Eureka! Akhirnya, misteri Europeesche Begraafplaats (pekuburan Eropa/Belanda) tanpa nama di Ambal dan Karanganyar kini telah terpecahkan. Seperti Archimiedes yang berseru, Eureka! (aku telah menemukan) saat menemukan bahwa setiap benda memiliki massa jenis yang berbeda, demikianlah penemuan nama-nama orang Belanda yang dikebumikan di Kebumen, Ambal, Karanganyar di era kolonial menjadi sebuah kegembiraan layaknya dialami Archimides.
Beberapa
waktu lalu, penulis telah menurunkan sebuah artikel dengan judul, Kuburan Belanda (Europesche
Begraafplaats/Kerkhof) di Kebumen dan Sepenggal Kisah Van Pelt (https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2022/11/kuburan-belanda-europesche.html). Tulisan ini sempat mengalami penundaan selama
kurang lebih 3 tahun karena minimnya sumber-sumber data dikarenakan lokasi
pekuburan orang Belanda di Kebumen telah dijadikan perkampungan warga.
Beruntung setelah menemukan dokumen berisikan daftar orang-orang Belanda yang
dikebumikan di seantero Jawa, nama-nama mereka yang pernah dikebumikan berhasil
ditemukan. Dari jumlah 39 orang yang dikebumikan beberapa telah dituliskan
dalam artikel tersebut termasuk 2 nama yang menarik perhatian untuk diketahui
karena berkaitan dengan orang yang cukup penting pada zamannya.
Dalam tulisan berikut, penulis akan melanjutkan penelusuran yang sudah dilakukan beberapa tahun silam terkait sejumlah pekuburan orang Belanda di Karanganyar (Teguh Hindarto, Makam Belanda Tanpa Kisah di Karangkemiri -https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2020/07/makam-belanda-tanpa-kisah-di-karang.html) dan di Ambal (Teguh Hindarto, Jejak Artefak Bekas Pekuburan Belanda di Ambal Kliwonan - https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2020/09/jejak-artefak-bekas-pekuburan-belanda.html).
Dalam dua tulisan tersebut dijelaskan kondisi
pemakaman yang sangat memprihatinkan dan telah kehilangan sejumlah hiasan
simbolik layaknya pemakaman Belanda dan nama-nama mereka yang dikebumikan sama
sekali tiada lagi tertulis sehingga kesulitan menemukan identitas mereka yang
telah dikebumikan di pemakaman tersebut.
Dalam
sebuah berita yang melaporkan kegiatan Dewan Kabupaten di Kabupaten Karanganyar
(sebelum akhirnya tahun 1935 dihapuskan status kabupatennya dan digabungkan
dengan Kebumen tahun 1936) yang berjudul Regentschapraad
(Dewan Kabupaten) disebutkan mengenai daftar penganggaran sejumlah lokasi salah
satunya pemakaman umum orang Tionghoa dan Eropa/Belanda di Gombong,
Karanganyar, Pejagoan (De Locomotief,
14 Maret 1930).
Demikian
pula dalam sebuah berita berjudul, Gewestelijke
Werken (Pekerjaan Propinsi) dimuat sebuah daftar tempat di Kebumen yang
mendapatkan bantuan keuangan untuk perbaikan (verbetering) al., Europeesche
Begraafplaats Kebumen (De Locomotief,
15 Juni 1926).
Setelah penelusuran dan pengkajian yang memakan waktu dua tahun lamanya akhirnya nama-nama makam tanpa nama ini berhasil dipecahkan misterinya. Siapakah saja nama-nama mereka itu?
Nama Mereka Yang Dikebumikan di
Pemakaman Belanda, Ambal
Disebutkan
dalam buku Genealogische en Heraldische
Gedenkwaardigheden Betreffende Europeanen Op Java Dell I, Koninklijke
Drukkerij De Unie Batavia Centrum (1934) pada halaman 3 sbb:
Ambal (Pemakaman Eropa)
1. Di sini terbaring / Wilhelmina
Janpet/ Poerworedjo /29 Maret 1863 / Ambal / Januari 1866.
2. Di sini beristirahat / Nyonya /
Wilhelmina Hendrie / Istri dari W.G.Guldenaar lahir 8 Maret 1839 / wafat 31 Desember 1873.
