Sejak keberfungsiannya dihentikan pada
tahun 2014 dan dipindahkan di RSUD Jendral Soedirman di Jl. Lingkar Selatan,
bangunan rumah eks RSUD Kebumen semakin lama semakin tidak terurus
keberadaannya. Sejak tahun 2016 sebagian bangunan ini diruntuhkan. Di bagian
sebelah Barat di lokasi bekas pintu masuk RSUD lama, sebagian bangunan
difungsikan sebagai Rumah Singgah Dosarasa (Pelayanan Rehabilitasi Sosial Eks
Psikotik dan PGOT).
Sebagaimana telah diulas dalam artikel
sebelumnya bahwa eks RSUD sebelumnya bernama Zending Ziekenhuis Pandjoeroeng,
sebuah rumah sakit yang didirikan oleh badan Pekabaran Injil di Belanda yang
bernaung di bawah payung Zending Van de
Gereformeerde Kerken in Nederland (ZGKN). Gereja yang bernaung dalam
organisasi Pekabaran Injil ini yaitu Friesche Kerk (Gereja
Frisian/Friesland) di Heeg, telah
mengutus Pendeta Bakker pada tahun 1901 ke Kebumen. Pengganti Baker yaitu
Pendeta Van Dijk menggantikan karya pelayanan Baker pada tahun 1906 (Teguh
Hindarto, Benih Injil di Kebumen - https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2021/12/benih-injil-di-kebumen-short-story.html)
Setelah diputuskan oleh sebuah Sidang
Sinode di Leuwarden Tahun 1912 untuk mendirikan Rumah Sakit di kebumen, maka
pada Tahun 1915 dimulailah proyek pembangunan rumah sakit yang tidak jauh
letaknya dari Stasiun Kebumen. Ds van Dijk, penerus Ds. Bakker membeli tanah
dari pabrik gula Remboen, dan arsitek Polman telah menyusun sebuah proyek untuk
kompleks bangunan yang akan dibangun. Van Dijk dibantu oleh Zuidema.
Ds. (Pdt) Van Dick yang memberikan nama tersebut. Artinya, "dat is verhooring, gebedsverhooring" (permohonan atau jawaban doa). Van Dijk dan banyak orang telah berdoa agar rumah sakit ini dapat didirikan meskipun dengan susah payah. “Die naam prijkt dan ook voortaan op de voorgevel van het hoofdgebouw” (Mulai saat ini, nama tersebut akan ada di fasad bangunan utama), demikian tulis dr. Osterhuis dokter pertama Rumah Sakit Pandjoeroeng dalam artikelnya berjudul, Het Zendinghospitaal te Keboemen: Gedurende te Eerste Zes Zaren dalam buku Schetsen en Herinneringen (1925:73).
Besaran pembiayaan rumah sakit ini pada waktu hendak dibangun adalah, “De totaal kosten bedragen 70 mille, waarvan driekwart door de regeering wordt gegeven” (Total biaya mencapai 70 juta, tiga perempatnya diberikan oleh pemerintah) sebagaimana dilansir koran Bataviaasch Nieuwsblad (22 September 1915).
Pada bulan Mei 1915 dokter pertama yaitu Osterhuis tiba untuk rumah sakit yang akan dibangun di Kebumen dan pada tanggal 1 Januari 1916 pasien pertama dapat dirawat di rumah sakit. Van Dijk menulis bahwa dr. Oosterhuis sebagai “een man van meer dan gewone bekwaamheid” (pria dengan kemampuan lebih dari biasanya) dalam artikelnya yang berjudul Een Kwarteeuw Friesche Zending (1900-1925) dalam buku Schetsen en Herinneringen (1925).
Dari tulisan pendek Dr. Osterhuis inilah kita mengenal nama pasien pertama
yang ditangani oleh rumah sakit ini. Nama pribumi yang menjadi pasien pertama
tetap diingat dan dituliskan agar diketahui dan dikenang dalam sejarah. Pasien
itu bernama Mbok Minah. Dia datang dengan “een kolossaal groot gezwel in
de buik” (sebuah daging tumbuh membesar di perut). Nampaknya sebuah tumor.
Sebenarnya dokter dan perawat kuatir untuk menangani kasus ini karena baru
pertama kali dan peralatannya nog zoo primitief (masih sangat
sederhana).
Namun Mbok Minah sangat percaya dirinya
dapat dioperasi dan disembuhkan. Puji syukur akhirnya operasi itu berhasil dan
sejak itulah kepercayaan diri semakin bertambah untuk melakukan tugas pelayanan
kesehatan. Dat gaf moed voor de volgende (itu memberikan
keberanian selanjutnya), demikian kenang Dr. Oosterhuis dalam tulisannya, Het
Zendinghospitaal te Keboemen: Gedurende te Eerste Zes Zaren sebagaimana
dtuliskan dalam buku Schetsen en Herinneringen (1925:73)
(Teguh Hindarto, Rumah Sakit Pandjoeroeng dan Kisah Mbok Minah - http://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2021/01/rumah-sakit-pandjoeroeng-kebumen-dan.html).
Dokter kedua yang menggantikan dokter Osterhuis adalah dr Vonk. Beliau berkarya di Kebumen dari tahun 1921-1927 dan disebut sebagai dr. “Selain ahli penyakit dalam yang terampil, Vonk juga terbukti sebagai ahli bedah yang sangat baik” sebagaimana dicatat oleh surat kabar De Locomotief (19 September 1927). Di masa dr Vonk inilah rumah sakit “ditata sepenuhnya sesuai dengan ide-ide modern” (De Locomotief, 28 Februari 1930)
Dokter ketiga yang pernah bekerja di
Zending Ziekenhuis Pandjoeroeng adalah dr Brummelkamp. Selain sebagai dokter
yang bekerja di Kebumen, Brummelkamp juga ditunjuk ditunjuk sebagai asisten
Prof Lesk di Hoogeschool di Weltevreden pada tahun 1930 (De Standaard, 16
November 1929)
Sebuah denah Zending Ziekenhuis
Pandjoeroeng yang dibuat di Den Haag tanggal 13 Maret 1918 memperlihatkan
keberadaan sejumlah ruangan yang ada di rumah sakit ini (Het Zendingsblad Van
De Gereformeerde Kerken, 1918). Ruang I yaitu Polyklinieck (poliklinik), Ruang
II yaitu Operatie Gebouw (ruang operasi), Ruang III yaitu Ziekenzaal (Ruang
untuk orang sakit) yang terbagi dua yaitu ruang untuk pasien laki-laki dan
pasien perempuan yang dipisahkan oleh selasar yang membagi ruangan di sisi
kanan dan sisi kiri. Ruang IV adalah Bijgebouwen (bangunan luar), Ruang V adalah
Directeurswoning (rumah direktur rumah sakit), Ruang VI adalah Zusterhuis
(rumah para suster), Ruang VII adalah Woning gehuurde helper (rumah para
penolong dokter).
Jika kita perbandingkan dengan
keberadaan eks RSUD Kebumen, nampaknya sejumlah bangunan masih menempati fungsi
yang sama khususnya rumah dinas dokter yang bertugas maupun ruangan operasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar