Ketika
kita melihat berbagai jejak kehidupan masa lalu di kota kita – baik dalam
bentuk bangunan rumah pribadi, bangunan kantor, pabrik, jembatan, monumen yang
keseluruhannya memperlihatkan sifat lawas – mungkin kita sempat bertanya,
bagaimana sich kehidupan di masa lalu di saat sejumlah bangunan atau struktur
lawas tersebut masih baru dan difungsikan?
Kita
mungkin berusaha mencari tahu melalui sejumlah memori kolektif yang masih
tersimpan pada sejumlah saksi mata sezaman yang masih hidup. Namun biasanya
deskripsi ingatan masa lalu dalam banyak hal telah mengalami banyak distorsi
karena faktor usia dan kesenjangan waktu antara apa yang dilihat dan apa yang
diingat.
Dalam banyak artikel di blog ini (https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com), penulis telah berulang kali mengutip dan menyampaikan sejumlah peristiwa sosial di Kebumen – baik peristiwa penting sampai remeh temeh – melalui pelacakan sejumlah dokumen seperti surat kabar, majalah, jurnal, buku, foto, surat dll.
Demikian
pula pada kesempatan kali ini penulis ikan menyajikan sebuah deskrispsi
mengenai kota Kebumen dan kota Gombong melalui sebuah buku panduan untuk
kalangan pegawai negeri serta guru yang dtugaskan di suatu daerah baru di mana
mereka belum sama sekali memiliki informasi mengenai wilayah yang akan mereka
tinggali untuk bekerja.
Buku
ini berjudul, Gids Voor Ambtenaren In
Nederlandsch Indie (Panduan Untuk Pegawai Negeri Sipil Di Hindia Belanda)
yang disusun oleh Nederlandsch Indie
Onderwijzers Genootschap (N.I.O.G alias Perhimpunan Guru Hindia Belanda)
atas dorongan dari G.J.D. MEESTERS dari
N.I.O.G afdeeling Surabaya dan diterbitkan oleh G. KOLFF & Co., di Batavia
1910.
Jadi
melalui buku ini kita akan melihat gambaran kehidupan sosial dan ekonomi sebuah
kota, termasuk Kebumen dan Gombong. Mengapa tidak ada Karanganyar, padahal
Gombong pada tahun itu masih sebuah wilayah district
(kawedanan) di bawah regentschap
(kabupaten) Karanganyar? Sebagaimana dijelaskan dalam kata pengantar bahwa
sejumlah data belum masuk semua sehingga ada beberapa kota yang belum dimuat
dan direncanakan akan dimuat dalam edisi berikutnya.
Berikut
kutipan situasi kota Kebumen dan Gombong pada tahun 1910 sebagaimana penjelasan
dan laporan Gids Voor Ambtenaren In
Nederlandsch Indie
Kebumen (Karesidenan Kedu)
1.
Kentang dan beberapa sayuran tersedia di pasar dua kali seminggu. Daging dibawa
setiap hari dari Gombong. Tidak ada rumah jagal (slachterij) di kota ini
2.
Air minumnya bagus.
3.
Keboemen adalah rumah bagi seorang Dokter djawa. Ada seorang dokter militer di
tetangga Gombong.
4.
Tidak tersedia apotek
5.
Ada beberapa toko tempat Anda bisa mendapatkan barang harian. (Harganya sedikit
lebih tinggi dari Yogyakarta).
6.
Furnitur sebaiknya dibawa dari tempat lain (furniture yang sangat cocok bisa
didapatkan di Yogyakarta).
7.
Hotelnya lumayan bagus. Harganya adalah:
Per hari:
kamar
besar f 5 untuk 1 orang.
kamar
besar f 9 untuk 2 orang.
kamar
kecil f 4.5 untuk 1 orang.
kamar
kecil f 8 untuk 2 orang.
Per bulan:
kamar
besar 1 orang f 75
kamar
kecil 1 orang f 60
kamar
kecil 2 orang f 125
8.
Ada juga paviliun rendah dan lembab, dengan harga sewa untuk 3 kamar sebedar f
20 dan galeri depan.
9.
Harga bervariasi untuk kamar dan makan. Penjaga hotel selalu bersedia membuat
penyelesaian yang adil dalam berbagai kasus.
10.
Rumah-rumahnya bagus. Di kota sewanya f 30 sampai f 40.-; Di luar kota dari f
10 hingga f 25. Semua rumah terbuat dari batu.
11.
Orang yang belum menikah harus tinggal di hotel.
12-13.
Ada satu sekolah Eropa dengan dua guru dan sekolah pribumi pertama, yang
mempekerjakan dua guru Eropa. Bahasa Prancis tidak diajarkan.
14.
Pendidikan agama diberikan oleh seorang misionaris (Reformasi), sedangkan
anak-anak Hervorm Belanda dan Katolik juga dapat menerima pelajaran katekisasi.
15.
Societeit, klub tenis dan klub menembak membawa beberapa variasi,
16.
Iklimnya bagus. Malaria jarang terjadi. Tahun ini suhu sangat tinggi (hingga 90°
di tempat teduh). Pada tahun-tahun sebelumnya tidak pernah melebihi 87° (dan
ini masih jarang) –
17-18.
Anda dapat pergi menuju Yogyakarta - Surabaya serta Maos - Batavia dengan kereta
api
19.
Jalanan sangat bagus untuk bersepeda. Ada tukang reparasi sepeda di Tokka (yang
benar Sokka), setengah jam perjalanan.
20.
Tidak banyak pilihan untuk berjalan-jalan, tetapi jalan setapak yang ada sangat
indah. Dengan kereta api dan gerobak seseorang dapat melakukan perjalanan yang
menyenangkan ke Sempor, mata air penyembuhan (kesempatan untuk logistik),Krakal
(untuk rematik).
21.
Idjoe (gua batu menetes) dan Karang-Bolong (dengan pasanggrahan). Tiga yang
pertama bisa dengan mudah dilakukan dalam 1 hari, perjalanan terakhir
membutuhkan setidaknya dua hari. Di pegunungan tetangga Anda akan menemukan
beberapa pesangrahan.
22.
Pembuat dan penjahit sepatu ada di kota ini
23-24
Para pelayan (bedienden) kebanyakan
berbicara bahasa Jawa, hanya sedikit bahasa Melayu. Tidak banyak pilihan. Upah
berjumlah f 8 sampai f 9 untuk anak laki-laki, f 6 untuk anak tukang kebun, f 7
untuk babu dan f 8 sampai 9 untuk juru masak.
25.
Surat ke Yogyakarta dan Batavia dikirim satu atau tiga kali sehari.
26.
Standar hidup masuk akal.
27.
Rumah-rumah diterangi dengan lampu bensin
Gombong (Karesidenan Kedu)
1.
Bahan makanan umum di pasar, nasi, ayam, buah-buahan, kentang, dll. Ada rumah
jagal (slachterij)
2.
Air minum yang baik
3
dan 4. Ada Rumah Sakit Militer murid Sekolah Murid Militer (Militaire Pupillen School) dengan dokter
dan apotek
5.
Ada toko, di mana Anda bisa mendapatkan semuanya, termasuk makanan kaleng, anggur, dll.
6.
Disarankan untuk membawa furnitur dari tempat lain.
7.
Ada hotel - yang tidak lebih baik atau lebih buruk - dari hotel lain di pusat
kota. Penyelesaian yang adil dapat dilakukan.
8.
Hotel ini memiliki dua paviliun yang disewakan
9.
Harga sewa pria pensiunan hanya f 80 per bulan.
10.
Ada rumah yang cocok dari f 20 hingga f 40 sebulan. Para guru di Sekolah Murid
Militer (Militaire Pupillen School) selalu
mendapatkan rumah pemerintah yang tidak terlalu kecil untuk sebuah keluarga
kecil, kecuali kepala sekolah. Guru-guru lain, jika mereka memiliki keluarga
kecil, memiliki kesempatan untuk senang dengan rumah Pemerintah seperti itu
11.
Orang yang belum menikah harus pindah ke hotel atau rumah
12.
Ada 2 Sekolah: Sekolah Murid Militer dan sekolah Angka Dua (1 kepala sekolah
dengan 5 guru, yang kedua 1 kepala sekolah dengan 3 guru)
13.
Tidak ada bahasa Prancis yang diajarkan
14.
Adanya kesempatan pendidikan agama Katolik dan Protestan yang diberikan oleh
guru. Pendeta Poerworedjo dan pendeta Djokdja rata-rata datang sebulan sekali
15.
Societeit, paket majalah yang diedarkan di toko buku, departemen 't N.I.O.G.,
konvensi guru untuk memerangi penjualan yang buruk, sekali waktu ada komedi di teater benteng. Juga akan ada
bioskop
16.
Iklim sangat mendukung, sehat, kematian sedikit, banyak hujan, tidak terlalu
panas, meskipun tidak sejuk.
17. Ada Dos a dos dan delman. Gombong tidak jauh dari jalur kereta api.
18.
Langsung ke Batavia-Gombong dengan kereta api. Menginap di Maos atau di Bandung
19.
Seseorang dapat bersepeda dan bermain tenis di sana, tetapi harus mengurus
sendiri perbaikannya, atau mengirim sepeda ke Djokja.
20.
Jalannya bagus untuk berjalan, bersepeda atau mengemudi. Perjalanan menuju:
Mata air Sempor (kesempatan untuk mandi di air penyembuhan), Banjoe-moedal
(gua), Boeajang (tempat pemandian), Idjoe (gua), Karang-Bolong (sarang burung
yang bisa dimakan, sarang walet)
21.
Di Karang-Bolong ada Pasangrahan.
22.
Ada pembuat sepatu dan penjahit.
23.
Para pelayan berbicara bahasa Melayu.
24.
Upah antara f 7.50 dan 10 (kecuali tukang kebon, yang kurang dari itu).
25.
Beberapa kali sehari di kedua arah (Timur dan Barat). Mungkin maksud penjelasan
ini adanya arus kendaraan dua arah berlalu lalang dari timur dan barat karena
frasa beide richtingen biasanya
ditujukan untuk menjelaskan arus kendaraan bolak balik.
26.
Standar hidup tidak tinggi, agak rendah
27.
Bawalah lampu minyak bumi, lampu bensin tersedia di kota
Demikianlah
gambaran fragmentaris kehidupan sosial dan ekonomi di Kebumen dan Gombong,
mulai dari kegiatan jual beli, bisnis penginapan, sekolah, rumah sakit termasuk
kegiatan bersantai seperti di Krakal (pemandian air panas kesembuhan),
Karangbolong (tempat pengunduhan sarang walet), air panas di Sempor, gua Ijo
(sekarang gua Jatijajar)
Ada satu penjelasan singkat ketika mendeskripsikan Gombong di mana ada keterangan “Boeajang (badplaats)”. Mungkin maksudnya “Buayan”. Pada masa itu masuk wilayah kawedanan Banyumudal namun setelah tahun 1936 masuk wilayah kawedanan Gombong. Di sana dijelaskan mengenai “badplaats” (kolam pemandian).
Sangat
mungkin yang dimaksudkan sekarang ini lokasinya di Pemandian Alang Ujung/Langen
Ujung, Buayan. Di lokasi ini terdapat sebuah kolam alam dan pintu air untuk
mengairi sawah warga di musim kering. Menurut keterangan salah satu warga di
masa kecilnya di pintu air tertulis tarikh 1891 namun setelah mengalami
beberapa kali renovasi, tulisan angka tahun tersebut tidak ada lagi.
Demikianlah
kehidupan sosial ekonomi di Kebumen dan Gombong sekitar tahun 1910 melalui
sebuah buku panduan, yang dapat menghantarkan kita melihat masa lalu bukan
berdasarkan “katanya” (testimoni yang dapat mengalami distorsi) melainkan
berdasarkan “yang terdokumentasikan”.
Wahhh menarik ini
BalasHapus