Heden begint de verkoop van de Asib weldadigheidszegels aan het
postkantoor (Hari ini penjualan perangko amal Asib di kantor pos dimulai),
demikianlah bunyi sebuah artikel berita berjudul, Een Model Inladsch Armenhuis (sebuah model rumah perawatan orang
miskin pribumi) yang dimuat oleh harian surat kabar, De Locomotief (1 Desember 1937). Berita tersebut melaporkan
keberadaan sebuah oranisasi di Kebumen yang melayani orang-orang yang tidak
mampu dan para pengemis serta gelandangan.
Apa nama organisasi tersebut? Algemeen Steunfonds voor Inheemsche
Behoeftigen (A.S.I.B) yang dapat diterjemahkan, Dana Dukungan Umum Bagi Penduduk Pribumi Tidak Mampu/Miskin. Belum
banyak buku sejarah yang mengulas keberadaan A.S.I.B dan peran serta
kontribusinya bagi pengembangan masyarakat pribum di bidang ketrampilan untuk
kemudian dijual hasilnya.
Latar belakang berdirinya A.S.I.B
dikarenakan krisis ekonomi yang menlanda dunia dan berdampak kepada sejumlah
negara koloni, termasuk Hindia Belanda. Istri Gubernur Jendral A. C. de Jonge
mengambil inisiatif untuk mendirikan A.S.I.B pada tahun 1935 dan berkembang di
sejumlah wilayah di Jawa dan Madura. Di Kebumen pun telah didirikan organisasi
bulan November 1935 dan diketuai oleh R.A. Sardinah, putri Bupati Kebumen Arung
Binang VII (Teguh Hindarto, S.Sos., MTh., Bukan Kota Tanpa Masa lalu: Dinamika
Sosial Ekonomi Kebumen Era Arung Binang VII, 2000:147-154).
Artikel surat kabar di atas menjelaskan
bagaimana A.S.I.B Kebumen telah berhasil membuat sebuah bangunan yang cukup
layak dengan kapasitas 50 orang namun baru terisi 30 orang karena banyak para
pengemis dan gelandangan lebih senang tinggal di jalanan karena mereka masih
bisa mendapatkan een dubbeltje (1 sen
atau 10 sen?) per hari dibandingkan tinggal di rumah A.S.I.B. Sebuah kondisi
yang dianggap behoorlijker (lebih
layak).
Rumah A.S.I.B. ini dikelola oleh
Patih Kebumen bernama M. Moch. Tajib dan istrinya. Digambarkan dalam berita
tersebut rumah ini bersih walaupun tidak begitu besar dan di belakang rumah
membentang sawah yang dipakai untuk mengajari para penghuninya menanam padi
secara berbaris. Nampaknya ini sebuah metode penanaman padi berjarak dan masih
baru bagi masyarakat Kebumen masa itu karena dikatakan, “sebuah keunikan (unicum) menanam padi di Kebumen” dan “orang-orang desa tidak menganggap penting
cara penanaman padi demikian”. Model pertanian ini direncanakan sebagai sebuah
propaganda untuk penanaman padi yang “lebih baik dan efektif” (betere en
doelmatiger).
Sayangnya lokasi di mana rumah A.S.I.B
Kebumen ini belum diketahui dengan pasti. Apakah tidak jauh dari kantor pos
atau jauh dari kantor pos? Yang jelas rumah ini disebutkan memiliki sawah di
belakangnya untuk kegiatan penghuninya mengembangkan pola bercocok tanam yang
baru.
Selain bercocok tanam, para
penghuni rumah A.S.I.B. diajari berbagai bentuk ketrampilan anyaman dan
pembuatan perkakas rumah tangga (vlechtwerk
en het vervaardigen van gebruiksvoorwerpen). Selain itu digalakkan pula
pembuatan prangko amal (De Asib
weldadigheids postzegel) senilai 2 cent,
3,5 cent, 7,5 cent, 10 dan 20 cent. Kantor Kebumen menjadi pusat
penjualan prangko-prangko amal tersebut.
Tidak begitu jelas kapan kantor
pos Kebumen mulai berdiri dan menjalankan fungsinya. Namun hasil pelacakan
sebuah kartu pos bertanggal 20 Maret 1885 dengan stempel Kebumen memberikan
isyarat keberadaannya yang sudah ada sejak 1895 ata mungkin sebelumnya.
Sebuah data lainnya menghubungkan keberadaan kantor pos Kebumen dengan sebuah peristiwa dramatis yang melibatkan kepala kantor pos Kebumen di tahun 1897. Henri van Thienesen, demikian namanya dikabarkanmelakukan penembakkan terhadap keponakannya dan kemudian membunuh dirinya di Blitar sebagaimana dilaporkan surat kabar Soerabaiasch Handelsblad bertanggal 14 Desember 1897 (Teguh Hindarto, Brievenbus di Kantor Pos Kebumen: Saksi Bisu Perubahan Zaman dan Monumen Kenangan Sebuah Masa - http://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2019/11/brievenbus-di-kantor-pos-kebumen-saksi_13.html).
Sebuah foto kantor pos yang diambil oleh Nelly Rose Marchand pada tahun 1933 (sebagaiamana gambar judul) memperlihatkan suasana kantor pos Kebumen yang lenggang dengan seorang penduduk berpakaian Jawa berjalan kaki. Nelly Rose Marchand adalah istri Oscar Charles Woldringh yang pernah bekerja di Mexolie Kebumen dari tahun 1932-1942.
Jika kantor pos Kebumen tetap bediri pada tempatnya dan menyaksikan zaman berubah dan berganti, dimanakah letak gedung A.S.I.B Kebumen yang pernah berkontribusi bagi orang-orang yang tidak mampu pada zamannya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar