Sebuah peristiwa terjadi di
Kebumen September 1929. Peristiwa tersebut adalah tindakkan meracuni seorang
tuan rumah Belanda oleh seorang perempuan pembantu rumah tangga Hindia
(pribumi). Beberapa koran berbahasa Belanda melaporkannya. Di antaranya De Indische courant (9 September 1929)
dan De Sumatra post (16 September 1929).
Jika De Indische Courant menyamarkan
nama korban yang diracuni dengan “Heer M.” (Tuan M) namun De Sumatra Post menyebutkan dengan jelas nama korban yaitu “Heer
H.J. Mesland” beserta kewargaannya yaitu Belanda dan berusia 36 tahun. Bahkan
pekerjaan Tuan Mesland dengan gamblang disebutkan sebagai “ertegenwoordiger van de Banjoemasche Electriciteit Maatschappij en
eigenaar van de plaatselijke bioscoop te Keboemen” (perwakilan/agen dari
Banjoemasche Electriciteit Maatschappij dan pemilik bioskop lokal di Keboemen).
Jika membaca peristiwanya dalam
koran tersebut layaknya sebuah drama, sebagaimana koran De Sumatra post menyebutnya,
“een drama had afgespeeld bij het plotseling overlijden van den Heer
H.J. Mesland” (sebuah drama telah terjadi di Keboemen dalam kematian mendadak
Mr. H. J. Mesland).
Intisari kisahnya adalah sbb:
Tuan Mesland pernah memecat pembantu rumah tangga ini karena kedapatan pernah
meracuni dirinya. Tuan Mesland menukar secara diam-diam kopi beracun tersebut
sehingga sang pembantulah yang meminum kopi buatannya sendiri yang
mengakibatkan dirinya muntah-muntah.
Tidak lama kemudian sang
pembantu yang sudah dipecat ini menyurati secara teratur tmantan tuannya dan
pada salah satu suratnya membujuk tuannya untuk meneriman kembali bekerja. Surat
terakhirnya bertanggal 28 Agustus dan memohon untuk diizinkan tinggal
bersamanya kembali selama tiga hari (sebelum melakukan) perjalanan ke Menado.
Tujuan dari kunjungan ini adalah "untuk mengucapkan selamat tinggal
selamanya". Tuan Mesland pun mengabulkannya.
Dua hari setelah kedatangan
pembantu tersebut, Tuan Mesland baru saja tiba dari Karanganyar dengan letih. Pada
pukul 19.15 Tuan Mesland bermaksud pergi ke bioskopnya untuk mengatur beberapa
hal. Sebelumnya dia meminum segelas kopi.
Tiba-tiba dia mengalami pingsan
namun dokter dipanggil pada pukul 21.00 saat Tuan Mesland telah kritis. Dokter
memanggil polisi dan polisi tidak menemukan gelas berisikan kopi melainkan
sebotol bir di meja Tuan Mesland.
Saat di selidiki di kantor
polisi, pembantu rumah tangga ini menyangkal keterlibatannya. Namun polisi
menemukan zwart poeder (serbuk hitam) yang ternyata biasa dipergunakan oleh
sang pembantu untuk membuat alis mata. Dari pengakuannya, serbuk ini didapatkan
dari seorang perempuan Ambon yang tinggal di Surabaya dengan nama Honolulu.
Polisi Kebumen menelepon pihak kepolisian Surabaya dan anggota recherche (reserse) di sana telah mengonfirmasi nama seorang wanita Ambon bernama
Honolulu tersebut.
Jika kedua koran di atas melaporkan perihal kematian Mesland beberapa saat setelah meminum kopi namun saat polisi datang tidak mendapati gelas kopi melainkan botol bir dan polisi menemukan zwart poeder (serbuk hitam) yang ternyata biasa dipergunakan oleh sang pembantu untuk membuat alis mata. Lain lagi berita yang dibuat Tilburgsche Courant (9 September 1929). Tidak disebutkan soal minum kopi tapi minum bir dan dikomentari, Arsenicumvergiftiging wordt vermoed. Een onderzoek is ingesteld (Keracunan arsenik diduga terjadi. Investigasi telah dimulai). Apakah perbedaan penyajian berita ini terkait framing media yang sudah ada di tahun 1920-an atau sekedar kekeliruan informasi? Entahlah
Dibalik kisah tragis yang
menewaskan Tuan H.J. Mesland, ada dua frasa yang menarik untuk ditelaah terkait
latar belakang pekerjaan dan apa yang dilakukannya menjelang kematiannya yaitu:
en eigenaar van de plaatselijke bioscoop
te Keboemen” (pemilik bioskop lokal di Keboemen) dan “Te kwart over zevenen moest hij nog even naar zijn bioscoop om enkele
zaken te regelen” (Pukul tujuh lewat seperempat, dia harus pergi ke bioskop
untuk mengatur beberapa hal).
Mengapa dua frasa di atas menarik untuk
ditelaah? Dari hasil pengumpulan data berupa cerita mulut ke mulut dan bekas
bangunan yang ada, tercatat ada dua gedung bioskop di Kebumen yang telah ada
sejak tahun 1950-an dan 1980-an yaitu “Bioskop Indrakila” atau “Bioskop Gembira”
di Jl. Pemuda dan “Bioskop Star” di Jalan Ahmad Yani. Sejak awal tahun 2000-an
kedua gedung bioskop tidak berfungsi sama sekali. Jika Bioskop Star saat ini
menjadi bangunan tua menyeramkan karena rusak di sana-sini, maka Bioskop
Indrakila atau Gedung Gembira telah berubah menjadi sebuah bangunan bernama
Gedung Olah Raga (GOR) Gembira.
Jika kita menilik beberapa
struktur bangunan (di sisi barat) yang tersisa di gedung yang saat ini bernama
GOR Gembira, akan nampak sebuah pola dan struktur bangunan yang sangat tua
dengan lengkungan yang kemudian ditutup dengan batu bata. Apakah GOR. Gembira
yang dahulunya adalah Gedung Bioskop Indrakila/Bioskop Gembira sebelumnya adalah gedung bioskop
yang pernah dikelola oleh seorang Belanda bernama H.J. Mesland pada tahun 1929?
Sayang, tidak ada rumput
bergoyang - di sekitar gedung yang
menyisakan struktur tua - untuk di tanya..
Salut sama um,masih menggali sejarah kebumen dengan aneka struktur,mohon sama gambar dan foto dong um
BalasHapusTerimakasih apresiasinya. Dalam tiap judul baru selalu ada ulasan foto dan gambar khoq?
BalasHapusLuar biasa masih menggali sejarah Kebumen sedemikian detail. Kebetulan saya mahasiswa Pendidikan Sejarah UNY asal Kebumen.
BalasHapusTerimakasih apresiasinya. Dapat bergabung ke IG Historical Study Trips
Hapus