Sumber: news24hours.in
Istilah difabel dan disabilitas
semakin familiar di telinga kita untuk menandai sekelompok individu yang
memiliki keterbatasan secara fisik ataupun mental. Banyak komunitas terbentuk
untuk mewadahi aktivitas dan menyalurkan sejumlah bakat individu-individu yang
memiliki keterbatasan tersebut.
Beberapa pegiat saat ini
mereferensikan sebuah terminologi yang dianggap lebih tepat yaitu “penyandang
disabilitas” tinimbang “difabel”. Istilah “difabel” sebenarnya merupakan
singkatan dari bahasa Inggris “different ability”, yang artinya “kemampuan yang
berbeda”. Sementara terminologi “penyandang disabilitas” berasal dari Indonesia
dan sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas.
Ternyata di Kebumen era kolonial
telah ada kelompok-kelompok penyandang disabilitas dan mendapatkan sejumlah
perhatian baik dari pemerintah maupun organisasi non pemerintah. Tidak banyak data yang kita peroleh mengenai keberadaan mereka di Kebumen era kolonial selain sebuah berita keberadaan mereka dikaitkan dengan sebuah pekan raya pengumpulan dana.
Sebuah laporan berita dengan
judul De Fancy-Fair (Pekan Raya) yang
dimuat oleh Algemeen Handelsblad voor Nederlandsch-Indië (06 April 1938) dibuka dengan kalimat,
Zaterdagavond had in de kaboepaten de
fancy-fair plaats ten behoeve van het Blindenwerk in Nederlandsch Indië (Pada
hari Sabtu malam, sebuah pekan raya mewah diselenggarakan di kabupaten untuk
karya para pekerja tunanetra di Hindia Belanda).