3. Di sini beristirahat / Willem Gerrit
/ Guldenaar / lahir 2 Januari 1830 / wafat 7 Februari 1882.
Tidak
banyak orang Belanda yang dimakamkan di Ambal. Hanya 3 orang dan tarikh
pemakaman dari tahun 1866 di mana Ambal masih berstatus regentschap (kabupaten) sampai 1882 yaitu setelah Ambal dihapuskan
status kabupatennya pada tahun 1872 dan masuk menjadi wilayah district (kawedanan) di bawah Regentschap (kabupaten) Kebumen.
Ada
nama yang menarik dan dapat dilacak perannya semasa hidup sekalipun masih
menyisakan sejumlah teka-teki yaitu nama Willem Gerrit Guldenaar. Siapakah
orang bernama W.G. Guldernaar? Dali pelacakan surat kabar berbahasa Belanda
didapati sebua keterangan bahwa beliau adalah salah satu dari agen der Samarangsche Weesen Boedelkamer di
Ambal (Javasche Courant, 25 Oktober 1864).
Institusi
bernama Weesen Boedelkamer (Balai
Harta Peninggalan) sebenarnya telah dibentuk sejak era Vereenigde Oost Indische Companie (VOC) pada tahun 1624 untuk mengurus
harta kekayaan yang ditinggalkan oleh mereka bagi kepentingan para ahli waris
yang berada di Nederland, anak-anak yatim piatu dan sebagainya. Ketika VOC
bangkrut tahun 1799 maka dilanjutkan oleh pemerintahan Hindia Belanda.
Nah,
Willem Gerrit Guldenaar ini adalah salah satu petugas Balai Harta Peninggalan
cabang Semarang yang bertugas di Ambal bersama F.W.A. Van Stralendorf. Dalam iklan surat kabar nampak bahwa Willem
Gerrit Guldenaar dan F.W.A. Van Stralendorf membuat berita pengumuman
bertanggal 18 Oktober 1864 ditujukan kepada kreditur dan debitur tanah milik
almarhum pensiunan inspektur prajurit di Ambal bernama M. Louwers untuk
melakukan pembayaran atau pernyataan kepada dirinya dengan tempo tiga bulan.
Namun
ada data yang membingungkan terkait Willem Gerrit Guldenaar ini. Dalam daftar
pemakaman Belanda di Ambal tersebut disebutkan bahwa istrinya yang bernama Wilhelmina
Hendrie yang wafat 31 Desember 1873 namun dalam sebuah berita surat kabar yaitu
De Locomotief (7 Juli 1871)
disebutkan adanya berita pernikahan (getrouwd)
antara Willem Gerrit Guldenaar dengan seorang wanita Tionghoa yang telah
dibaptis dan memiliki anak bernama Kwik Siet Njo pada tanggal 30 Junij 1871.
Jika
W.G. Guldenaar memperistiri Kwik Siet Njo tahun 1871 sementara istrinya
meninggal tahun 1873 maka hanya ada tiga kemungkinan yaitu: Pertama, W.G. Guldenaar telah bercerai
dengan istrinya yaitu Wilhelmina Hendrie dan menikahi Kwik Siet Njo. Kedua, kemungkinan lainnya Guldenaar
melakukan poligami sebagaimana kebiasaan pria Belanda memperistri wanita
pribumi yang biasa disebut Nyai. Ketiga, hanya sekedar kesamaan nama
belaka dan bukan menunjuk pada oknum yang sama. Ini hanya baru dugaan sementara
saja. Masih terbuka kemungkinan lain jika ditemukan dokumen-dokumen yang lebih
lengkap.
Nama Mereka Yang Dikebumikan di
Pemakaman Belanda, Karanganyar
Disebutkan
dalam buku Genealogische en Heraldische
Gedenkwaardigheden Betreffende Europeanen Op Java Dell II, Koninklijke
Drukkerij De Unie Batavia Centrum (1935) pada halaman 204-205 sbb:
Pemakaman ini merupakan gundukan
kecil di tengah sawah (een kleine verhevenheid te midden der sawahs). Jumlah
keseluruhan ada sekitar 20 kuburan, sebagian besar dalam kondisi terabaikan
(verwaarloosden toestand verkeeren ). Hanya delapan yang masih memiliki
inskripsi
1) Di sini beristirahat / anak
laki-laki kami yang manis / Albert Hessels / sekitar 2 tahun.
2) Di sini beristirahat kesayangan
kami / Victor Hugo / Varkevisser/ lahir di Karanganjar 13 November 1915 /
meninggal 17 Januari 1917 / R.I.P. / Orang tuanya.
3) Di sini beristirahat / dengan lembut
dan tenang / istri tercinta / Carolina Westhoff lahir Cardie / meninggal 17 Mei
1899.
4) Di sini beristirahat / Elisa
Rouse / istri D.M. Wortelboer / lahir tahun 1832 / meninggal 10 November 1875.
5) Di sini beristirahat / Christiaan
Eduard Godschalk/ lahir / 11 Juni 1861 / meninggal / 26 Februari 1874.
6) Di sini beristirahat / Johan
Bertus Oscar / anak tercinta / dari / S.C. Scipio / 8 5 80 /.
7) Di sini beristirahat / W.A.
v.d. Broek / lahir 8 Oktober 1817 – meninggal 26 Oktober 1881.
8) Disini beristirahat/ dengan lembut
dan tenang/ Leonardus Seferinus/Van Sprew/lahir di Soerabaya/11 April 1830/ wafat
di Karanganjar/ 15 Agustus 1884
Deskripsi
dalam keterangan yaitu gundukan kecil di
tengah sawah (een kleine verhevenheid te midden der sawahs), cocok dengan
kondisi topografis saat mana penulis melakukan peninjauan tahun 2020. Nampaknya
kondisi terbengkalai dan tidak terawat sudah sejak keberadaan kuburan Belanda
ini diidentifikasi dan dilaporkan dalam buku tersebut (1935). Bedanya saat buku
ini ditulis masih ada 8 nama yang teridentifikasi sementara di masa kini sudah
tidak ada sama sekali nama orang yang dikebumikan di pemakaman Belanda di
pinggir sawah tersebut.
Membaca
urutan tarikh mereka yang dikebumikan di pemakaman Belanda ini yaitu dari tahun
1874,1875,1880, 1881, 1884, 1899, 1917 nampak bahwa rata-rata mereka yang dikebumikan
di sini berasal dari era kepemimpinan Bupati Karanganyar kedua Raden Tumenggung
Karto Negoro (1864-1884).
Adapun
makam Carolina Westhoff (meninggal 17
Mei 1899) berasal dari era kepemimpinan Bupati Karanganyar ketiga yaitu Raden
Tumenggung Soekadis Kerto Negoro (1885-1902). Mengenai makam Victor Hugo
Varkevisser (meninggal 17 Januari 1917) berasal dari era Bupati Karanganyar
kelima dan terakhir yaitu Raden Adipati Ario Iskandar Tirtokusumo (1912-1935).
Ada makam anak berusia 2 tahun namun tidak disebutkan tahun wafatnya yaitu Albert Hessels.
Tidak
ada kisah yang dapat dilacak mengenai apa dan bagaimana mereka yang terbaring
di pemakaman di tepian sawah ini. Bisa jadi mereka bukan orang-orang yang
memiliki tugas penting atau sekedar belum terlacak saja dokumennya.
Kiranya
pelacakan nama-nama orang Belanda yang terbaring di Ambal, Kebumen, Karanganyar
dapat berkontribusi bagi mereka yang menekuni studi sejarah makan-makam kuno di
wilayah Kebumen khususnya makam orang-orang Belanda.
Makam,
bukan sekedar deretan nama-nama orang yang telah tiada dan rumah bagi jazad
yang telah menjadi tulang belulang. Lebih dari itu, makam-makam kuno khususnya
menyimpan kisah dan cerita mereka yang telah dikebumikan di dalam tanah. Kisah
sedih maupun kisah kebahagiaan. Kisah yang memberikan berbagai informasi
penting perihal kehidupan sosial budaya pada suatu masa. Itulah sebabnya
keberadaan makam-makam tersebut selayaknya dirawat dan dilindungi serta
dituliskan kisah-kisahnya oleh yang hidup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar