Indonesia
pernah dilanda krisis ekonomi yang paling terkenal di Indonesia terjadi pada
tahun 1997-1998, yang dikenal sebagai Krisis Moneter Asia. Salah satu upaya
pemerintah mengatasi krisis ekonomi dan melindungi masyarakat tidak mampu
adalah melalui program perlindungan sosial. Program ini mencakup bantuan sosial
tunai, subsidi harga bahan pokok, dan perlindungan kesehatan bagi masyarakat
miskin. Istilah yang mengemuka di masa kini dikenal dengan istilah Jaring
Pengaman Sosial (JPS) alias Social Safety
Net (SSN).
Di
era Hindia Belanda, krisis ekonomi dunia yang dikenal dengan malaise atau great depression bukan hanya memporakporandakan kehidupan ekonomi
Amerika dan Eropa namun juga negeri koloni yang mereka miliki. Krisis malaise merupakan
peristiwa menurunnya tingkat ekonomi secara drastis dan dramatis di seluruh
dunia yang mulai terjadi pada tahun 1929. Diawali dengan peristiwa yang sering
dikenal dengan sebutan Selasa Hitam atau Black
Tuesday, yaitu anjloknya bursa saham New York Wall Street pada Oktober 1929
(T. McNesse, The Great Depression
1929-1938, Chelsea House, 2010). Peristiwa ini berdampak pada hancurnya
perekonomian dunia, termasuk Hindia Belanda yang saat itu sedang dilanda gagal
panen (J.S.Furnivall, Netherlands India:
A Study of Plural Economy, 1939).
Ternyata,
bukan hanya pabrik dan perkebunan yang mengalami gulung tikar. Bahkan nasib
sebuah kota kabupaten di Hindia Belanda khususnya Jawa harus mengalami dampak
krisis/resesi ekonomi. Dampak dari sebuah resesi ekonomi harus dibayar dengan
melakukan pemangkasan anggaran dan penghapusan status kabupaten (Teguh
Hindarto, Wetan Kali Kulon Kali:
Mengenang Kabupaten Karanganyar Hingga Penggabungan Dengan Kabupaten Kebumen
1936, Deepublish, 2021).
Bagaimana
masyarakat Hindia Belanda mengatasi dampak krisis ekonomi yang mengakibatkan
orang-orang yang terdampak krisis ekonomi dan mengalami kemiskinan secara
material? Sebuah organisasi bernama Algemeen
Steunfonds voor Inheemsche Behoeftigen (A.S.I.B) alias Dana Dukungan Umum
Bagi Penduduk Pribumi Tidak Mampu/Miskin didirikan.
Latar
belakang berdirinya A.S.I.B dikarenakan krisis ekonomi yang menlanda dunia dan
berdampak kepada sejumlah negara koloni, termasuk Hindia Belanda. Istri
Gubernur Jendral A.C.de Jonge mengambil inisiatif untuk mendirikan A.S.I.B pada
tahun 1935 dan berkembang di sejumlah wilayah di Jawa dan Madura.
Di Kebumen pun telah didirikan organisasi bulan Oktober 1935 dan diketuai oleh Raden Ayu Sardinah, putri Bupati Kebumen Arung Binang VII (Teguh Hindarto, S.Sos., MTh., Bukan Kota Tanpa Masa lalu: Dinamika Sosial Ekonomi Kebumen Era Arung Binang VII, 2000:147-154).Pendirian dan keberadaan ASIB di Kebumen terpantau dalam sebuah berita surat kabar berjudul, ASIB te Keboemen yang dimuat oleh surat kabar De Locomotief (11 Oktober 1935). Sebuah panitia ASIB kabupaten dibentuk bulan Oktober 1935. Hadir dalam pertemuan tersebut Bupati Kebumen (Arung Binang VII), asisten residen, patih, wedono dan camat beserta para istri mereka, serta sekretaris daerah. Nona (mejuvrouw) R.A. Sardinah membuka rapat dan mengucapkan selamat datang kepada seluruh yang hadirin.
Pada
kesempatan itu Nona R.A. Sardinah menjelaskan tujuan dan cita-cita ASIB serta
mengingat kembali secara singkat apa yang dibicarakan pada rapat panitia
pemekaran di Magelang, dimana ia ditunjuk sebagai ketua panitia kabupaten yang
akan dibentuk di KebUmen. Setelah itu, para anggota dipilih. Wakil ketua
terpilih adalah R.A. Soetarmo, istri Patih Kebumen. Istri-istri wedana dan
camat dipilih sebagai komisaris.
Nyonya
De Haas yang berhalangan hadir akan diminta bertindak sebagai bendahara,
sedangkan jabatan sekretaris akan diserahkan kepada Tuan R.Margono, pejabat
dewan kabupaten (regentschapsraad). Tuan
R.A. Aroengbinang, Tuan J.F.A. van Bruggen, yaitu asisten residen dan Liem Yam
Hoey, Kapiten Tionghoa (kapitein der
Chineezen),terpilih sebagai penasihat.
Ketua
komite mengucapkan terima kasih kepada para pejabat terpilih atas kesediaan
mereka untuk duduk di komite dan menyatakan keyakinannya bahwa setiap orang
akan berkomitmen penuh terhadap tujuan tersebut.
Pertemuan
tersebut berlanjut ke pembahasan cara kerja organisasi yang terbentuk, di mana
R.A. Sardinah sebagai penyaji materi memandang perlu adanya desentralisasi
kerja, karena dengan begitu diharapkan hasilnya akan lebih memuaskan. Di setiap
kecamatan harus dibentuk subkomite dengan komisaris komite kabupaten sebagai ketua
ditambah dua orang anggota.
Sub-komite
ini harus secara rutin berkomunikasi dan berkoordinasi dengan ketua komite
kabupaten, jika tidak, mereka harus bekerja secara independen. R.A. Sardinah
mengapresiasi Ibu Peddemors (istri dokter Rumah Sakit Misi Pandjoeroeng) dan
Ibu Liem Giem Nio (istri Kapiten Tionghoa di Kebumen) yang duduk di subkomite
di Kebumen.
Pembahasan
bergeser ke arah bagaimana dana yang dibutuhkan dapat diperoleh. Pemimpin
rapat, R.A. Sardinah, putri R.A. Arungbinang menyarankan untuk mengedarkan
daftar perekrutan kontributor tetap (vaste
contribuanten). Surat pos akan dikirimkan setiap bulan bagi mereka yang
ingin berkontribusi secara tidak terencana. Gagasan ini diterima dan seluruh
peserta rapat mendaftar sebagai kontributor tetap.Beberapa saran lain dikemukakan
untuk mengumpulkan dana al, mengadakan fancy
fair (pekan raya)
Tuan
J.F.A.van Bruggen menyarankan untuk mengadakan lotere, yang hadiahnya
ditentukan oleh para wanita, sementara Tuan R.M. Soetarmo sedang
mempertimbangkan untuk mengenakan biaya masuk bagi masyarakat yang mencari hiburan
di pantai selama lebaran di Mirit, Ambal dan Bertjong (Mengenai kedudukan
pantai di Kebumen selama lebaran dapat membaca tulisan berikut, Teguh Hindarto,
Lebaran di Pantai Petanahan Tahun 1933
– https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2020/05/lebaran-di-pantai-petanahan-tahun-1933.html
Beberapa
tahun kemudian A.S.I.B Kebumen telah berhasil membuat sebuah bangunan yang
cukup layak dengan kapasitas 50 orang namun baru terisi 30 orang karena banyak
para pengemis dan gelandangan lebih senang tinggal di jalanan karena mereka
masih bisa mendapatkan een dubbeltje (1 sen atau 10 sen?) per hari dibandingkan
tinggal di rumah A.S.I.B. Sebuah kondisi yang dianggap behoorlijker alias lebih layak (Teguh Hindarto, Kantor Pos dan Rumah ASIB di Kebumen - https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2021/05/kantor-pos-dan-rumah-asib-di-kebumen.html).
Belum
banyak buku sejarah yang mengulas keberadaan A.S.I.B dan peran serta
kontribusinya bagi pengembangan masyarakat pribum di bidang ketrampilan untuk
kemudian dijual hasilnya. Tulisan singkat ini kiranya dapat menjadi peta jalan
untuk mendalami peran ASIB yang dibentuk diberbagai daerah termasuk Kebumen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar