Pasca Perang Dunia II berakhir akses jalan di Amerika tidak memadai dengan jumlah pertumbuhan kendaraan yang pesat. Melihat kenyataan tersebut, Presiden Amerika Dwight D. Eisenhower memimpikan Amerika memiliki jalan yang mampu memberikan akses luas tidak hanya untuk ekonomi melainkan menghadapi situasi darurat saat perang.
Berkaca dari pengalaman saat menghadapi Jerman, bagaimana mobilitas pasukan Jerman demikian tinggi karena mereka memiliki akses jalan memadai yang dikenal dengan nama "autobahn" sehingga mempercepat pengiriman alutsista.
Salah satu program unggulan Eisenhower adalah pembangunan jalan raya antar negara bagian (interstate highway). Pembangunan dimulai pada tanggal 26 Juni 1956, usai Eisenhower menandatangani Undang-Undang Pembangunan Jalan Raya Antar Negara Bagian dan Pertahanan yang telah disetujui oleh kongres.
Jalan raya antar negara bagian berhasil menghubungkan sendi-sendi ekonomi Amerika. Keberadaan jalan raya antar negara ini berkontribusi meningkatkan pertumbuhan ekonomi Amerika. Perjalanan yang sebelumnya memerlukan waktu 62 hari di tahun 1919, dapat ditempuh selama 4 hari setelah pembangunan jalan raya antar negara bagian.
Melintasi Lokidang (Kebumen) – Kebutuhjurang (Banjarnegara)
Ruas jalan Lokidang – Banjarnegara di Desa Giritirto, Kecamatan Karanggayam, Kebumen, kurang lebih 2 km sebelumnya mengalami kerusakan parah sepanjang 12 tahun hingga di tahun 2022 berhasil diselesaikan dalam tempo 4 bulan. Pada tanggal 5 Agustus 2022, diresmikan oleh Bupati Kebumen. Sementara jalan tetangga kabupaten yaitu Desa Kebutuhjurang, Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara terlihat bagus dan terpelihara baik, membelah perbukitan hingga menuju pusat kota Banjarnegara.
Bagi masyarakat Kebumen yang hendak menuju Banjarnegara, ini adalah rute terdekat menuju Banjarnegara dengan dengan sebelumnya menyebrangi Jembatan Mangir di Desa Wonotirto Kecamatan Karanggayam. Rute yang biasa dipergunakan untuk menuju Banjarnegara adalah melalui Desa Somagede Kecamatan Sempor hingga mencapai Desa Merden Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara.
Dengan rute Lokidang, Karanggayam (Kebumen) melewati Kebutuhjurang, Pagedongan (Banjarnegara) masyarakat Kebumen bisa mencapai pusat kota Banjarnegara yaitu Jl. Jendral Suprapto dengan terlebih dahulu melewati jalur perjalanan yang menanjak menurun perbukitan dengan diselingi panorama pepohonan pinus.
Suatu Masa Ketika Menjadi Wilayah Kabupaten Karanganyar
Lokidang, di masa kini adalah
nama sebuah dusun yang masuk wilayah Desa Giritirto Kecamatan Karanggayam.
Namun sebelum tahun 1936 yaitu tahun digabungkannya Kabupaten Karanganyar
menjadi bagian Kabupaten Kebumen, Lokidang adalah nama sebuah desa yang masuk
wilayah District (kawedanan)
Karanggayam Regentschap (kabupaten)
Karanganyar.
Regentschap (kabupaten) Karanganyar memiliki empat district (kawedanan) yaitu Karanganyar,
Gombong, Rowokele, Pejagoan. District Karanganyar
membawahi empat onderdistrict
(kecamatan) yaitu Karanganyar, Karanggayam, Adimulyo. District Gombong membawahi empat onderdistrict yaitu Gombong, Sempor, Kuwarasan, Guring. District Rowokele membawahi tiga onderdistrict yaitu Rowokele, Ayah,
Buayan. Sementara District Pejagoan
membawahi empat onderdistrict yaitu
Pejagoan, Sruweng, Petanahan, Klirong (G.F.E. Gongggryp, Geillustreerde
Encylopaedie van Nederlandsch Indie, 1934:562)
Sungai Luk Ulo menjadi batas
wilayah (grens) yang memisahkan Regentschap Karanganyar dan Regentschap Kebumen. Itulah sebabnya
dikenal istilah Wetan Kali yang menunjuk pada Regentschap Kebumen dan Kulon Kali yang menunjuk pada Regentschap Karanganyar.
Dalam sebuah laporan berita
penghargaan terhadap sejumlah pejabat pribumi, nama Wongsodimedjo, Kepala Desa
Lokidang salah satunya disebut menerima penghargaan (De Locomotief, 6 September 1901). Nama Lokidang disebutkan berkaitan
dengan sebuah laporan mengenai penempatan seorang mantri polisi pada 2 November
1903 Panunggalan yang berkedudukan di Lokidang, Karanganyar (De Locomotief, 7 Desember 1903). Nama
Desa Lokidang bersama Desa Mirahan dan Desa Trenggulun kerap disebut sebagai
wilayah desa di mana sejumlah hutan-hutan lindung seperti Hutan Tjerak dan
Sigoede berada (Staatsblad van Nederlandsch Indie over het Jaar 1907
(1906:16).
Nama Lokidang pun sudah
disebutkan sebagai salah satu jalur jalan pedesaan dari Banjarnegara
menuju Kebumen dalam buku setebal 47
halaman dengan judul, Geologische Kaart Van Java: Toelechting Bij
Blad 67 (Bandjarnegara) karya Ch. E.A Harloff (1933). Buku ini sebenarnya
mengkaji berbagai morfologi pegunungan Serayu Selatan dan Lembah Serayu serta
formasi geologis yang membentuk wilayah Banjarnegara termasuk wilayah utara
Kebumen yang berdekatan dengan Banjarnegara. Buku ini dilampiri peta formasi
geologis kawasan Banjarnegara.
Menariknya buku ini bukan hanya
mengkaji mengenai formasi kawasan Banjarnegara yang berbatasan dengan Kebumen
namun juga menyebutkan rute empat jalur jalan raya utama antara utara dan
selatan, yang harus ditempuh dengan berjalan kaki atau menunggang kuda (Teguh
Hindarto, Karangsambung Dalam Riset
Geologi R.D.M. Verbeek dan R. Fennema (1896) Serta CH. E.A. HARLOFF (1933)
- https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2022/07/karangsambung-dalam-riset-geologi-rdm_5.html)
Keempat jalur tersebut adalah
sbb: Jalur pertama adalah dari Banjarnegara sampai Banioro (yang melewati
desa-desa al., Banjarnegara-Blimbing-Siranti-Banjaran-Karangtengah-Sirongge-Lokidang).
Jalur kedua membentang dari Banjarnegara melewati Blimbing ke Pesangkalan, dari
sini mengikuti jalur Sungai Loning ke pusat kota kecamatan Sadang-Wetan,
melintasi Sungai Luk Ulo di Sadang-Kulon, mendaki gunung melewati antara Igir
Gandoel dan Igir Dliwang kemudian mencapai kampung Wadasmalang melalui Pujegan.
Jalur ketiga dimulai di Lembah
Serayu di kampung Pucang tepat di sebelah barat km-paal 30 dari jalan raya
utama. Sepanjang jalur ini seseorang bisa mencapai desa Somarame melalui
Watuurip dan Wiramastra, dari mana jalur berlanjut ke selatan melalui Sipanjang
ke Kedungbiru dan ke pusat kota kecamatan Pagebangan. Dari sini, melalui
Pingit, seseorang mencapai pusat kota kecamatan Karanggayam dan kemudian
Karanganjar. Jalur keempat dimulai dari Mandiraja, terletak di jalan raya besar
Lembah Serayu (km –paal 20) dan mengarah ke Merden, Kalitengah dan Pasuruhan
menuju Somagede. Dari jalur ini mengikuti lembah Sungai Watoebarut dan melalui
Kenteng dan Kedungbulus menuju Gombong.
Berkaca pada dokumen era kolonial
di mana Lokidang telah menjadi tempat yang dihuni masyarakat pedesaan sejak
lama dan menjadi jalur melintasi Kebumen-Banjarnegara, maka pembangunan
infrastruktur kawasan ini adalah sebuah keharusan dan tidak seharusnya
terabaikan sebagaimana selama ini terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar