Menurut anggapan saya, yang diminta oleh Paduka Tuan Ketua Yang Mulia ialah, dalam bahasa Belanda, "Philosofische Grondslag" dari pada Indonesia merdeka. Philosofische grondslag itulah pundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi....Saudara-saudara! "Dasar-dasar Negara" telah saya usulkan. Lima bilangannya. Inikah Panca Dharma? Bukan! Nama Panca Dharma tidak tepat disini...Namanya bukan Panca Dharma, tetapi - saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi, demikianlah petikan pidato Ir.Soekarno di Sidang BPUPKI 1 Juni 1945 yang kelak rumusannya menjadikan dasar bagi Indonesia merdeka.
Hari ini, diperingati sebagai
hari lahirnya Pancasila. Nama Ir. Sukarno yang juga Presiden Indonesia pertama tentu
akan dihubungkan dengan perumus dan pencetus istilah Pancasila. Omong-omong
soal Ir. Soekarno, ada catatan menarik dari sebuah surat kabar De Locomotief bertanggal 27 Februari
1933 yang melaporkan perkunjungan Ir. Soekarno sebagai Ketua Partai Nasional
Indonesia (PNI) ke Kebumen.
Dalam judul berita, Ir. Soekarno te Keboemen dilaporkan telah terjadi sebuah pertemuan besar – tidak disebutkan lokasi persisnya di
mana – pada Rabu pagi pukul 08.00 dengan jumlah peserta - entah angka akurat
atau taksiran atau salah menuliskan - sebanyak
2000 orang.
Setelah sambutan dari ketua PNI
cabang Kebumen, tibalah saatnya Ir. Soekarno memberikan pidatonya. Ada tiga hal
yang disampaikan oleh Ir Soekarno yaitu, Pertama
membahas imperialisme di berbagai negara dan membahas politik pintu terbuka. Kedua, secara singkat Ir. Soekarno menceritakan
kisah wayang Loetoeng Kasaroeng, di mana sekitar 1000 kera mengambil alih
kekuasaan. Ketiga, Soekarno membandingkan
orang Jawa kuno dengan harimau, sedangkan orang Jawa sekarang (tahun 1933) lebih
seperti gambaran kambing, hal mana Soekarno mendorong para pendengar pidatonya
agar menjadi seperti harimau.
Ada sesuatu yang ganjil dalam
berita pendek ini. Kisah Lutung Kasarung adalah cerita yang berkembang di
masyarakat Sunda sementara penyerbuan kera sebanyak 1000-an lebih merujuk pada
cerita yang berkembang dalam Ramayana. Biasanya dihubungkan dengan pasukan kera
yang dilibatkan membangun sebuah jembatan di lautan. Dalam kitab Yudhakandha diceritakan Prabu Rama dan
sang raja kera Sugriwa mengerahkan bala tentara kera menyiapkan penyerangan kerajaan
Alengkapura di mana berdiam Rahwana yang mencuri Sinta istri Rama. Entahkah
Soekarno yang melakukan anakronisme dalam pidatonya atau pencatat berita yang
keliru menghubungkan kisah-kisah yang disitir Soekarno.
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/
Setelah Ir. Soekarno berpidato
disebutkan dalam laporan berita surat kabar tersebut bahwa wedono dinas politik
Semarang tiba-tiba turun tangan dan memerintahkan ketua rapat untuk segera menutup
rapat. Ketua rapat memenuhi permintaan tersebut dan mengucapkan sepatah kata serta
ingin mengajak peserta menyanyikan lagu Indonesia
Raya. Namun keinginannya ini ditolak dan ruangan itu dengan tenang
dibersihkan dengan bantuan polisi lapangan. Pertemuan itu hanya berlangsung
selama setengah jam saja.
Demikianlah fragmen kehadiran dan
kiprah Ir. Soekarno di Kebumen tahun 1933
Tidak ada komentar:
Posting Komentar