Menyenangkan dan menarik bisa melihat aksi teatrikal secara langsung yang disajikan oleh anak-anak muda Fakultas Ekonomi Unsoed yang tergabung dalam Teater Margin dengan judul, Ketika Iblis Menikahi Seorang Perempuan. Biasanya saya hanya menonton dari layar televisi atau membaca sejumlah laporan koran perihal berbagai laporan pementasan sebuah teater. Dengan melihat secara langsung sebuah pertunjukkan teater maka terjadi interaksi emosional dengan kisah dan tokoh yang dihadirkan. Apalagi jika didukung dengan penataan dan permainan cahaya serta iringan musik yang melatarbelakangi sebuah moment dalam setiap babak aksi teatrikal. Seluruh aksi pementasan yang sinergis dan maksimal baik dari segi permainan peran, efek pencahayaan serta iringin musik pasti akan menimbulkan kesan yang terus hidup dalam pikiran pemirsa sekalipun pertunjukkan tersebut telah usai. Inilah yang dalam bahasa Sosiologi Komunikasi diistilahkan dengan theater of mind (H.M. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi di Masyarakat, 2006:177).
Pementasan
yang dilaksanakan di Kebumen pada tanggal 20 Mei 2017 sangat memukau apalagi
dengan judul yang menarik perhatian yaitu, Ketika Iblis Menikahi Seorang Perempuan. Judul di atas sebenarnya merupakan karya
klasik dari Niccolo Machiavelli (1469-1527) dengan judul Belfagor Arciadivolo yang ditulis antara tahun 1518 dan 1527
dan diterbitkan secara utuh bersama karya-karya lainnya pada tahun 1549 dengan
judul La favola di Belfagor Arcidiavolo and Il Demonio che
prese Moglie. Kita mengenal nama Niccolo Machiavelli lebih sebagai ahli politik yang
menuliskan buku yang kelak dijadikan panduan bagi diktatorialisme yaitu Il
Principe atau kemudian diterjemhkan dalam bahasa Inggris The Prince
(Sang Pangeran). Namun Machiavelli ternyata banyak menuliskan karya-karya fiksi
yang salah satunya berjudul Belfagor Arciadivolo yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris
dengan judul The Devil Take a Wife. Naskah ini semula adalah sebuah novella (prosa
fiktif dan naratif yang lebih panjang dari cerita pendek namun lebih singkat
dari sebuah novel). Dalam perkembangannya banyak mengalami perubahan dan
adaptasi cerita termasuk saat diterjemahkan dan dipentaskan dalam aksi
teatrikal berbahasa Indonesia.
Kisah
ini dibagi dalam lima babak. Babak
Pertama, menceritakan kehebohan di neraka akibat berbagai keluhan yang
dilontarkan para pria yang mati dan berada di neraka dimana mereka menyalahkan
para wanita dan istri-istri mereka sebagai penyebab mereka melakukan berbagai
tindakan berdosa yang mengirim mereka ke neraka. Minos dan Radamantes salah
satu dari setan-setan di neraka tidak percaya begitu saja dengan keluhan dan
tudingan para lelaki tersebut. Mereka mengusulkan pada Pluto, Raja Neraka untuk
membuat sebuah sidang. Agar tercapai keputusan yang obyektif maka sidang pengadilan
neraka memutuskan untuk melakukan sebuah penelitian yang seksama dengan cara
mengirim salah satu setan untuk menjadi manusia dan memasuki kehidupan manusia.
Keputusan sidang menunjuk pada Belfagor, setan terbesar yang tadinya adalah
malaikat sebelum diusir dari surga. Bahkan dalam keputusan tersebut, Belfagor harus
menjalani semua ketidaknyamanan dan penyakit yang harus diderita pria, apakah
itu kemiskinan, penjara, penyakit atau malapetaka lainnya yang menimpa
orang-orang, kecuali yang bisa dia lepaskan dari dengan tipu daya atau
kepintaran. Sekalipun dengan enggan menerima tugas tersebut, akhirnya
Belfagor menerimanya dan masuk dalam dunia manusia dengan nama Roderigo dari
Castille. Dia diberi bekal sebesar 100.000 Dukat dan hidup sebagai manusia
selama 10 tahun.
