Adalah Haji Aboengamar, seorang
pengusaha genteng di Sokka Kebumen (sebelum tahun 1936 masuk wilayah kabupaten
Karanganyar) yang sangat terkenal produk genting dan batu batanya ke berbagai
pelosok Jawa bahkan luar negeri.
The Past is the Key to the Present - Masa Lalu Kunci Memahami Masa Kini
Adalah Haji Aboengamar, seorang
pengusaha genteng di Sokka Kebumen (sebelum tahun 1936 masuk wilayah kabupaten
Karanganyar) yang sangat terkenal produk genting dan batu batanya ke berbagai
pelosok Jawa bahkan luar negeri.
Raden Said mungkin samar terdengar dan
hanya diketahui beberapa generasi lanjut usia di Kebumen serta lingkaran
keluarga tertentu. Namun figur satu ini menjadi salah satu dari sekian banyak saksi
bagaimana pemerintahan Hindia Belanda dan Jepang berakhir dan pemerintahan baru
lahir yaitu Republik Indonesia.
Sumber gambar: Wikipedia.com
Sebuah peristiwa mengerikan terjadi pada
tanggal 21-23 Februari 1861 di Jawa – 161 tahun silam – ketika masih di bawah
kekuasaan Hindia Belanda. Peristiwa mengerikan itu adalah banjir besar yang
melanda sebagian besar wilayah Jawa khususnya Jawa Tengah. Tidak terkecuali
Kabupaten Kebumen yang ketika peristiwa itu terjadi masih berada di bawah
Karesidenan Bagelen.
Keberadaan sebuah hotel, selain sebagai sebuah tempat
menginap sementara bagi orang yang hendak melakukan perjalanan jauh, tidak
dapat dilepaskan keterkaitannya dengan kegiatan pariwisata. Berbicara mengenai
pariwisata, sejak era kolonial khususnya ketika Indonesia masih bernama Hindia
Belanda kegiatan pariwisata telah cukup berkembang sejak akhir abad ke-19 dan
awal abad ke-20.
Keseriusan pengelolaan kegiatan pariwisata di Hindia
Belanda khususnya oleh pihak swasta Belanda adalah dengan didirikannya
perhimpunan bernama Vereeniging Toeristenverkeer (VTV) pada
tanggal 24 Maret 1908 di Noordwijk, Batavia dan pemerintah memberikan subsidi
sebesar 25 gulden (Ahmad Sunjayadi, Pariwisata di Hindia Belanda
(1891-1942), 2019:143).
Jika kita mendengar nama Karangbolong di
Kebumen, tentu bagi yang senang bepergian dan berwisata akan mengingat nama ini
sebagai sebuah pantai dan gua yang memiliki sarang burung walet serta tempat
yang dikhususkan dalam bentuk pesanggrahan berdasarkan kepercayaan masyarakat
terhadap Ratu Kidul.
Sebelum kebijakan Politik Etis (Etische
Politiek) diterapkan di Hindia Belanda, kebijakan pendidikan lebih ditekankan
untuk menghasilkan tenaga terdidik yang dapat memenuhi kebutuhan dan
kepentingan kolonial semata-mata. Namun sejak tahun 1901 ketika kebijakan
Politik Etis diterapkan di Hindia Belanda, arah perubahan kebijakan pendidikan
bukan sekedar melayani kepentingan kolonial namun berupaya untuk meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan rakyat Hindia Belanda (Sejarah Pendidikan di
Indonesia Zaman Penjajahan, 1993:73-74).
Jika kita mengunjungi makam
Arung Binang VII di Kebejen, Kutawinangun, Kebumen maka kita hanya mendapatkan
keterangan tanggal dan bulan serta tahun wafat beliau yaitu 12 November 1945.
Mengapa tokoh penting ini sampai tidak terdeteksi tahun kelahirannya?
Mengapa judul artikel ini “Mencari Dr. Goelarso Astrokoesoemo?” Bermula dari sebuah kegelisahan saat membaca sejarah RSUD Dr. Soedirman Kebumen yang memberikan keterangan sbb: “Namun kondisi ini sudah tidak strategis lagi dimasa sekarang, dan efektif sejak 1 maret 2015 Operasional RSUD Kebumen pindah secara keseluruhan ke gedung baru yang beralamat di Jalan Lingkar Selatan Desa Muktisari Kecamatan Kebumen.
Lembaran Kisah Sebuah Benteng Oktagonal di Gombong
Sebuah benteng berbentuk segi delapan
(oktagonal) berwarna merah berdiri megah di Desa Sidayu, Gombong. Sekalipun
nampak lusuh dan dilahap zaman - ketika kita memasuki kawasan benteng dan
setiap lorong satu ke lorong lainnya – namun menyimpan lapisan demi lapisan
kisah dari periode yang berbeda yang tidak banyak diketahui publik.
Nama Ch. Rapaport tidak akan kita temukan dalam buku sejarah karena memang namanya tidak dihubungkan dengan peristiwa heroik yang kerap menghiasi sejumlah buku sejarah khususnya di era Hindia Belanda.
Jembatan tua sepanjang kurang lebih 170
meter ini tegak berdiri menghubungkan wilayah Kebumen bagian barat dengan
Kebumen bagian timur. Semasa Karanganyar masih menjadi kabupaten sebelum
penghapusan pada tahun 1935 dan penggabungan dengan Kebumen pada tahun 1936
(Teguh Hindarto, Resesi Ekonomi Dunia
Yang Menghantarkan Penghapusan Kabupaten di Jawa - https://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2021/02/resesi-ekonomi-dunia-yang-menghantarkan.html)
sungai Luk Ula menjadi batas wilayah masing-masing kabupaten.
Donga Rama Kawula
Sekar Pucung
Dhuh Ramalun, ingkang mungggweng
suwargagung, mugi asma Tuwan linuhurna sagung jalmi, kraton Tuwan mugi rawuh
mring pra umat.