Sebelum kebijakan Politik Etis (Etische
Politiek) diterapkan di Hindia Belanda, kebijakan pendidikan lebih ditekankan
untuk menghasilkan tenaga terdidik yang dapat memenuhi kebutuhan dan
kepentingan kolonial semata-mata. Namun sejak tahun 1901 ketika kebijakan
Politik Etis diterapkan di Hindia Belanda, arah perubahan kebijakan pendidikan
bukan sekedar melayani kepentingan kolonial namun berupaya untuk meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan rakyat Hindia Belanda (Sejarah Pendidikan di
Indonesia Zaman Penjajahan, 1993:73-74).
Pendidikan
di Kebumen Tahun 1900-1935
Bagaimana situasi pendidikan di Kebumen
pada periode pelaksanaan Politik Etis? Di luar pemerintah, pendirian sekolah
diinisiasi oleh badan Misi. Aktivitas Friesche
Kerk (Gereja Frisian, kelak menjadi GKJ Kebumen) yang tergabung dengan Zending der Gereformeerde Kerk in
Nederlandsch (ZGKN) telah melahirkan sejumlah pusat-pusat pendidikan pada
tahun 1913 al., Hollandsch Christelijke
School (HCS) di Kebumen dan Hollandsch
Javaansche School/Hollandsch Inlandsch School (HJS/HIS) di Gombong serta
sejumlah Volkschool.
Dalam sebuah laporan berjudul, Atlas van de Zendingsterreinen van De
Gereformeerde Kerken in Nederland (1932) disebutkan sampai tahun laporan
ini dibuat sudah ada 9 sekolah pribumi dengan 24 guru pribumi serta 861 murid. Untuk Hollandsch Christelijke School (HCS) di Kebumen dengan kepala
sekolah A. Antheunisse memiliki siswa berjumlah 252 orang. Sementara Hollandsch Javaansche School/Hollandsch
Inlandsch School (HJS/HIS) di Gombong dengan kepala sekolah R. Brinkman
memiliki jumlah siswa 342 orang.
Pemerintah Belanda di Kebumen – di luar
aktifitas gereja - juga mendirikan sejumlah sekolah al., Frobelschool dan Shackelschool. Surat kabar De Locomotief (30 Agustus 1927) melaporkan sebuah berita pergantian
kepala sekolah dari A. van der Wal, digantikan oleh J. Visser. Istri Van der
Wal tercatat satu tahun sebelumnya merencanakan mendirikan Frobelschool atau sekolah taman kanak-kanak di Kebumen (De Locomotief, 4 Oktober 1926).
Dalam sebuah artikel berjudul, Het Volksonderwijs. De desaschool en haar
groote beteekenis: Voorbeelden uit de praktijk in het Regentschap Keboemen didapati
data menarik mengenai jumlah Volksschool
di Kebumen pada tahun 1928 yang mencapai 133 sekolah yang terbagi menjadi 3
resor utama.
Dahulu sekolah di desa dibangun dengan
bahan-bahan yang disediakan oleh penduduk namunsejak tahun 1916 dibuat
pengaturan dengan persetujuan beberaa desa, dimana masing-masing desa
memberikan sumbangan dana untuk sekolah desa dengan jumlah total yang diperoleh
setiap tahun mencapai f 20.000. Ini merupakan dana sekolah, yang dikelola oleh
Pemerintahan Dalam Negeri dan dari situlah biaya pendirian dan pemeliharaan
sekolah ditanggung.
Setiap tahun, rata-rata 6 sekolah bagus
dapat dibangun, yang lokasinya akan ditentukan oleh pengawas sekolah terkait
bekerja sama dengan Pemerintahan Dalam Negeri (Binnenlands Bestuur). Dengan
cara ini, perluasan pendidikan kerakyatan sekalipun agak lambat namun yang
didapat rakyat solid. Karena itu, Kebumen memperoleh reputasi yang baik (een goede reputatie) di bidang
pendidikan kerakyatan, demikian tulis De
Locomotief (5 Maret 1928).
Sebuah organisasi perempuan bernama
perempuan “Mardi Oetomo” terlacak
berencana untuk mendirikan Frobelschool
pada tanggal 1 Agustus 1939. Seorang guru terbaik lulusan Frobelskweekschool di
Bandung dipersiapkan untuk mengajar di sekolah ini (De Locomotief, 24 Juli 1939).
Pada tahun 1935 tercatat nama Nyonya
Vermeulen dan beberapa anggota dewan wanita dari organisasi I.E.V.V.O. afdeling Cirebon berniat untuk
mendirikan Huishoudschool (Sekolah
Rumah Tangga) yang bertempat di lokasi bekas Frobelschool di Kebumen, yang gedungnya didirikan untuk tujuan itu.
Pada peresmian sekolah tersebut dihadiri pula oleh istri residen, Nyonya Van
der Plas-Pleyte, dan istri walikota Nyony Kuntze dan Nyonya Maurenbrecher (De Locomotief, 23 Agustus 1935).
Ambachtsschool
Kebumen Menjawab Situasi Zaman
Selain keberadaan sejumlah sekolah yang
menanamkan dasar-dasar pengetahuan kognitif dan teoritik dari mulai tingkat
dasar hingga menengah di Kebumen sebagaimana telah dilaporkan sejumlah media
surat kabar di atas, mulai dari Frobelschool,
Schackelschool, Volksschool, HCS,
HIS, ada satu sekolah yang didirikan sebagai antitesis kegagalan sekolah
yang sudah berdiri sebelumnya di kota-kota lain.
Ambachtsschool, demikianlah
nama sekolah ini. Artinya “sekolah pertukangan” atau “sekolah kejuruan”. Sebuah
artikel berjudul, De Nieuwe Richting in
het Ambachtonderwijs (Arah Baru Pendidikan Kejuruan/Pertukangan) yang
dimuat Bataviaasch Nieuwsblad (3 Mei
1915) melaporkan sebuah kemeriahan pembukaan sekolah kejuruan di Kebumen ini.
“Pembukaan sekolah kerajinan baru di Keboemen yang berlangsung pagi ini merupakan peristiwa yang lebih penting dari nilai lokal, karena harus dianggap sebagai pengenalan arah baru (eene nieuwe richting) pendidikan pertukangan bagi masyarakat”, demikian artikel tersebut diawali. Sekiranya peresmian sekolah ini dilakukan oleh DR. Lovink (Hoofd van Landbouw - Kepala Dinas Pertanian) namun karena berhalangan hadir, DR. Lovink telah mendelegasikan kepada Hoekman untuk mewakilinya.
Peresmian sekolah ini dihadiri juga oleh Residen Kedu dan Inspektur Pendidikan Menengah Hoekstra, Asisten Residen Schmulling (Kebumen), Bupati Kebumen dan Karanganyar, Controleur, De Jong (Karanganyar), Controleur Klerk (Kebumen) dan Controleur Holwerda (Muntilan).
Dalam sambutannya, Hoekstra (mewakili pemikiran Lovink) menjelaskan bahwa keberadaan ambachtsschool yang telah ada sebelumnya di Batavia, Semarang, Surabaya berada di jalur yang tidak benar dalam pendidikan pertukangan (met het ambachtsonderwijs niet op den goeden weg).
Setidaknya ada dua alasan yang dikemukakan. Pertama, kurikulum yang tidak tepat. Waktu belajar terlalu lama yaitu tiga tahun dengan materi yang terlalu berlebihan dan hasil lulusan mengharapkan bukan sebagai pengrajin/ahli pertukangan (ambachlieden) melainkan menjadi pengawas (opzichter) atau juru mesin (machinist). Kedua, keberadaan sekolah di pusat perkotaan ini tidak menjawab kebutuhan di pedesaan di mana para siswa ini berasal.
Ambachtsschool di Kebumen ini – dengan durasi sekolah dua tahun – adalah “yang pertama di Hindia” (de eerste van deze soort in IndiĆ«) dan “buah sulung di Hindia” (de eersteling in Indie) dan akan segera menyusul dua sekolah lain di Fort de Kock (maksudnya Bukit Tinggi, Sumatra Barat) dan di Serang, Jawa Barat. Hanya untuk Ambachtsschool Kebumen dan Fort de Kock akan difokuskan pada pertukangan kayu (houtschoolen) sementara di Serang akan difokuskan pada pertukangan besi (ijzerscholen).
Masih menurut artikel koran yang dimuat Bataviasch Nieuwsblad di atas bahwa sejak tahun 1907 sudah didirikan Ambachtschool di Jawa Timur (Surabaya), Jawa Tengah (Semarang), Jawa Barat (Batavia) namun bukan didasarkan pada kebutuhan masyarakat.
Hingga kemudian pada tahun 1914 pemerintah mengadopsi gagasan baru terkait pendirian ambachtsscholl, maka Asisten Residen Kebumen, Schmulling mengajukan pendanaan untuk didirikan di Kebumen di mana dia bertugas. Schmulling dikenal karena banyak melakukan banyak hal untuk kepentingan penduduk (die zeer veel doet in het belang der bevolking). Atas bantuan gubernur jendral dan juga bantuan DR. Lovink maka Ambachtschool di Kebumen dapat didirikan. Saat sekolah pertukangan ini diresmikan, Schoon adalah kepala sekolah yang ditunjuk memimpin.
Saat peresmian sekolah Ambachtschool di Kebumen ini, Bupati Arung Binang VII pun diberikan kesempatan memberikan sambutan. Dari sambutannya diketahui bahwa bangunan ini dibangun pada tahun 1914 dengan candrasengkala, soetji ikoe wiworo sajekti, yang jika diterjemahkan secara bebas kurang lebih, "memang begini jalan yang murni".
Dengan tarikh pembangunan gedung tersebut diharapkan pendidikan pertukangan di Kebumen ini dapat menjadi cara yang tepat bagi ribuan orang Jawa untuk mencapai posisi ekonomi yang lebih tinggi, demikian surat kabar tersebut menutup beritanya.
Sayangnya, koran Bataviasch Nieuwsblad tidak melaporkan tanggal peresmian bangunan ambachtsschool di Kebumen ini. Karena jika beritanya dimuat tanggal 3 Mei 1915 maka tidak mungkin peristiwa yang dilaporkan dalam surat kabar pada tanggal yang sama. Namun dari hasil pelacakan penulis, berhasil menemukan data akurat yang menegaskan kapan tanggah dan tarikh peresmian Ambachtschool di Kebumen ini.
Dalam sebuah berita berjudul, Openbare les der Gouvernour Ambachtschool yang dimuat oleh De Locomotief (31 Juli 1930) didapatkan keterangan bahwa penulis berita ini hadir dalam acara peresmian dan dia menuliskan, “Penulis ini hadir pada pembukaan sekolah pada tanggal 1 Mei 1915” (Schrijver dezes was aanwezig bij de opening de school op 1 Mei 1915). Hanya yang agak membingungkan, penulis berita ini kemudian menambahkan keterangan, “pembukaan dilaksanakan kemudian pada saat itu oleh Kepala Departemen Pertanian, Dr. Lovink”, sementara keterangan Bataviasch Nieuwsblad (3 Mei 1915) menyebutkan bahwa yang meresmikan adalah wakil DR. Lovink yaitu Hoekstra.
Terlepas dari keterangan yang sedikit kontradiktif tersebut namun dapat dipastikan bahwa pembangunan Ambachtsschool di Kebumen dimulai sejak tahun 1914 dan diresmikan tanggal 1 Mei 1915. Saat De Locomotief (31 Juli 1930) melaporkan perkembangan sekolah ini, kepala sekolah sudah berganti yaitu Bergamin dan jumlah murid sudah mencapai 350 murid padahal saat peresmian 1 Mei 1915 baru berjumlah 40 murid.
Jika pada tahap awal pendirian sekolah hanya memfokuskan pada pertukangan kayu maka tahun 1930 telah berkembang menjadi enam divisi pertukangan yaitu tukang kayu (timmerlieden), pekerja logam (metaalbewerkers), pembuat mebel (meubelmakers) tukang batu (metselaars), pengemudi (chauffeurs werkman), mekanik sepeda dan sepeda motor (frijwiel en motorrij wielmonteurs). Sementara sudah 669 ijazah dikeluarkan oleh sekolah ini.
Luas lahan sekolah yang tadinya 300 m2 dengan satu ruang gambar dan satu ruang bengkel, kini menjadi 3000 m2 dengan ruang tamu, kantor, gudang, ruang gambar, ruang teori. Bahkan dilaporkan dalam surat kabar ini juga bahwa sejak tahun 1927, cabang Ambachtsschool Kebumen telah dibuka di beberapa kota al., Wates (pengerjaan kayu), Kutoarjo (pengerjaan kayu), Purworejo (pengerjaan logam), Karanganyar (pengerjaan kayu dan pengerjaan logam) dan Purwokerto (pengerjaan logam).
Sejak berdirinya sekolah pertukangan ini di Kebumen terus mengalami perkembangan pesat dan para lulusannya terkoneksi langsung dengan pusat-pusat industri. Dalam laporan berita berjudul, Uit Oud Bagelen dan dua tahun setelah pendiriannya dikatakan, “Agar sekolah dapat memenuhi tujuannya sepenuhnya, bengkel pandai besi, perbankan, tukang reparasi kereta kecil harus terhubung (moeten worden verbonden.) secepat mungkin. Murid-murid yang telah mengambil kursus pertukangan selama dua tahun akan kembali ke desanya, di mana bengkel-bengkel akan dibuka, sehingga bank kabupaten dapat mencairkan uang tunai yang diperlukan (De Locomotief, 8 Februari 1917).
Dimanakah Ambachtsschool Kebumen Saat Ini?
Ketika penulis menemukan artikel berjudul, De Nieuwe Richting in het Ambachtonderwijs (Arah Baru Pendidikan Kejuruan/Pertukangan) yang dimuat Bataviaasch Nieuwsblad (3 Mei 1915) maka ingatan penulis segera tertuju pada sebuah sekolah negeri di Kebumen yang pernah dihubungkan sebagai sekolah teknik di era awal kemerdekaan. Sekarang sekolah itu bernama SMP 7 Kebumen, Jl. Sutoyo No 27, Kebumen.
Ketika penulis bertemu dengan Kepala
Sekolah SMP 7 ibu Makmurah (melalui informasi yang diberikan Ibu Tri
Orbanowati), pucuk dicinta ulam tiba.
Sekalipun mereka memiliki sebuah paper yang ditulis oleh Bapak Sudarto (mantan
pengajar di sekolah ini) namun sejumlah data yang masih gelap khususnya tanggal
pendirian saat sekolah ini bernama Ambachtsschool.
Demikian pula penulis memiliki data yang kurang lengkap setelah sekolah ini
tidak lagi bernama Ambachtschool. Kedua data dapat dipertemukan dan dapat
saling melengkapi menjadi artikel yang ditulis ini.
Penulis ditunjukkan sebuah prasasti yang
masih terpelihara baik di dalam bagian gedung sekolah ini yang berbunyi: Deze School Werd Geopend/Door Dr. H. Lovink/
In Mei 1915 (Sekolah Ini Dibuka / Oleh Dr. H. Lovink /Pada Mei 1915). Dari
hasil pelacakan artikel dan berita di sejumlah surat kabar berbahasa Belanda
didapatkan keterangan yang melengkapi mising link antara masa kini dan masa
lalu.
Tulisan dalam prasasti marmer tersebut
hanya dituliskan “Mei 1915”. Sekarang dapat diketahui bahwa “1 Mei 1915” adalah
tanggal dan tarikh pendirian sekolah ini. Nama “Dr. Lovink” adalah Kepala
Departemen Pertanian pada saat itu.
Ketika penulis diberikan kesempatan
untuk berkeliling meninjau sekolah tersebut, masih terdapat sejumlah struktur
dan penggunaan kayu dan besi yang belum diganti sejak berdirinya namun tetap
kokoh sampai saat ini.
Menurut paper yang dibuat oleh Alm.
Bapak Sudarto, SPd. (meninggal, 18 September 2020) dengan judul, Prasasti 1915 (tanpa tahun penerbitan),
beliau menjelaskan perjalanan sekolah ini setelah era kemerdekaan. Sekitar
tahun 1954 ada wacana keberadaan sekolah ini dihidupkan kembali dengan pengajar
alumni Ambachtsschool Kebumen. Kemudian berdirilah Sekolah Kerajinan Negeri
(SKN) dengan jurusan perabot rumah tangga (meja, kursi, dsj) dan perkayuan
(pintu, jendela, dsj). Kemudian berkembang menjadi Sekolah Teknik Pertama (STP)
dengan penambahan jurusan listrik dan otomotif.
Pada tahun 1977, Sekolah Teknik Pertama
(STP) dubah menjadi Sekolah Teknik I (ST I) dengan jurusan, perabot, kayu,
gedung, bangunan air dan sebagian menjadi Sekolah Teknik II (ST II) dengan
jurusan, mesin, listrik dan otomotif. Dalam perkembangannya bukan hanya ada
Sekolah Teknik I dan II melainkan menjadi Sekolah Teknik III dan IV.
Dalam perjalanannya, Sekolah Teknik I
dipindah lokasinya ke sebalah utara alun-alun Kebumen dan lokasi bangunan
Sekolah Teknik I diambil alih oleh Sekolah Teknik Menengah (STM) Negeri
Kebumen. Namun untuk praktik siswa, menggunakan lokasi bangunan yang sama di
Jl. Sutoyo 27 Kebumen.
Setelah melewati banyak persoalan teknis
dan birokratis, akhirnya Sekolah Teknik I kembali ke lokasi lama di Jl. Mayjend
Sutoyo 27. Sayang Alm. Sudarto tidak menuliskan tarikh kepindahan kembali.
Kemudian pada tahun 1992 Sekolah Teknik I menamatkan siswa terakhirnya dan
mengawali menjadi Program Umum dengan nama SMP Negeri 7 Kebumen.
Tahun 1997, SMP Negeri 7 Kebumen berubah
status dari program umum menjadi sekolah program ketrampilan dengan label SLTPN
7 membuka jurusan perikanan dan pertanian. Kemudian tahun 2000 sekolah ini
kembali menjadi SMP Negeri 7 Kebumen sampai hari ini.
Jika usia sekolah ini dihitung dari 1992
(sejak penetapan nama SMP Negeri 7) maka usia sekolah baru saja memasuki 29
tahun. Jika usia sekolah ini dihitung dari pendirian bangunan sejak Ambachtschool (1914) maka usia sekolah
ini sudah memasuki 107 tahun. Namun jika dihitung dari tarikh peresmian sekolah
Ambachtschool (1915) maka sekolah ini
sudah berusia 106 tahun.
Keberadaan prasasti marmer bertarikh 1915
dan artefak bangunan kolonial yang saat ini menjadi SMP 7 Kebumen bukan hanya
sebuah kisah berdirinya sebuah bangunan sekolah 107 tahun lalu. Keberadaan
sekolah pertukangan (ambachtsschool)
ini telah mewarnai pendidikan pribumi agar mereka berhasil guna di masyarakat
setelah keluar dari sekolah.
Jumlah murid yang bertambah dan lulusan
yang memenuhi kebutuhan pasar zaman itu telah menempatkan peran dan
fungsionalitas Ambachtschool dalam
kemajuan taraf hidup penduduk pribumi, sebagaimana tujuan sekolah pertukangan
ini sejak awal berdirinya.
Jika paper Alm. Bapak Sudarto, SPd.,
dibuka dengan puisi berjudul Prasasti (07 Juni 2007) berbunyi:
Andai
aku dapat bicara
Akan
aku ceritakan
Ha-hal
Yang
aku lihat
Yang
aku dengar
Yang
aku rasa
Namun
apa dayaku
Aku
di sini
Dengan
kesendirianku
Dengan
kesepianku
Dan
kebekuan
Hanya
harapan
Yang
ada pada diri ini
Ada
yang peduli pada keberadaanku
Aku
Prasasti 1915
Maka penulis akan menjawab puisi tersebut dengan judul, Pencari (4 Mei 2021) sbb:
Berlembar-lembar surat kabar Belanda
Dari tahun ke tahun berbeda masa
Mengabarkan sebuah sekolah pernah berjaya
Menghasilkan pekerja-pekerja berguna
Ambachtsschool dikenal namanya
Kebumen tempat dibangun gedungnya
Satu Mei Seribu Sembilan Ratus Lima Belas tahunnya
Dengan susah payah kucari dan kutemukan kisahnya
Artikel ini pernah dimuat di Qureta.com
(2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar