Terletak
di atas ketinggian 425 mdpl, kawasan yang disebut “Pager Jawa” oleh masyarakat
Desa Kalibening Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen, merupakan sebuah areal
yang ditumbuhi pepohonan pinus. Di atas ketinggian "Pager Jawa", kita bisa
melihat landskap alam berupa barisan bukit di sepanjang mata memandang. Jika
sore menjelang, cahaya matahari mulai menjatuhi sejumlah punggung bukit dan
menciptakan skema keindahan berupa bayangan pepohonan berbaris.
Di
kawasan ini terdapat hutan primer tempat bertumbuhnya sejumlah pohon-pohon
langka dan besar serta keaneka ragaman hayati lainnya. Suara burung begitu
ramai berterbangan dari satu ranting pohon ke ranting pohon lainnya, diselingi
suara serangga hutan. Sebuah simponi di kawasan yang eksotik.
Sayangnya,
rute menuju lokasi ini masih begitu sulit dan cukup berbahaya jika tidak
berhati-hati dikarenakan menanjak dan menurun secara ekstrim serta mengelok
tajam sementara bada jalan sempit dan di tepian jalan telah menanti lembah yang
dipenuhi pohon pinus dan bebatuan terjal.
Entah
sejak kapan nama bukit ini disebut Pagar Jawa, mengingat sebuah artikel
berjudul, “Bad Krakal: het Indische Wiesbaden” (Pemandian Air Panas Krakal:
Wiesbadennya Hindia), yang dimuat koran berbahasa Belanda yaitu De Indische
Courant bertanggal 24 April 1935 melaporkan sebuah deskripsi pemandian air
panas Krakal di antara empat bukit/gunung yang diawali dengan nama “pagar”
yaitu:
“En
daar midden tusschen light verscholen in het groen Krakal, tusschen de bergen
Pagar Sanggar in het Noorden, Pagar Geong in het Zuiden, Pagar Idjo in het
Oosten en Goenoeng Tjantel in het Westen, te midden van sawahs en omspoeld door
de Kali Rantjang”
Terjemahan
bebas:
“Dan
di sana di tengah-tengah antara cahaya yang tersembunyi di Krakal yang hijau,
di antara gunung Pagar Sanggar di Utara, Pagar Geong di Selatan, Pagar Idjo di
Timur dan Goenoeng Tjantel di Barat, di tengah sawah dan dikelilingi oleh Kali
Rantjang”
Beberapa
orang menginformasikan bahwa kawasan ini di tahun 1980-an pernah menjadi tempat
budi daya ginseng. Sementara beberapa orang memanfaatkan kesunyian kawasan ini
menjadi sebuah tempat untuk melakukan kegiatan ritual dan meditasi. Beberapa
ratus meter dari lokasi yang dirintis sebagai tempat wisata ini terdapat sebuah
situs yang dikeramatkan yang diyakini sebagai tempat persembunyian Adipati
Tuban bernama Suwarno. Tidak dapat dipastikan apakah kisah ini sebuah peristiwa
historis atau hanya folklore masyarakat setempat.
Bisa
jadi kawasan yang sekarang dikenal dengan Pager Jawa menjadi kawasan pertempuran
di masa Perang Jawa (Java Oorlog) antara pasukan Diponegoro dengan tentara
Belanda, mengingat kawasan utara disebutkan menjadi wilayah-wilayah
berkecamuknya peperangan al., Sadang-Loning, Kalidadap, Selomanik (E.S. Klerk, De Java Oorlog, 1905:269). Dalam
terbitan yang lebih awal yaitu dikatakan:
“Michiels verder vernomen
hebbende, dat Dipo Negoro westwaarts naar Loning gevlugt was, begaf zich den 8
November daarheen, en kwam dien dag nogte Kalidadap, aan de Looköeloe rivier” (J. Hageman, Geschiedenis Van Den oorlog op Java Van 1825-1830, Batavia, 1856:387)
Terjemahan
bebas:
“Setelah mengetahui dari
Michiels bahwa Dipo Negoro telah bergegas ke Barat Loning, pada 8 November dia bergegas
menuju Kalidadap, di sungai Looköeloe”
Beberapa
orang menghubungkan kawasan ini dahulunya bernama “Sigerung”. Hasil pelacakkan terhadap
sejumlah nama kawasan desa dan landskap geografis di era kolonial didapati nama
“Wagir Sigeroeng” dalam Lijst van de
Voornaamste Aardrijkskundige Namen in den Nederlandsch-Indischen Archipel
(Daftar Nama-nama Geografis Utama di Kepulauan Hindia-Belanda, 1906). Dalam
daftar nama yang diterbitkan tahun 1906, “Wagir Sigerung” bersama dengan “Wagir
Tumpeng” dan “Wagir Tritis” berada di wilayah district (kademangan)
Karanganyar afdeling (kabupaten) Kebumen Karesidenan Kedu.
Mungkinkah
nama “Pager Jawa” dahulunya adalah “Wagir
Sigerung”? Mungkinkah nama “Pager Jawa” adalah penamaan baru pasca kolonialisme
berakhir? Masih banyak sejumlah pertanyaan untuk dijawab dengan mengumpulkan
sebanyak mungkin informasi baik dari tradisi lisan maupun catatan sejarah di
era kolonial agar kawasan yang saat ini disebut “Pager Jawa” bukan hanya
memiliki landskap eksotis yang bernilai jual dari aspek kewisataan namun
memiliki narasi historis yang jelas.
Bukit Pager Jawa sebagai potensi wisata yang bagus untuk dikembangkan oleh Pemerintah supaya bisa memajukan Kebumen dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya
BalasHapus