Minggu, 15 Desember 2019

PERKARA “MATA GELAP” DI CILACAP TAHUN 1932: MEMPELAJARI SITUASI SOSIAL DAN MUNCULNYA ISTILAH-ISTILAH HASIL PERTEMUAN BAHASA BELANDA DAN MELAYU (INDONESIA)


Setiap kota punya cerita di masa lalu. Bukan sekedar peristiwa-peristiwa heroik yang kemudian dicatat menjadi kisah bersejarah yang diingat dan dibanggakan sebagai sebuah monumen peringatan dalam pemikiran maupun secara fisik berupa bangunan penanda.


Namun masa lalu tidak harus berkisah mengenai heroisme dan patriotisme belaka. Ada banyak aneka ragam kehidupan yang layak diketahui dan menjadi sebuah pelajaran dan permenungan maupun menjadi sebuah daya tarik sebuah kota. Mungkin kisah dramatis, kisah menggelikan, kisah konflik dsj.

Terkadang dibalik kisah-kisah yang tidak mengandung muatan heroisme dan patriotisme, kita bisa mendapatkan sejumlah gambaran kehidupan sosial budaya, sosial ekonomi, sosial politik sebuah kota. Gambaran latar belakang kehidupan sosial ini penting untuk mengetahui karakteristik dan perkembangan sebuah kehidupan sosial dari masa ke masa. Bahkan terkadang kita bisa mendapatkan informasi berdirinya sebuah gedung tertentu yang selama ini mungkin gelap informasi kapan berdirinya, baik itu berupa pabrik, rumah sakit, hotel, kantor pemerintah, toko dll.

Melalui pelacakkan sejumlah meda massa berbahasa Belanda baik berisikan iklan maupun berita serta artikel jurnal, saya telah menyajikan berbagai peristiwa di Kebumen tahun 1900-an melalui sejumlah judul artikel sbb: “Bioskop Kebumen dan Peristiwa Kopi Beracun Tahun 1929” (https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2019/08/bioskop-kebumen-dan-peristiwa-kopi.html). Dalam artikel ini saya menyampaikan sebuah berita upaya pembunuhan terhadap pemilik gedung bioskop di Kebumen melalui media serbuk alis mata yang dimasukkan dalam segelas kopi.

Lalu artikel lain yang mengisahkan tindakan kepala kantor pos Kebumen di tahun 1897 yang melakukan penembakan terhadap keponakan yang menola cintanya kemudian membunuh dirinya sendiri dalam artikel berjudul, “Brievenbus di Kantor Pos Kebumen Saksi Bisu Perubahan Zaman dan Monumen Kenangan Sebuah Masa” (https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2019/11/brievenbus-di-kantor-pos-kebumen-saksi_13.html)

Demikian pula artikel dengan judul, “Hotel Para Meneer dan Mevrouw di Kebumen dan Gombong Era Kolonial” (https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2019/06/hotel-untuk-para-meneer-dan-mevrouw-di.html) berusaha memetakan bisnis perhotelan dan nama-nama hotel yang pernah berjaya di Kebumen dan Gombong. Bahkan artikel ini telah menarik perhatian seorang bernama Uri Rapapport yang merupakan buyut dari Ch. Rapaport dan datang ke Gombong untuk menelusuri kembali bangunan dimana leluhurnya pernah tinggal sebagaimana dituliskan dalam artikel berjudul, “Menemukan dan Ditemukan” (https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2019/09/menemukan-dan-ditemukan.html).

Baiklah, kita kembali ke topik persoalan. Kali ini, sebuah peristiwa tragis kembali dengan setting sosial tahun 1932. Nampaknya Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Cilacap namun karena ada korban yang dibawa ke rumah sakit Kebumen, maka peristiwa ini menarik untuk dibagikan.

