Hari ini Karangbolong merupakan sebuah
nama desa dan pantai di wilayah Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen. Namun jika
memeriksa dokumen-dokumen kolonial berupa berita surat kabar, statblad,
besluit, almanak, majalah, buku bahwasanya Karangbolong dahulu adalah sebuah
distrik (kawedanan) di bawah Regentschap (kabupaten Ambal) dari tahun
1830-1872.
Setelah Perang Jawa berakhir (1830), Bagelen dan
Banyumas yang merupakan wilayah Mancanegara Kasultanan dan Kasunan diambil alih
pemerintahan Hindia Belanda dan dijadikan wilayah karesidenan.
Karesidenan Bagelen memiliki enam afdeeling/regentschap yaitu
Ledok (Wonosobo), Kutoarjo, Purworejo, Ambal, Kebumen, Karanganyar. Regentschap
Ambal yang dipimpin oleh Bupati Poerboenegoro memiliki lima distrik (kawedanan)
yaitu Ambal, Wonoroto, Petanahan, Puring, Karangbolong. Total penduduk
Kabupaten Ambal dengan kelima distrik ya adalah 141.294 menurut statistik 1867
(P. Bleeker, Nieuwe Bijdragen Tot De Kennis Der Bevolkingstatistiek Van
Java, 1870).
Ketika Ambal dihapuskan statusnya sebagai kabupaten pada tahun 1872 maka masing-masing distrik dibagi untuk Regentschap Kutoarjo (Wonoroto), Regentschap Kebumen (Ambal) dan Regentschap Karanganyar (Puring, Petanahan, Karangbolong).
Nama Karangbolong sebagaimana di saat masih menjadi wilayah Ambal sudah lekat dengan pengunduhan sarang burung walet, demikian pula saat telah menjadi wilayah Karanganyar sarat dengan tindakan ekonomi pengunduhan sarang walet. Bukan hanya tindakan ekonomi tapi tindakan budaya di mana ada sejumlah ritual yang harus dipenuhi sebelum melakukan pengunduhan sarang burung walet (Teguh Hindarto, Yang Hilang Yang Bertahan di Karangbolong - https://www.qureta.com/post/yang-hilang-yang-bertahan-di-karangbolong)
Bahkan Karangbolong lekat dengan kegiatan pariwisata di tahun 1930-an dan disebut-sebut dalam berbagai judul berita dalam surat kabar al., Karang Bolong en Groot van Idjoe (De Preanger-Bode, 19 Juni 1912), Karang Bolong (De Locomotief, 25 September 1919), Karang Bolong (De Nederlande, 31 Juli 1920), Een Tocht Naar Karang Bolong (Algemeen Handelsblad, 11 April 1927).
Peran sentral Ratu Kidul (dalam koran berbahasa Belanda disebut Njai Loro Kidoel) telah dikenal di Karang Bolong sejak era kolonial berkaitan dengan sejumlah kegiatan upacara penghormatan sebelum pelaksanaan pengunduhan sarang lawet sebagaimana dimuat dalam artikel, Naar Karang Bolong (Bataviaasch Nieuwsblad, 30 Mei 1925). Tindakan kultural inipun dituliskan secara rinci dalam bukunya yang berjudul, De Javaanse Volksvertoningen: Bijdrage Tot De Beschrijving Van Land en Volk (Batavia: Volkslectuur, 1938)
Ketika Kabupaten Karanganyar dihapuskan
tahun 1935 dan digabungkan menjadi sebuah distrik (kawedanan) di bawah
Regentschap (kabupaten) Kebumen tahun 1936 maka pengelolaan sarang burung walet
sepenuhnya dikelola oleh Regentschap Kebumen mulai 1937.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar