Selasa, 01 September 2020

JEJAK ARTEFAK BEKAS PEKUBURAN BELANDA DI AMBAL KLIWONAN

 

Segelas kopi Vietnam Driep dan camilan pisang goreng dan tempe mendoan telah habis disantap. Pak Guru Hardi Nugroho sang pemilik Cafe Blaar 88 Ambal, kembali mengajak penulis untuk melihat sejumlah lokasi yang pernah ditemukan sebelumnya. Lokasi pertama terletak di belakang SD Ambal Kliwonan dan lokasi kedua di tepian jalur JLSS (Jalur Lingkar Selatan-Selatan).

Lokasi pertama adalah sebuah lokasi pekarangan rumah warga setempat namun berdiri sebuah bangunan kecil mirip monumen. Menurut informasi dan kesaksian warga sekitar yang telah membeli tanah tersebut, dahulu adalah lokasi pemakaman. Masyarakat menyebutnya dengan istilah “bong”. Namun dikarenakan melihat ciri bangunan yang mirip monumen dan sebuah sisa patahan yang tersusun dari bata merah, nampaknya bangunan mirip monumen ini adalah salah satu pusara khas orang-orang Belanda yang sudah meninggal.

Beberapa warga yang ditanyai memberi kesaksian (ada yang kelahiran 1968 dan 1975) bahwa dahulu saat mereka masih kecil sering bermain di kawasan pekuburan Belanda dan menjadikan pusaranya sebagai alas meja permainan mereka. Saat ini tidak ada satupun bekas pusara orang-orang Belanda tersebut. Kemana dan bagaimana nasib orang-orang yang terbaring di dalamnya? Sebagaimana yang terjadi di kawasan kuburan Belanda di Karanganyar yang pernah penulis teliti (Makam Belanda Tanpa Kisah di Karang Kemiri -http://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2020/07/makam-belanda-tanpa-kisah-di-karang.html) nasib bekas pekuburan Belanda ini setali tiga uang. Raib tanpa bekas. Untungnya masih menyisakan dua artefak yang tidak bernama.

Penampakkan artefak bangunan mirip monumen ini lazim ditemui di beberapa pekuburan Belanda (kerkhof) yang masih terawat, baik di Cilacap, Gombong, Purworejo. Pusara orang Belanda yang telah meninggal tidak selalu berbentuk horisontal dan membujur lebih tinggi sedikit dari tanah namun dapat juga berbentuk vertikal meninggi ke atas sebagaimana dapat ditemui di kawasan Kerkhof Semanding Gombong. Beberapa nama yang teridentifikasi di sana al., C.F. Campen dan M. Peleen (Nama dan Kisah di Kerkhof Gombong -http://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2019/05/nama-dan-kisah-di-kerkof-gombong.html). Di tengah bangunan pusara mirip monumen biasanya tertulis sebuah nama dengan dilapisi batu marmer dengan frasa, hier rust (di sini beristiirahat” yang kemudian diikuti dengan identitas seseorang yang dikuburkan.


Kerkhof Cilacap


Kerkhof Gombong

Demikian pula dengan penampakkan artefak mirip monumen di sebuah pekarangan warga di belakang SD Ambal Kliwonan memperlihatkan ciri-ciri demikian. Di tengah bangunan ada lobang menjorok ke dalam membentuk tubuh manusia dan di samping kiri dan kanan ada dua lubang menjorok ke dalam membentuk tubuh manusia. Seorang ibu yang berada di sekitar lokasi makam tersebut memberikan kesaksian bahwa dahulu ada nama seseorang dituliskan dalam batu marmer. Bahkan beberapa orang pernah melakukan penggalian di bagian bawah makam ini untuk mendapatkan sesuatu yang dianggapnya barang berharga.

Kondisi hilangnya makam Belanda dengan pusara dan namanya ini sangat disayangkan. Padahal jika kita dapat melihat nama dan angka-angka tahun mereka yang terbaring di sini maka dapat memperkirakan usia makam Belanda dan meletakannya dalam situasi kesejarahan terkait dengan keberadaan Ambal sebagai sebuah kabupaten dari 1832-1872.

Lokasi kedua yang berada beberapa ratus meter di tepian Jalan Lingkar Selatan-Selatan di antara gundukan pasir dan tanaman warga setempat, terdapat sekitar 4 pusara orang Tionghoa yang lazim disebut “bong”. Namun hanya dua yang masih teridentifikasi bentuk dan huruf kanji yang tersemat di Bong Pay atau Mu Bei (batu nisan makam). Petunjuk lain yaitu berupa Mu Qiu atau Mu Gui alias tempat untuk meletakkan peti jenazah, dan berbentuk seperti gundukan bukit. Dan terakhir, Mu An Qian Kao atau tembok pembatas dalam yang mengelilingi bukit makam. Namun dikarenakan penulis tidak bisa berbahasa kanji maka tidak bisa mengidentifikasi nama dan tahun meninggal orang Tionghoa yang berbaring di sana.


Sekalipun tidak ada keterangan dan informasi yang dapat melacak siapa dan bagaimana keberadaan pekuburan Belanda dan Tionghoa di wilayah Ambal namun keberadaan makam ini menunjukkan kelompok-kelompok sosial yang pernah menghuni Ambal di era kolonial (sekitar 1800-an-1900-an) yang bukan hanya terdiri dari orang Jawa melainkan orang Belanda dan orang Tionghoa.

Sebagaimana kabupaten terdekat di era kolonial (Karanganyar, Kutoarjo, Purworejo) di Kebumen era kolonial susunan penduduk terbagi atas pribumi Jawa, orang Belanda dan Tionghoa serta Timur Asing.  Dalam sebuah laporan  oleh Tijdschrift voor het Nederlandsch Aardrijskundige Genootschap (Majalah untuk Masyarakat Geografi Belanda) 1891, disebutkan bahwa etnis yang tinggal di Kebumen tahun 1891 terdiri dari: Orang Eropa (54), Pribumi (3015), Orang Tionghoa dan Timur Asing lainnya (541). Total jumlah penduduk 3.610. Jumlah ini hanya meliputi kota Kebumen yang terdiri dari Kawirayudan, Mertokondo,, Jetis, Prumpung, Gunung Wujil, Kebumen (Teguh Hindarto, Dinamika Sosial Ekonomi Kebumen Era Kolonial, Materi Historical Study Trips, 2 Agustus 2020).

Dalam Ilmu Sosiologi dibedakan antara stratifikasi sosial dan deferensiasi sosial. Jika stratifikasi sosial merupakan pengelompokkan masyarakat berdasarkan pemilikan kekayaan dan pengetahuan maka diferensiasi sosial merupakan pengelompokkan sosial berdasarkan etnis, budaya, agama. Jika stratifikasi sosial bersifat vertikal maka diferensiasi sosial bersifat horisontal.

Keberadaan makam orang Jawa, Belanda, Tionghoa yang sudah ada sejak era kolonial ini memperlihatkan diferensi sosial masyarakat Ambal. Kita bisa membayangkan bagaimana interaksi sosial dan transaksi ekonomi terjadi di antara etnis-etnis yang berbeda pada zaman tersebut.

Kiranya penelusuran ini semakin memberikan wajah utuh kepingan-kepingan informasi masa silam khususnya di wilayah Ambal yang pernah menjadi sebuah kota kabupaten dari tahun 1832-1872

1 komentar:

  1. Mas...itu foto nisan huruf kanji/ Tionghoa...minta tolong aja sama teman yg ahli bahasa itu...biar bisa ketahuan nama atau keterangan lainnya...

    BalasHapus