Selasa, 02 Desember 2014

APAKAH IDEOLOGI PANCASILA PRODUK FREEMASONRY?


Dalam sebuah artikel berjudul, “Pendidikan Pancasila, Freemasonry dan Pergolakkan Umat Islam: Rancunya Pelajaran PPKN” penulis tanpa nama menuangkan kesimpulannya mengenai hubungan Pancasila dengan Freemasonry sbb, “Banyak fakta lain yang sebenarnya masih banyak terkubur tentang kaitan Pancasila, Pendidikan Pancasila dan Freemason. Sudah selayaknya Umat Muslim waspada dan berfikir ulang mencari persamaan antara Pancasila dengan Islam, karena dengan berbagati data yang ada, Pancasila lebih dekat dengan Freemason dan berbagai ajaran agama bathil lainnya. Inilah ideology yang kita bangga-banggakan itu. Allahua'lam[1]. Pandangan-pandangan negatif dan berburuk sangka semacam itu bertebaran dalam sejumlah buku-buku Keislaman yang anti dengan nilai-nilai Demokrasi dan Pancasila.

Kita akan mengurai secara singkat mengenai sejarah lahirnya Pancasila dan membuktikan validitas dugaan subyektif di atas. Kajian ini dituliskan agar kita memahami sejarah nasionalisme yang dibangun oleh para bapak pendiri bangsa yang beraneka ragam agama, suku bahasanya dan agar kita tidak melakukan pengkhianatan dan pengingkaran atas sejarah tersebut dengan membuat analisis dan tudingan yang mengecilkan apa yang pernah dirumuskan oleh para pendiri bangsa demi terciptanya kesatuan dan nasionalisme Indonesia.

INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA




Saat pidato pada Hari Jadi Pancasila 1 Juni 2011 lalu, mantan Presiden R.I. kedua, B.J. Habibie dengan berapi-api mengatakan, “Reaktualisasi Pancasila semakin menemukan  relevansinya   di   tengah  menguatnya   paham  radikalisme,   fanatisme   kelompok   dan kekerasan  yang mengatasnamakan agama yang kembali marak beberapa waktu terakhir ini. Saat infrastruktur demokrasi  terus    dikonsolidasikan,     sikap    intoleransi    dan     kecenderungan        mempergunakan        kekerasan      dalam  menyelesaikan  perbedaan,  apalagi mengatasnamakan  agama,  menjadi  kontraproduktif  bagi  perjalanan bangsa  yang  multikultural  ini.  Fenomena  fanatisme  kelompok, penolakan terhadap  kemajemukan  dan  tindakan  teror  kekerasan  tersebut menunjukkan  bahwa  obsesi  membangun  budaya  demokrasi  yang  beradab,  etis  dan eksotis  serta  menjunjung  tinggi  keberagaman  dan menghargai  perbedaan  masih  jauh  dari kenyataan" (1)

Keprihatinan mantan Presiden tersebut merupakan keprihatinan kita bersama. Betapa saat ini, Pancasila sebagai buah pemikiran luhur Presiden Soekarno yang telah mempersatukan berbagai perbedaan agama, suku, ras, budaya Indonesia dan diterima sebagai konsensus bersama sebagai dasar negara oleh para bapak pendiri bangsa, saat ini semakin menjauh dari ingatan warga negara Indonesia dan mulai dikhianati dengan berbagai tindakan-tindakan kekerasan atas nama agama, korupsi yang tidak juga berhenti, tidak menghormati keputusan hukum, berbagai tindakan amuk massa dan anarkisme yang merajalela.