Pagi hari (12 Feb) nampak anak-anak SMP PIUS Bakti Utama, Gombong berbaris dari sekolah menuju kawasan Pecinan Gombong yang meliputi Jl. Sempor lama dan sekitarnya.
Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema "Bhineka Tunggal Ika" dan mengambil judul "Sahabatku Orang Tionghoa".
Rombongan dibagi menuju tiga tempat yang mewakili simbol ekonomi, sosial dan kepercayaan. Untuk lokasi yang mewalili simbol aktifitas ekonomi etnis Tionghoa di era kolonial yaitu rumah Liem Siauw Lam, pengusaha roti dan susu. Sekarang menjadi Roemah Martha Tilaar. Di lokasi ini para siswa didampingi para guru dan dipandu oleh Mas Toni untuk memahami sejarah rumah yang bernuansa Indisch sejak tahun 1920-an.
Lokasi berikutnya adalah kantor Perkumpulan Penolong Kematian Anugrah Guna (nan) Hidup (AGH) yang mewakili simbol sosial masyarkat Tionghoa di Gombong. Di era kolonial bernama Aan Gie Hwee dan pernah difungsikan sebagai tempat pendidikan Tiong Hoa Hwee Koan (THHK). Di lokasi ini ada Pak Teguh Hindarto, sejarawan lokal dan penulis buku yang menjelaskan latar belakang berdirinya Chineesche camp atau kampung Pecinan dan sejarah bangunan AGH didampingi para pengelola yayasan dan para guru pendamping.
Di lokasi ini rombongan siswa dibagi dua untuk diperkenalkan sebuah rumah kuno bernuansa Tionghoa yaitu rumah kediaman Liem Kang Tjoa. Rombongan dipimpin oleh ibu Vivien yang menjelaskan sejarah dan kehidupan di rumah tua tersebut.
Di lokasi lain yaitu Klenteng Hok Tek Bio sebagai tempat yang mewakili simbol kepercayaan etnis Tionghoa, para siswa mendengarkan penjelasan Kak Alona dan kak Awang mengenai sistem kepercayaan dan berbagai pernak-pernik peralatan ibadah di klenteng.
Ibu Valen selalu kepala sekolah memberikan penjelasan singkat bahwa maksud dan tujuannya dilakukan kegiatan ini adalah menghubungkan anak2 dengan konteks hidupnya. Melalui kegiatan P5 ini mengajak anak-anak semakin mengenal tradisi Dan budaya Tionghoa, yang bahkan tidak disadari sudah menjadi satu dengan budaya keseharian masyarakat Gombong. Dengan mengenal anak akan memahami, dengan memahami anak akan menghormati, bahkan mungkin akan menumbuhkan rasa memiliki. Memiliki warisan budaya kekayaan Indonesia. Dengan demikian, harapannya persaudaraan sejati sebagai anak bangsa menjadi lebih kuat.
Kiranya kegiatan ini bukan hanya
bermanfaat secara internal namun secara eksternal dapat mendorong lembaga
pendidikan lainnya dapat melibatkan materi sejarah dan budaya kotanya sebagai
bagian dari kurikulum pendidikan dan mendekatkan para siswa dengan berbagai
obyek sejarah dan budaya yang melekati kehidupan mereka sehari-hari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar