That cup of coffee you sip at your breakfast table, desk, or cafe´ comes from far away (Secangkir kopi yang Anda minum di meja sarapan, meja, atau kafe´ datang dari jauh) demikian tulis Steven Topik and William Gervase Clarence-Smith dalam sebuah pengantar berjudul, Coffee and Global Development dalam buku berjudul, The Global Coffee Economy in Africa, Asia, and Latin America, 1500–1989 (Cambridge University Press 2003:1). Bagaimana kira-kira cerita kopi di wilayah Kebumen era kolonial?
Dalam laporan Residen Banyumas, G.de Seriere (1832-1837), pelabuhan Cilacap menjadi kawasan ekspor dan impor. Adapun komoditas ekspor utama adalah kopi (11.233 pikol), tembakau (650 pikol) dll. Salah satu penyumbang komoditas kopi dari Karesidenan Bagelen adalah Sadang dan Alian di Regentschap (kabupaten) Kebumen. Sadang, menyumbang komoditas kopi sebesar 180 pikol (1882), 100 pikol (1883), 280 pikol (1884). Adapun Alian menyumbang komoditas kopi sebesar 50 pikol (1882), 450 pikol (1883), 280 pikol (1884), demikian kajian Susanto Zuhdi, Cilacap 1830-1942: Bangkit dan Runtuhnya Suatu Pelabuhan di Jawa (2016:9,21).