Dibalik
aneka ragam persaingan bisnis rokok nasional dan internasional serta regulasi
pemerintah yang membatasi dan melarang aktifitas merokok di ruangan publik yang
telah ditetapkan (sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 “Tentang Pengamanan
Rokok bagi Kesehatan” dan Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 “Tentang Kesehatan”),
di pusat kota Gombong tepatnya Jl. St. Wonokriyo, aktifitas produksi rokok
lokal yang telah berdiri sejak tahun 1950 tetap bergeliyat.
Namanya
adalah Perusahaan Rokok Klembak Menyan “Sintren” yang dikelola oleh Edi
Hendrawanto. Perusahaan ini berjaya pada tahun 1950-an dan yang masih tetap
bertahan hingga hari ini di saat perusahaan lainnya telah gulung tikar. Diawali
dari pasangan suami istri The Tjoan
(Agus Subianto) dan Tjo Goe Nio (Setiawati)yang memperoduksi rokok klembak
menyan merek “Sintren”, “Togog” dan “Bangjo”, usaha ini kemudian diteruskan
oleh 3 anak dari 9 anak keturunan The Tjoan atau Agus Subianto yaitu Budi
Susanto (mengelola rokok “Togog”) Edi Hartanto (mengelola rokok “Sintren”) dan Edi
Hendrawanto (mengelola rokok “Bangjo”).
Rokok
klembak menyan memiliki sejumlah elemen yaitu tembakau dicampur serbuk menyan
hitam dan serpihan akar klembak. Semua elemen tersebut disatukan dalam pintalan
kertas papir berwarna putih. Rokok
sendiri memiliki beberapa jenis berdasarkan pembungkusnya yaitu, Klobot (bahan pembungkusnya berupa daun
jagung), Kawung (bahan pembungkusnya
berupa daun aren), Sigaret (bahan
pembungkusnya berupa kertas), Cerutu
(bahan pembungkusnya berupa daun tembakau). Rokok klembak menyan masuk kategori
rokok sigaret jika didasarkan alat bungkusnya yang terbuat dari kertas.
Pagi
itu, Bapak Edi Hartanto (pemilik perusahaan rokok “Sintren”) didampingi Bapak
Sigit dari Museum Rumah Martha Tilaar
berkenan memberikan penjelasan singkat dan mengajak saya melihat ruangan demi
ruangan produksi.
Di
mulai dari ruangan pemotongan kertas rokok (papir) yang didatangkan dari Kudus.
Kertas putih diberi aroma wangi kemudian dipotong kecil-kecil agar mudah
dipergunakan untuk melinting rokok.
Ruangan berikutnya yaitu ruang pencampuran tembakau mulai dari kualitas nomor 1-3. Tembakaunya sendiri didatangkan dari Muntilan. Pencampuran tembakau dimaksudkan agar dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat. Jika semua tembakau menggunakan kualitas nomor satu maka tidak akan terjangkau oleh masyarakat.
Ruangan berikutnya yaitu ruang pencampuran tembakau mulai dari kualitas nomor 1-3. Tembakaunya sendiri didatangkan dari Muntilan. Pencampuran tembakau dimaksudkan agar dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat. Jika semua tembakau menggunakan kualitas nomor satu maka tidak akan terjangkau oleh masyarakat.
Ruangan
berikutnya adalah ruangan penumbukkan menyan hitam yang didatangkan dari Sumatera.
Jika menyan putih lebih banyak dipergunakan untuk industri parfum maka menyan
hitam yang lebih murah dipergunakkan sebagai campuran. Penumbukkan menyan
dilakukan secara manual dan tradisional yaitu menumbuk melalui lesung kayu oleh
dua orang wanita yang sudah uzur usianya. Ruangan yang terakhir adalah
penyatuan semua unsur dan elemen mulai dari tembakau, klembak dan menyan. Semua
unsur dipilin menjadi gulungan rokok.
Pelanggan
rokok merk “Sintren” meliputi Kebumen,
Kroya, Purwokerto dan Gombong. Untuk pemasaran rokok cap “Togog” meliputi
wilayah utara yakni Purbalingga, Magelang hingga Wonosobo. Untuk “Bangjo”
antara lain Purwokerto, Sidareja, Majenang dan Ajibarang. Sedang untuk luar
Jawa ke propinsi Jambi. Setiap bulannya bisa memproduksi 4000 bal (atau 400.000
batang rokok karena 1 bal berisi 10 bungkus dan 1 bungkus berisi 10 buah
rokok).
Apa
yang menyebakan industri rokok klembak menyan masih bertahan? Saya
mempergunakan istiah “bertahan” karena memang tidak ada ekspansi bisnis dan
pembukaan cabang baru yang dapat ditemukan sebagaimana perusahaan rokok modern
lainnya. Pertama, pasar penggunanya
masih ada yaitu mereka yang berusia lanjut sekitar 60-an ke atas. Romantisme
masa lalu tidak bisa dihilangkan begitu saja. Menghisap rokok klembak menyan
bagi orang tua tertentu menghidupkan peristiwa dan kenangan tertentu di masa
silam. Kedua, penggunaan ritual
religius dalam kesenian maupun adat istiadat masyarakat misalkan untuk
keperluan sesaji saat akan melakukan pentas kesenian Ebleg misalnya atau ritual Suro.
Seperti kita ketahui, menyan yang terkandung dalam rokok klembak menyan kerap
dihubungkan dengan aktifitas mengundang roh-roh halus tertentu.