Sebagaimana dilaporkan harian Soerabaiasch Handelsblad bertanggal 3 Oktober 1932 berupa sebuah berita pendek dengan judul, “Mata Gelap: Drie Slachtoffers” (Mata Gelap: Tiga Korban) sbb:

“Aneta seint uit Tjilacap, dat een zekere Kwee Kwat Sien, de zoon van een mede eigenar van Toko Liok Hoei te Poerwokerto, naar aanleiding van een vrouwenperkara matagelap is geworden en in den toko den zoon van den anderen mede eigenaar van dien toko heeft doodgeschoten. Daarna werd de boekhouder zwaar verwond, die in het ziekenhuis te Keboemen werd overgeracht. Het 3de schot ketse, waarna de dader zelfmoord pleedge”

Terjemahan bebas:

“Aneta memberikan laporan dari Tjilacap bahwa seorang (bernama) Kwee Kwat Sien, salah seorang anak laki-laki pemilik Toko Liok Hoei di Poerwokerto, menjadi mata gelap setelah perkara wanita dan menembak anak laki-laki rekan pemilik toko di toko tersebut. Setelah itu, pemegang buku terluka parah, yang kemudian dibawa ke rumah sakit di Keboemen. Tembakan ketiga, setelah itu pelaku (melakukan) bunuh diri”



Ringkasnya, isi berita tersebut hendak menyampaikan adanya peristiwa penembakkan yang terjadi di sebuah toko di Cilacap yang menimpa seorang yang merupakan rekanan toko di Purwokerto. Latar belakangnya adalah sebuah hubungan percintaan, kemungkinan kecemburuan yang memicu tindakan kekerasan berupa penembakan dan berakhir dengan pembunuhan diri.

Beberapa surat kabar memberikan judul berbeda. De Indische Courant bertanggal 3 Oktober 1932 memberi judul, "Tragische Liefdes-Affaire"(Kisah Cinta Yang Tragis), sementara Bataviasch Nieuwsblad bertanggal 3 Oktober 1932 menuliskan judul, "Een Bloedig Drama" (Sebuah Drama Berdarah".

Dibalik kisah tragis dan dramatis ini, ada beberapa hal yang menarik untuk kita kaji untuk memahami konteks sosial, budaya, politik di tahun 1930-an khususnya di wilayah Kebumen, Cilacap, Purwokerto.

Mengenai Aneta

Nama Aneta dalam paragraf awal laporan berita bukanlah nama seorang wartawati yang melaporkan berita melainkan nama sebuah kantor berita yang selengkapnya Algemeen Nieuws Telegraaf Agent Schap.

Kantor berita pertama di Indonesia yang didirikan di Batavia pada 1917 ini, merupakan perkembangan dari Pers en Knipselbureau (Biro Pers dan Guntingan Koran) yang didirikan oleh Dominique Berrety pada 1 April 1917. Karena semakin berkembang, Berrety memperluas usahanya. Dia berhasil meminjam uang dari seorang pengusaha kapal. Sejak 23 April 1924 usahanya itu dijadikan perseroan terbatas dengan nama Aneta.

Karena pemberitaan Aneta dipandang kurang objektif, maka beberapa putera Indonesia mendirikan kantor berita bernama Antara pada 13 Desember 1937. Nama Antara merupakan kependekan dari Per-Antara-an Masyarakat dan Pers. Beberapa tokoh yang membidani kantor berita ini al., Adam Malik, A.M. Sipahoetar, Soemanang, pandoe Kartawigoena.

Jika peristiwa penembakkan di Cilacap ini terjadi tahun 1932 maka kantor berita Antara baru akan didirikan lima tahun kemudian yaitu 1937. Itulah sebabnya laporan berita ini bersumber dari Aneta.

Mengenai Istilah “Vrouwenperkara” dan “Mata Gelap”

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu yang banyak menerima serapan asing baik dari Sansekerta, Belanda, Portugis, Arab, Inggris, Sekalipun istilah “perkara” bukanlah kosa kata dari bahasa Belanda, namun telah masuk dalam perbendaharaan kata Belanda.

Dalam Etymologisch woordenboek: de herkomst van onze woorden, 2e druk, Van Dale Lexicografie, Utrecht/Antwerpen oleh P.A.F. van Veen en N. van der Sijs (1997) mengenai kata “perkara” dijelaskan sbb:

“perkara [zaak] {1901-1925} < maleis perkara [zaak, kwestie, affaire], uit het oudindisch”

"perkara [kasus] {1901-1925} <malay perkara [kasus, persoalan, hubungan gelap], dari India kuno”

Kata “perkara” merupakan bahasa Sansekerta sebagaimana kata “peristiwa”, ‘perdana”, “atmaja”, “busana”, “cita”, “cipta” dll. Itulah  sebabnya dalam kamus di atas disebutkan sebagai “uit het oudindisch” (India kuno). Menurut keterangan kamus di atas, kata “perkara” mulai dipergunakan dalam percakapan bahasa Melayu di Hindia Belanda pada periode tahun 1901-1925.