Babak Kedua, menceritakan bagaimana kemudian Belfagor yang berubah nama menjadi Roderigo dari Castille memasuki kota Florence dan tinggal sebagai seorang peminjam hutang di kawasan Borgo d’Ognisanti. Dia hanya memperkenalkan dirinya sebagai seorang yang meninggalkan Spanyol melewati Syria dan menghasilkan uang di sana kemudian menuju Italia untuk mencari seorang istri. Banyak perempuan yang tergila-gila dengan ketampanan Roderigo dan banyak orang-orang tua menyodorkan anak perempuan mereka untuk dinikahi. Namun Roderigo hanya tertarik pada seorang wanita bernama Onesta anak perempuan Amerigo Donati. Namun Onesta bukan hanya cantik namun dia juga seorang perempuan yang gila harta dan cenderung hidup boros serta bermewah-mewah bahkan berkarakter keras pada suaminya. Banyak biaya yang harus dikeluarkannya untuk membiayai adik-adik Onesta dan berbagai pesta keluarganya sehingga membuat Roderigo jatuh bangkrut dan harus berhutang.
Babak Ketiga, menceritakan bagaimana Roderigo
akhirnya melarikan diri dari rumahnya dan istrinya karena dikejar-kejar penagih
hutang karena hutang-hutangnya yang bertumpuk. Sampailah Roderigo di sebuah ladang
pertanian dan peternakan milik Gianmatteo
del Brica, yang bekerja untuk Giovanni
dal Bene. Dia meminta Gianmateo untuk menyembunyikan dirinya dan berjanji
akan memberikan imbalan jika dia selamat dari kejaran orang-orang yang hendak
menagih hutang. Setelah berhasil selamat kemudian Roderigo menceritakan
jatidiri sebenarnya pada Ginamateo dan berjanji membalas kebaikkan Gianmateo
dengan menjadikan Gianmateo seorang kaya dengan menjadikan Gianmateo sebagai
seorang Exorcist (pengusir setan). Caranya adalah Roderigo atau Belfagor
merasuki tubuh para wanita kemudian nanti Gianmatteo membisikkan pada telinga
para wanita yang dirasuk sehingga nanti Belfagor atau Redigo akan keluar dari
tubuh wanita yang dirasuk sehingga Gianmatteo akan menerima upah atas
pekerjaannya tersebut.
Babak Keempat, mengisahkan bagaimana aksi
Gianmatteo yang berhasil menyembuhkan dua anak perempuan yang dirasuk Belfagor.
Yang satu anak Ambruogio Amidei dan anak perempuan Raja Charles dari Naples.
Keberhasilan dua kasus exorcisme ini
menjadikan Gianmateo menjadi kaya raya. Setelah berhasil menyembuhkan anak Raja
Charles, Belfagor mengatakan pada Gianmatteo bahwa hutangnya sudah impas dan
dia harus berpisah sampai di sini dan tidak akan bertemu lagi. Setengah
mengancam, Belfagor mengatakan bahwa sebagaimana dirinya dapat mendatangkan
kekayaan untuk Gianmatteo namun dirinya dapat pula mencelakakan dan
menghilangkan nyawa Gianmatteo.
Babak Kelima, mengisahkan bagaimana Gianmatteo
dihadapkan pada kasus dimana dilematis karena suatu hari anak raja Prancis
Louis VII sakit keras dan dirasuk setan yang ternyata adalah ulah Belfagor. Dia
menerima perintah raja untuk menyembuhkan anak perempuannya namun dia terikat
perjanjian dengan Belfagor bahwa dirinya tidak akan lagi bertemu dan tidak akan
memenuhi permintaan Gianmatteo lagi agar keluar dari tubuh manusia yang
dirasukinya. Dengan terpaksa akhirnya Gianmatteo memenuhi permintaan raja
karena takut ancaman hukuman pula. Saat berusaha mengusir Belfagor dari tubuh
anak gadis Raja Louis, Belfagor marah dan mengancam akan membunuh Gianmatteo
melalui tangan raja Louis dengan cara menggantungnya karena kegagalannya
mengusir Belfagor dari tubuh anak perempuan Raja Louis. Dalam keputusaasaan,
Gianmateo meminta raja menyiapkan altar pengusiran dengan diiringi alat-alat
musik yang lengkap dan disaksikan para pejabat istana serta para rahib. Tidak
lama kemudian raja menyiapkan dan saat Gianmatteo mendapat perlawanan dari
Belfagor yang enggan keluar dari tubuh anak perempuan Raja Louis maka
Gianmatteo memberikan isyarat pada raja agar para pemain musik memainkan alat
musik dengan gaduh dan riuh memekakan telinga Belfagor. Saat Belfagor
kebingungan dengan suara gaduh tersebut, Gianmatteo mendekati Belfagor dan
berkata bahwa itu suara rombongan menyambut kedatangan istrinya yang
mencarinya. Kontan tanpa berfikir panjang, Belfagor yang pernah menjadi manusia
bernama Roderigo takut bukan main mendengar nama Onesta yang bukan hanya cantik
dan tamak namun kekasarannya yang luar
biasa terhadap dirinya. Belfagor melepaskan cengkramannya pada anak perempuan
Raja Louis dan kembali ke neraka serta menceritakan semua pengalamannya yang
membenarkan tuduhan para suami yang ada di neraka dan betapa tidak inginnya dia
kembali menjalani berbagai penderitaan sebagai manusia/suami. Sementara itu
Gianmatteo yang berhasil mengakali Belfagor hidup bahagia setelah kejadian
tersebut (Translating Machiavelli’s Belfagor -
http://cdimatteo.com/italian/translating-belfagor/)
Apa
yang disajikan oleh Machiavelli lebih memperlihatkan gambaran zamannya perihal
wanita yang dianggap sebagai simbol kehidupan yang boros dan materialistik dan
cenderung dianggap menyebabkan kejatuhan dan kemiskinan seorang laki-laki.
Bahkan Setan pun takut pada seorang wanita yang pernah diperistrinya.
Sebagaimana
telah dijelaskan sebelumnya bahwa judul di atas telah banyak mengalami adaptasi
disesuaikan dengan konteks dan kultur sebuah wilayah sehingga alur kisah dan
pesan-pesan dalam narasi Machiavelli mengalami pergeseran. Judul di atas bukan
hanya ditampilkan oleh Teater Margin melainkan berbagai kelompok teater
lainnya. Dalam pementasan Teater Margin di Kebumen, tokoh Gianmatteo yang
laki-laki diganti menjadi seorang perempuan dan tokoh setan teman-teman
Belfagor yaitu Minos dan Rhadamantus dijadikan pembantu di rumah Belfagor yang
menjadi manusia bernama Roderick dan mengalami penderitaan akibat kekejaman dan
kekasaran istri Roderick.
Sayangnya,
aksi yang memukau ini kurang dapat menyampaikkan pesan di akhir pementasan dan
menyisakkan kebingungan bagi para penontonnya. Hal ini mengemuka saat diadakan
diskusi usai pementasan. Bagi saya sendiri, pesan-pesan yang disampaikkan dalam
pementasan tidak sampai kepada pemirsa dikarenakan beberapa faktor. Pertama, faktor teknis. Pementasan di ruangan
Aula PGRI yang besar tidak diimbangi dengan microphone yang ditaruh di atas
panggung sehingga banyak kata dan kalimat yang tidak sepenuhnya dapat didengar
dan diikuti alurnya oleh pendengarnya. Kedua,
latar belakang narasi yang berasal dari konteks Eropa Abad 15 tentu menimbulkan
kesenjangan budaya dengan konteks budaya Asia khususnya Jawa bahkan Kebumen
sehingga alur kisah yang seharusnya memberikan banyak informasi menarik perihal
penggambaran wanita di Abad Pertengahan menjadi hilang ditelan kebingungan
pemirsa. Ketiga, Akhir dari kisah
yang tidak berhenti sesuai alur aslinya dimana Belfagor atau Roderigo atau
dalam versi Teater Margin disebut Roderick kembali ke neraka dan melaporkan
hasil penyamarannya menjadi manusia dan hanya berhenti di alur keberhasilan Gianmatteo
mengusir Belfagor dari anak Raja Louis menjadi penyebab gagalnya pemirsa
memahami secara utuh pesan kisah ini.
Namun
demikian, saya pribadi sangat terhibur bukan hanya oleh aksi totalitas para
pemainnnya melaionkan oleh sisipan-sisipan lelucon dalam berbagai adegan yang
khas kultur Indonesia dan Jawa mulai dari megritisi soal demokrasi hingga keluh
kesah penderitaan setan-setan yang menyamar menjadi manusia. Saya tidak
sependapat dengan kritik dan ulasan salah satu pemirsa yang mengritik perihal
sisipan musik yang dianggapnya mengaburkan esensi teater menjadi terkesan
konser. Justru saya melihat bahwa sisipan musik yang menarik nada dan isinya
sudah tepat menjadi iringan setiap adegan dan emosi-emosi yang ditampilkan para
pemeran tokoh serta menjadi jeda pengisi pergantian babak.
Kiranya
aksi-aksi teatrikal yang lebih intens dan lebih baik lagi dapat dihadirkan oleh
Teater Margin di Kebumen dan mendorong terbentuknya struktur pemahaman
apresiatif terhadap seni teater serta terbentuknya kelompok-kelompok teater
yang bukan hanya menghadirkan seni pentas melainkan seni kritik sosial dalam
sebuah pentas teater.
terima kasih banyak pak teguh atas ulasan mengenai pementasan kami kemarin, banyak hal yg masih harus kamu pelajari lebih dalam hehe
BalasHapusMas Herman Sang Sutradara ya? Maju terus saya mendukung dan appreciate dengan Teater Margin. Ditunggu pementassnnya di Kebumen dengan tema-tema menarik lainnya
Hapus