Yang
menarik dari Perusahaan Rokok Klembak Menyan “Sintren” adalah para pegawai atau
pekerjanya yang didominasi oleh kalangan wanita berusia uzur antara 60-70-an
bahkan ada seorang wanita uzur berusia 80-an. Mereka adalah para pekerja yang
sejak usia 20-an sudah bekerja di perusahaan tersebut. Mengapa mereka tidak
memilih pensiun sekalipun kehidupan anak-anak mereka mungkin sudah berkecukupan
dan mampu mencukupi kehidupan mereka secara ekonomi? Ada ragam jawaban yang
salah satunya adalah mereka seakan menemukan gairah kehidupan di tempat yang
bisa mempertemukan mereka dengan teman-teman masa muda mereka (sekalipun
beberapa ada yang sudah meninggal) dan tidak kesepian tanpa sebuah pekerjaan di
rumah.
Tidak pernah ada kasus PHK di perusahaan ini. Hubungan industrial yang dibangun antara majikan dan buruh sangat baik sehingga tercipta hubungan yang bersifat kekeluargaan dan tidak terikat pada peraturan industri secara rasional dan ketat pada umumnya. Semisal para pekerja ini ada yang sedang sibuk panen di sawahnya mereka dibebaskan untuk tidak bekerja tanpa pemotongan gaji. Berhentinya buruh hanya dikarenakan dua faktor yaitu ketidakmampuan secara fisik dan kematian.
Ditengah
ketatnya regulasi pemerintah berkaitan dengan pelarangan merokok dan sejumlah
dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan merokok, ternyata menurut banyak
kesaksian merokok dengan tembakau dan klembak menyan memiliki kadar risiko yang
berbeda dengan rokok kretek modern.
Sebelum
ada penggunaan rokok kretek modern dengan menggunakan filter, tidak terlalu
banyak kasus ditemukan dimana para perokok klembak menyan mengalami gangguan
paru-paru. Sebaliknya mereka justru meyakini bahwa ada kandungan rempah-rempah
dalam klembak menyan yang dapat menyegarkan pernafasan bahkan menyembuhkan
batuk yaitu “klembak”.
Klembak
sendiri diyakini memiliki sejumlah khasiat yaitu sebagai pencahar, penurun kadar
kolesterol, anti hipertensi dll. Bahkan saya pernah diminati bapak mertua saya
yang sakit batuk untuk membelikan rokok klembak menyan dan akhirnya malah
sembuh. Penelitian yang lebih intensif diperlukan untuk membuktikan sejumlah
klaim dan kesaksian di atas. Menariknya, rokok klembak menyan yang diproduksi
oleh Bapak Edi Hartanto ini dibebaskan dari pencantuman batas tar dan nikotin
yang biasanya disematkan oleh Badan POM.
Kegiatan
merokok dan membuat rokok - terlepas dari bahaya yang mengancam dan
dipublikasikan secara masif oleh lembaga-lembaga kesehatan internasional
termasuk pemerintah – khususnya klembak menyan, bukan hanya sebuah kegiatan
berdimensi ekonomi belaka melainkan memiliki dimensi historis dan kultural. Inilah
pula yang menjadikan kegiatan merokok dan produksi rokok ini tetap dapat
bertahan di tengah zaman yang terus berubah.
Dikatakan
berdimensi historis karena rokok ini berhasil bertahan selama puluhan tahun di
tengah gempuran persaingan dengan rokok-rokok modern yaitu kretek dan
berfilter. Dikatakan berdimensi kultural dikarenakan rokok klembak menyan
menjadi bagian dalam ritual seni dan kebudayaan tradisional yang dufungsikan
sebagai sesaji dan bagian dari melibatkan kehadiran mahluk halus tertentu.
Keberadaan
rokok klembak menyan “Sintren”, “Togog”, “Bangjo” merupakan bagian dari kisah
sejarah produksi ekonomi klasik di Gombong yang masih bertahan hingga kini. Dibalik
wajah renta yang bekerja melipat gulungan rokok, menyimpan banyak kisah dan
cerita yang dapat digali saat mereka masih bekerja di usia belia dimana telah sekian
kali rezim berganti dengan karakter pemerintahan yang berbeda?
Peristiwa-peristiwa sejarah kehidupan sosial tersimpan dalam guratan wajah yang
semakin mengeriput.
Kita
dapat menggali sejarah kota kita sendiri dari mozaik ingatan yang disatukan
menjadi narasi sejarah publik yang tidak disusun semata-mata oleh kalangan
akademik. Sejarah publik dapat kita temukan di pekerja pabrik, para penjual
buah, buruh di ladang tebu, para pekerja tani, para penjaga kebersihan kota, para jurnalis, para pendidik, aparatus keamanan
dll. Dari mereka kita bisa melihat masa lalu untuk dipertimbangkan sebagai
sebuah kebijakkan di masa kini dan akan datang.
artikel menarik menyajikan makna yang mendalam mengandung bisnis, budaya, dan gaya hidup, sangat setuju usaha produksi rokok sintren tetap bertahan di jaman modern saat ini dimana rokok diproduksi secara modern menggunakan mesin canggih. bukti kepedulian, kami siap dukung supplay kebutuhan bahan baku kemenyannya jika perusahaan membutuhkan.
BalasHapusTerima kasih Mas Teguh.....Pesona Gombong dan Keboemen yang tetap menggoda, semakin toea semakih kuat pesonanya......Sintren.....nama sederhana, unik, dan ajaibnya melampaui jaman.....Sebuah museum hidup tentang humanisme dinamis dalam industri......
BalasHapusMaap Seumpamanya kami mwmbutuhkan Bangjo Cap Sintren kami itu bisa memesannya atau ngga??
BalasHapusBisa di shopee ada Kak
HapusKa, tolong bikin artikel tentang cara mendapatkan ijin usaha linting rokok dong.. Dari awal sekali ijin yg diurus apa saja.
BalasHapusKeluarga saya mau usaha rokok seperti ini, belum punya karyawan.