas menerangkan
bahwa Buayan dan Sempor menjadi dua lokasi yang dipilih sebagai tempat pasokan
air untuk kepentingan publik dan pilihan jatuh pada Sempor.
Pemilihan lokasi Sempor sebagai
tempat pemasokkan air nampaknya mengambil lahan yang cukup luas dan mengubah
beberapa landskap sampai-sampai artikel tersebut memberikan gambaran, “zal Gombong een lief gelegen en aangename
uitspaningsplaats verliezen (Gombong akan kehilangan tempat yang menyenangkan
dan nyaman untuk bersantai)"
Nampaknya proyek ini tidak
begitu berhasil dan nanti paska kemerdekaan pada tahun 1957 - proyek yang sudah
digagas sejak pemerintahan Belanda – akhirnya dilaksanakan oleh pemerintahan Sukarno
dan disempurnakan di era pemerintahan Suharto.
Pembangunan
Waduk
Pasca kemerdekaan dan Sempor
telah menjadi bagian dari Republik Indonesia, koran Algemeen Indisch Dagblad: de Preangerbode bertanggal 7 Februari 1957 menurunkan sebuah artikel cukup
panjang dengan judul, Irrigatiewerken in
voorbereiding: Groots project bij Sempor in uitvoering Midden Java (Pekerjaan
Irigasi Dalam Tahap Persiapan: Proyek Besar Sempor Jawa Tengah Dalam
Pelaksanaan).
Artikel tersebut melaporkan
bahwa sesuai desain akan dibangun penampungan air yang dapat menampung 76 juta
m3 air dengan jumlah air bersih mencapai 59 juta kubik. Permukaan danau buatan
ini memakan luasan 300 ha dengan ketinggian bendungan primer 57 m. Sebuah
bendungan sekunder setinggi 14 m kemudian dibangun di punggung bukit terdekat.
Proyek ini direncanakan mengairi
permukaan seluas 13.300 ha secara permanen, di mana 2 kali menanam padi dan 1
kali tanaman tambahan dapat dipanen per tahun. Jika keuangan memadai, proyek
ini diharapkan selesai pada tahun 1962.
Tujuan proyek bendungan bukan
sekedar untuk keperluan irigasi melainkan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
bandjir terus menerus di daerah sekitar Karanganjar. Adapun biaya keseluruhan
untuk pembangunan Waduk Sempor di tahun 1957 adalah sekitar Rp. 70.000.000,-.
Sempor
Masa Kini
Sekalipun pengunjungnya tidak
seramai di era tahun 1980-an, namun panorama Sempor tetap menjadi primadona
bagi mereka yang menyukai eksotika dan panorama bukit dan ketenangan air waduk
serta perjalanan mengelilingi waduk dengan perahu mesin.
Sejumlah event kewisataan
digiatkan kembali oleh kelompok Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) dan
pemerintahan desa sebagaimana event bernama Festival Kaliputih yang
menampilkan pertunjukan seni dan budaya berupa sendratari dan wayang dengan 5
dalang cilik yang diselenggarakan di kawasan Waduk Sempor, Kecamatan Sempor,
Kabupaten Kebumen, 25 Desember 2018 silam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar