Kamis, 24 Oktober 2019

PAGER JAWA: SEBUAH CATATAN AWAL


Terletak di atas ketinggian 425 mdpl, kawasan yang disebut “Pager Jawa” oleh masyarakat Desa Kalibening Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen, merupakan sebuah areal yang ditumbuhi pepohonan pinus. Di atas ketinggian "Pager Jawa", kita bisa melihat landskap alam berupa barisan bukit di sepanjang mata memandang. Jika sore menjelang, cahaya matahari mulai menjatuhi sejumlah punggung bukit dan menciptakan skema keindahan berupa bayangan pepohonan berbaris.


Di kawasan ini terdapat hutan primer tempat bertumbuhnya sejumlah pohon-pohon langka dan besar serta keaneka ragaman hayati lainnya. Suara burung begitu ramai berterbangan dari satu ranting pohon ke ranting pohon lainnya, diselingi suara serangga hutan. Sebuah simponi di kawasan yang eksotik.

Sayangnya, rute menuju lokasi ini masih begitu sulit dan cukup berbahaya jika tidak berhati-hati dikarenakan menanjak dan menurun secara ekstrim serta mengelok tajam sementara bada jalan sempit dan di tepian jalan telah menanti lembah yang dipenuhi pohon pinus dan bebatuan terjal.

 

Entah sejak kapan nama bukit ini disebut Pagar Jawa, mengingat sebuah artikel berjudul, “Bad Krakal: het Indische Wiesbaden” (Pemandian Air Panas Krakal: Wiesbadennya Hindia), yang dimuat koran berbahasa Belanda yaitu De Indische Courant bertanggal 24 April 1935 melaporkan sebuah deskripsi pemandian air panas Krakal di antara empat bukit/gunung yang diawali dengan nama “pagar” yaitu:

“En daar midden tusschen light verscholen in het groen Krakal, tusschen de bergen Pagar Sanggar in het Noorden, Pagar Geong in het Zuiden, Pagar Idjo in het Oosten en Goenoeng Tjantel in het Westen, te midden van sawahs en omspoeld door de Kali Rantjang”

Terjemahan bebas:

“Dan di sana di tengah-tengah antara cahaya yang tersembunyi di Krakal yang hijau, di antara gunung Pagar Sanggar di Utara, Pagar Geong di Selatan, Pagar Idjo di Timur dan Goenoeng Tjantel di Barat, di tengah sawah dan dikelilingi oleh Kali Rantjang”

 

Beberapa orang menginformasikan bahwa kawasan ini di tahun 1980-an pernah menjadi tempat budi daya ginseng. Sementara beberapa orang memanfaatkan kesunyian kawasan ini menjadi sebuah tempat untuk melakukan kegiatan ritual dan meditasi. Beberapa ratus meter dari lokasi yang dirintis sebagai tempat wisata ini terdapat sebuah situs yang dikeramatkan yang diyakini sebagai tempat persembunyian Adipati Tuban bernama Suwarno. Tidak dapat dipastikan apakah kisah ini sebuah peristiwa historis atau hanya folklore masyarakat setempat.

Bisa jadi kawasan yang sekarang dikenal dengan Pager Jawa menjadi kawasan pertempuran di masa Perang Jawa (Java Oorlog) antara pasukan Diponegoro dengan tentara Belanda, mengingat kawasan utara disebutkan menjadi wilayah-wilayah berkecamuknya peperangan al., Sadang-Loning, Kalidadap, Selomanik (E.S. Klerk, De Java Oorlog, 1905:269). Dalam terbitan yang lebih awal yaitu dikatakan:

“Michiels verder vernomen hebbende, dat Dipo Negoro westwaarts naar Loning gevlugt was, begaf zich den 8 November daarheen, en kwam dien dag nogte Kalidadap, aan de Looköeloe rivier” (J. Hageman, Geschiedenis Van Den oorlog op Java Van 1825-1830, Batavia, 1856:387)

Terjemahan bebas:

“Setelah mengetahui dari Michiels bahwa Dipo Negoro telah bergegas ke Barat Loning, pada 8 November dia bergegas menuju Kalidadap, di sungai Looköeloe”

 

Beberapa orang menghubungkan kawasan ini dahulunya bernama “Sigerung”. Hasil pelacakkan terhadap sejumlah nama kawasan desa dan landskap geografis di era kolonial didapati nama “Wagir Sigeroeng” dalam Lijst van de Voornaamste Aardrijkskundige Namen in den Nederlandsch-Indischen Archipel (Daftar Nama-nama Geografis Utama di Kepulauan Hindia-Belanda, 1906). Dalam daftar nama yang diterbitkan tahun 1906, “Wagir Sigerung” bersama dengan “Wagir Tumpeng” dan “Wagir Tritis” berada di wilayah district (kademangan) Karanganyar afdeling (kabupaten) Kebumen Karesidenan Kedu.


Mungkinkah nama  “Pager Jawa” dahulunya adalah “Wagir Sigerung”? Mungkinkah nama “Pager Jawa” adalah penamaan baru pasca kolonialisme berakhir? Masih banyak sejumlah pertanyaan untuk dijawab dengan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi baik dari tradisi lisan maupun catatan sejarah di era kolonial agar kawasan yang saat ini disebut “Pager Jawa” bukan hanya memiliki landskap eksotis yang bernilai jual dari aspek kewisataan namun memiliki narasi historis yang jelas.

1 komentar:

  1. Bukit Pager Jawa sebagai potensi wisata yang bagus untuk dikembangkan oleh Pemerintah supaya bisa memajukan Kebumen dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya

    BalasHapus