Istilah “Mata Gelap” atau “Mataglap” telah masuk dalam penelaahan Etymologisch woordenboek: de herkomst van onze woorden, 2e druk, Van Dale Lexicografie, Utrecht/Antwerpen oleh P.A.F. van Veen en N. van der Sijs (1997) sbb:

“mataglap [door razernij verblind] {1901-1925} < maleis mata gelap [zinsverbijstering, dol], mata [oog], gelap [duister]”

“mataglap [dibutakan oleh kegilaan] {1901-1925} <malay mata gelap [rasa bingung, gila], mata [oog], gelap [duister]”

Istilah “Mata Gelap” atau “Mataglap” masih dipergunakan sampai hari ini namun dengan perubahan istilah menjadi “Gelap Mata” namun dengan maksud dan tujuan yang sama yaitu menggambarkan tindakan emosional tidak terkendali.

Mengenai “Ziekenhuis Kebumen”

Rumah sakit Kebumen yang dimaksudkan dalam berita koran 1932 adalah rumah sakit yang didirikan oleh Badan Pekabaran Injil. Dalam artikel berbahasa Belanda berjudul, “De Zendingsarbeid der Friesche Gereformeed Kerken in Kedoe (Midden Java)”  atau “Karya Misionaris Gereja Reform Frisian di Kedu (Jawa Tengah)” yang diterbitkan oleh Leeuwarder Courant terbitan 29 April 1939 dikatakan sbb:

“In Mei 1915 kwam de eerste voor het te bouwen hospitaal te Keboemen aan en op 1 Januari 1916 konden de eerste patiënten in het ziekenhuis worden opgenomen Onder leiding van ds. vsn Dijk was de bouw met de medewerking vsn den heer Zuldems zeer vlug tot stand gekomen”

Terjemahan bebas:

“Pada Mei 1915, rumah sakit pertama yang akan dibangun tiba di Keboemen dan pada 1 Januari 1916 pasien pertama dapat dirawat di rumah sakit. Di bawah kepemimpinan Pdt. Van Dijk, pembangunan itu direalisasikan dengan sangat cepat dengan kerjasama dari Tuan Zuldems”.

Nama lain rumah sakit milik Badan Misi atau Zending ini adalah “Panjoeroeng”. Dalam sebuah majalah bernama Gereformeerd Jongelingsblad bertanggal 18 Februari 1927 dijelaskan perihal Rumah sakit “Pandjoeroeng” sbb: 

“Het Zendingsziekenhuis op de hoofdplaats Keboemen (het draagt den geloofsnaam Pandjoeroeng d i. verhooring) heeft alom het vertrouwen der bevolking gewonnen, doch schijnt nog niet zooveel Zendingsvrucht 'te dragen als wel op andere plaatsen door middel van den medischen diensten gezien wordt”

Terjemahan bebas;

“Rumah Sakit Misionaris di ibukota (kabupaten) Keboemen (yang menyandang nama Pandjoeroeng yang artinya permohonan) telah memenangkan kepercayaan penduduk di mana-mana, tetapi tampaknya tidak menghasilkan buah Misionaris sebanyak yang terlihat di tempat lain melalui pelayanan medis”.

Kelak, sepeninggal Belanda dan Jepang, rumah sakit Pandjoeroeng atau Zendingziekenhuis Hospitaal berubah menjadi Rumah Sakit Daerah Kebumen sampai berakhir keberfungsiannya tahun 2014.

Demikianlah ulasan singkat perihal sebuah peristiwa sosial dan pelacakkan pengunaan istilah-istilah di suatu zaman yang dapat menghantarkan kita bukan hanya pada peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di kota kita atau tetangga kota, melainkan istilah-istilah yang pernah berkembang dan kemudian hilang atau mungkin masih bertahan sampai hari ini namun mengalami sebuah perubahan.

1 komentar: