Sebuah berita dengan judul, Een Eeuw Regentschap (Satu Abad Kabupaten) yang ditulis surat kabar bernama Algemeen Handelsblad voor Nederlandsch-Indie (27 September 1929) melaporkan berita pendek sbb:
"Bulan
April tahun berikutnya seratus tahun yang lalu Kabupaten Keboemen berdiri. Agar
tidak luput dari perhatian, beberapa waktu kemudian di bawah kepemimpinan Raden
Mas Soetomo, Patih Keboemen, dibentuklah panitia pendahuluan untuk
menyelenggarakan pesta peringatan (een
herdenkingsfeest). Bupati Keboemen didaulat menjadi pelindung (beschermheer). Jika hasil dari daftar
penandatanganan yang beredar saat ini di kalangan warga Kaboepaten memenuhi
harapan, jam listrik kota (een
electrische stadsklok) akan ditawarkan sebagai kenang-kenangan permanen
seratus tahun ini, di samping waringin untuk ditanam di alun-alun yang akan
diletakkan di tengah kota".
Berita
pendek ini sekaligus memberikan kejelasan mengenai usia administratif kabupaten
Kebumen sebagai sebuah administrasi baru pasca Perang Jawa berakhir menggantikan
Panjer. Bersamaan pada akhir Februari 1831, Van Pabst datang ke Karesidenan
Bagelen dan diminta mengubah nama-nama administrasi lama yaitu Semawung menjadi
Kutoarjo, Brengkelan menjadi Purworejo, Ungaran menjadi Kebumen, Karang Duhur
menjadi Sedayu (Peter Carey, Sisi Lain
Diponegoro: Babad Kedung Kebo dan Historiografi Perang Jawa, 2017:200).
Termasuk Kabupaten Karanganyar menjadi sebuah administrasi baru menggantikan
Remo Jatinegara di tahun 1832.
Testimoni
surat kabar berbahasa Belanda di atas bersesuaian dengan testimoni lokal berupa
tulisan dalam aksara Jawa pada artefak bekas kayu pendopo Kabupaten Kebumen yang
dibangun oleh Arungbinang IV atas biayanya sendiri dan dibangun tahun 1835 (Teguh
Hindarto, Adeging Sakaguru Sinengkalan
Kaya Hobah Swaraning Wong -https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2020/08/adeging-sakaguru-sinengkalan-kaya-hobah.html
Bunyi
aksara Jawa tersebut merupakan sengkalan yang berbunyi, Adeging sakaguru
sinengkalan kaya hobah swaraning wong (berdirinya saka guru bertanggal
1763). Sampai hari ini sengkalan tersebut masih tersimpan dalam sebuah bekas
kayu pendopo kabupaten yang terbuat dari kayu jati yang diletakkan di pelataran
makam Arung Binang I (Jakasangkrip) di
Kebejen, Kutawinangun.
Tahun Jawa 1763 adalah jatuh tahun 1835 Masehi.
Tulisan tersebut tersemat dalam hiasan pendopo kabupaten Kebumen Arung Binang
IV (Mangundiwiryo) diangkat sebagai bupati Kebumen pertama pada tanggal 22
Agustus 1831 dan berakhir pada 30 Juni 1849 (Sugeng Priyadi, Sejarah dan Kebudayaan Kebumen,
2004:68).
Jika
dihitung dari tahun 1930 ke belakang sampai tahun 1830 maka usia Kebumen sudah
100 tahun. Jika dihitung di masa kini (2024) maka usia kabupaten Kebumen sejak
era kolonial hingga hari ini adalah 194 tahun.
Namun
demikian berita pendek ini juga menyisakan sejumlah pertanyaan dan
problematika. Beberapa pertanyaan problematis tersebut al., apakah pemasangan
jam listrik kota sebatas sebuah rencana ataukah sudah terealisasikan? Jika
sudah terealisasi, kemana jam listrik kota yang pernah hendak dipasang pada
peringatan satu abad pemerintahan Kebumen yang jatuh April 1930 tersebut?
Apakah waringin yang nampak di masa kini adalah waringin yang ditanam pada
tahun 1930?
Problematika
berikutnya yang lebih krusial adalah dalam sebuah pemberitaan surat kabar beberapa
bulan sebelumnya yaitu De Locomotief
(15 Mei 1929) disebutkan bahwa perayaan 100 tahun akan jatuh pada tanggal 2
Februari 1930 bukan pada bulan April.Demikian surat kabar tersebut menuliskan.
“Seorang
koresponden di Keboemen melaporkan bahwa tanggal 2 Februari tahun 1930 adalah
seratus tahun yang lalu Kabupaten Keboemen menjadi bagian dari Kerajaan Yogjakarta di Jawa dan berada di bawah pemerintahan langsung Belanda.Tujuannya
adalah untuk memperingati hari itu dengan meriah. Sebuah komite akan dibentuk
yang bertanggung jawab mengumpulkan sumbangan untuk perayaan dan menetapkan
program untuk liburan.Sebagai keistimewaan, kami juga mendengar bahwa
peringatan kemeriahan ini juga akan dijadikan kesempatan baik untuk menanam
pohon waringin kurung yang baru di alun-alun; yang lama telah mati dan pohon
beringin yang ada sekarang merupakan tanaman baru, bertunas dari batang yang
lama. Sebagaimana diketahui, penanaman waringin kurung merupakan sebuah upacara
yang berlangsung dengan ceremonial agung, sehingga hari raya di bulan Februari
1930 sangat tepat dipilih untuk itu”
Sayangnya
sampai tulisan ini dimuat, belum ditemukan berita perihal perayaan 100 tahun
pemerintahan Kebumen pada tahun 1930 di dokumen surat kabar Hindia Belanda,
sehingga kita masih kesulitan memastikan apakah tanggal 2 Februari 1930)
ataukah April 1930.
Terlepas
dari masih adanya berita yang kontradiktif (perayaan seratus tahun Kabupaten
Kebumen di era Hindia Belanda jatuh pada bulan Februari atau April) namun
berita surat kabar tersebut dengan tepat melaporkan sesuai dengan dokumen
kolonial lainnya bahwa awal berdirinya Kabupaten Kebumen sebagai sebuah regentschap (kabupaten) menggantikan
Panjer, di bawah Karesidenan Bagelen dan Kedu memang baru dimulai tahun 1830 (Teguh
Hindarto, Dari Panjer Hingga Kebumen:
Sebuah Kronik Singkat - https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2022/10/dari-panjer-menjadi-kebumen-sebuah.html).
Kiranya
tulisan pendek ini bisa memberikan iluminasi dalam menelaah keberadaan Kebumen di
panggung sejarah di era Hindia Belada.
paparan yang lengkap dan jelas,
BalasHapussalam literasi, salam sukses selalu.
Brengkelan jadi Purworejo lalu Ungaran jadi Kebumen? Piye ceritane sing Kebumen kok semula Ungaran Kutowinangun?
BalasHapus