Sebuah bangunan puskesmas baru
yang dibangun pada 2018 lalu berdiri di tepian jalan yang tidak begitu ramai
dilewati kendaraan. Namanya Puskesmas Karanganyar. Terletak di Jl. Sejahtera
No. 4 Karanganyar. Dengan latar belakang areal pesawahan dan barisan bukit di
selatan serta aliran air irigasi dari Bendungan Sindhoet melintasi kawasan
puskesmas, menjadikannya sebagai lokasi yang diselimuti ketenangan dan
keindahan.
Di samping gedung puskesmas
baru (agak menjorok ke dalam) nampak sebuah bangunan tua berlabur putih dengan
gaya Indische. Jika kita memasuki
bangunan tua tersebut maka akan nampak selasar yang menghubungkan satu ruangan
ke ruangan lain. Lengkungan khas Indische nampak di beberapa ruangan yang
dilewati selasar bangunan. Demikian pula jika menelusuri hingga bangunan bagian
belakang terdapat water toren
(penampungan air) besar dan berusia tua.
Beberapa orang tua yang tinggal
di Karanganyar masih mengenali nama dan keberfungsian bangunan tua bergaya Indische itu dengan sebutan Panti Raga Nirmala. Salah satunya Mba
Salip (92 tahun) warga Desa Plarangan, Karanganyar yang penulis wawancarai
bulan Agustus lalu. Menurut ingatannya, panti tersebut dibangun tahun 1918 dan
menjadi salah satu tempat bermain di masa kecilnya. Dalam ingatannya pula,
pengendara ambulans pada waktu itu bernama Santaruna yang kemudian dilanjutkan
oleh adiknya yang bernama Sankarja.
Jika kita mengkaji dokumen
kolonial berupa koran-koran berbahasa Belanda, maka akan ditemui sejumlah
data-data menarik perihal Panti Raga
Nirmala sehingga kita dapat membuat bingkai narasi historis yang melengkapi
sejumlah kesaksian lisan dan memori masyarakat khususnya generasi yang telah
memasuki usia uzur.
Ziekenhuis
Nirmala (rumah sakit Nirmala) inilah nama yang dikenal di era
kolonial. Dalam sebuah artikel panjang dengan judul Indisch Dagboek (Buku Harian Hindia) yang dimuat koran Algemeen
Handelsblad bertanggal 31 Juli 1925 ada
sebuah petikan kalimat sbb, “Daarnast
begint zich ook inlandsch iniatief teuiten en ik heb een heel aardig klein
ziekenhuis gezien, geheel op inlandsch initiatief (van de regent) en met
inlandsch middelen tot stand gebracht te Karang Anjar. Het was het eerste maar
reeds niet meer het eenige, inlandsche hospitaal”
Terjemahan bebas:
“Ada
juga inisiatif penduduk asli dan saya telah melihat rumah sakit kecil yang
sangat bagus, sepenuhnya atas inisiatif penduduk asli (dari bupati) dan yang
didirikan dengan sarana pribumi di Karang Anjar. Itu adalah rumah sakit pribumi
pertama sekalipun bukan satu-satunya”
Ada tiga kata kunci yang
menarik dikaji secara lebih mendalam yaitu: Pertama, rumah sakit
kecil ini dibangun oleh “inisiatif pribumi dalam hal ini bupati” (inlandsch initiatief (van de regent). Kedua,
dibangun dengan sarana pribumi Karanganyar (en
met inlandsch middelen tot stand gebracht te Karang Anjar). Ketiga,
keberadaan rumah sakit ini adalah rumah sakit pribumi (inlandsche hospitaal) yang pertama sekalipun bukan satu-satunya.
Sebelum tanggal 1 Januari 1936,
Karang Anjar (Karanganyar) adalah sebuah kabupaten (regentschapen) yang berdiri
sendiri. Sebelum Karanganyar menjadi salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten
Kebumen, pasca Perang Jawa (1825-1830), salah satu Kadipaten yang dahulunya
bernama Roma (masuk wilayah
Kesultanan Yogyakarta) pada tahun 1841 diubah oleh Belanda menjadi Regentschapen Karang-anjar. Dalam
laporan koran, De Locomotief bertanggal
21 Maret 1874, disebutkan bahwa Regentschap
Karanganyar memiliki sejumlah distrik, yaitu Karanganyar, Gombong, Soka,
Petanahan, Puring, Karangbolong. Pertanyaannya adalah, bupati siapa yang
berinisiatif melakukan pembangunan Ziekenhuis
Nirmala (rumah sakit Nirmala) atau Panti
Raga Nirmala?
Inisiator dan Pendiri Rumah
Sakit Nirmala
Untuk mendapatkan kepastian
siapa nama bupati yang berinisiatif membangun rumah sakit pribumi ini, kita
harus mendapatkan kepastian tahun rumah sakit ini didirikan. Menurut sebuah
artikel dengan judul, Het Inlandsen
Ziekenhuis "Nirmala" te Karang-Anjar (Rumah Sakit Pribumi
"Nirmala" di Karang-Anjar) yang diterbitkan Bataviaasch nieuwsblad
bertanggal 10 Juli 1925 didapati sebuah keterangan lengkap dan panjang lebar
perihal nama bupati yang berinisiatif membangun sekaligus meresmikannya.
Artikel tersebut dibuka dengan
kalimat, “Den arbeid van wijlen zijn
vader en ambtsvoorganger voortzettende, richtte de tegenwoordige regent van
Karang-Anjar, Raden Toemengoeng Aria Iskandar Tirtokoesoemo,, den lsten Januari
1919 de Vereeniging ‘Nirmala’ op, waarvan het doel was "het vermeerderen van
het vertrouwen der Inlandsche Maatschappij in de Europeesche geneeskunde en het
verleenen van hulp aan behoeftige zieken en gewonden".
Terjemahan bebas:
“Melanjutkan
pekerjaan almarhum ayah dan pembimbingnya, bupati Karang-Anjar saat ini, yaitu
Raden Toemengoeng Aria Iskandar Tirtokoesoemo, pada bulan Januari 1919
mendirikan Asosiasi ‘Nirmala’, yang bertujuan “untuk meningkatkan kepercayaan
Masyarakat/Komunitas Pribumi dalam pengobatan Eropa dan memberikan bantuan
untuk orang sakit serta mengalami luka”.
Raden Tumenggung Aria Iskandar
Tirtokusumo adalah bupati ketiga yang memimpin di Karanganyar. Bupati pertama
bernama K.R.M.A.A. Djodjodiningrat dan bupati kedua bernama Raden Adipati Ario
Tirtokoesoemo. Saya telah menulis mengenai kisah ringkas R.A.A. Tirtokoesoemo
yang bukan hanya seorang Bupati Karanganyar namun juga Ketua Boedi Oetomo pertama hasil Kongres
Yogyakarta (Teguh Hindarto, Mengenang Tirtoekoesoemo: Ketua Boedi
Oetomo Pertama - https://www.qureta.com/post/mengenang-tirtokoesoemo).
Tarikh Pendirian Rumah Sakit
Nirmala
Artikel yang dikutip di atas secara
lebih detail menuliskan tarikh pendirian rumah sakit sbb,
“Zooals gezegd, "Nirmala" werd gesticht op 1 Januari 1919; eerst op 3 December 1922 kon de eerste steenlegging voor het hospitaal plaatshebben, terwijl op 15 Juni 1924 de opening volgde en de vrouwen-zaal op 30 April 1925 kon worden ingewijd”
“Zooals gezegd, "Nirmala" werd gesticht op 1 Januari 1919; eerst op 3 December 1922 kon de eerste steenlegging voor het hospitaal plaatshebben, terwijl op 15 Juni 1924 de opening volgde en de vrouwen-zaal op 30 April 1925 kon worden ingewijd”
Terjemahan bebas:
Seperti
yang telah dijelaskan, "Nirmala" didirikan pada 1 Januari 1919; namun
peletakkan batu pertama untuk rumah sakit baru dapat dilakukan pada 3 Desember
1922, sementara pembukaan dilakukan pada 15 Juni 1924 dan disusul aula wanita
diresmikan pada 30 April 1925”
Keterangan Mbah Salib dan
keterangan koran selisih satu tahun. Namun detail tanggal dan bulan serta tahun
yang disajikan koran nampaknya lebih dapat dijadikan rujukan akurat perihal
tarikh pendirian rumah sakit.
Filosofi dan Tujuan Pendirian
Rumah Sakit Nirmala
Setiap nama yang disematkan
disebuah organisasi tentu memiliki tujuan-tujuan filosofis di dalamnya.
Demikian pula dengan Rumah Sakit Nirmala. Masih berdasarkan keterangan dalam
artikel yang dikutip sebelumnya bahwa ada sejumlah tanaman (tidak disebutkan
namanya) yang tumbuh subur di Karangbolong sebagai hasil perawatan yang
dilakukan oleh ayah Iskandar Tirtokoesoemo yaitu Ario Tirtokoesomo yang
memiliki kepedulian terhadap pertanian pribumi.
Berlatar belakang perawatan
yang baik itulah muncul sebuah inisiatif untuk diterapkan pada pemeliharaan
kesehatan manusia sebagaimana dijelaskan, “Uit
die overweging ontstond ‘Nirmala’, waarvan de beteekenis is: "het doen
verdwijnen van ziekten en kwalen", terwijl het ook zeggen wil: “een voor
duizend, duizend voor één!”
Terjemahan bebas:
“Dari
pertimbangan itu muncul ‘Nirmala’, artinya adalah ’lenyapnya penyakit dan
gangguan’ namun juga bermakna, "satu untuk seribu, seribu untuk satu!"
Dalam sebuah artikel lain
berjudul, De vereeniging
"Nirmala" yang diterbitkan koran De Sumatra post bertanggal 22 Maret 1921 dijelaskan dan
ditekankan tujuan pendirian rumah sakit oleh yayasan ini yaitu, “Hier ter plaatse werd, zooals u wellicht
reeds ter oore kwam, opgericht de vereeniging "Nirmala", ten doel
hebbende, tegemoet te komen aan de behoefte aan geneeskundige iuip en het
verivouwen in de Europeescne geneesmethoden te bevorderen”.
Terjemahan bebas:
“Di
sini, di tempat sebagaimana yang mungkin telah Anda dengar sebelumnya bahwa
asosiasi/yayasan ‘Nirmala’ didirikan untuk memenuhi kebutuhan akan perawatan
medis dan untuk mempromosikan penyembuhan dengan metode pengobatan Eropa”
Biaya Pembangunan Rumah Sakit
Nirmala
Perihal pembiayaan pembangunan
rumah sakit dijelaskan dalam artikel tersebut, “De bouwkosten van het ziekenhuis plus inventaris bedragen florin
90.000, waarvoor door de Regeering een som van f 45.950 werd bijgedragen, zoodat
de vereeniging — op f 950 na — de helft
heeft betaald”
Terjemahan bebas:
“Biaya
konstruksi rumah sakit ditambah jumlah persediaan mencapai 90.000 florin,
dimana Pemerintah menyumbang sebesar 45.950 florin, sehingga yayasan - kecuali
yang 950 florin - membayar setengahnya”
Pemerintahan Hindia Belanda
namaknya memberikan dukungan yang besar terhadap pendirian rumah sakit pribumi
ini. Namun demikian sebagian pembiayaan tetap dikeluarkan dan ditanggung oleh
perusahaan pribumi ini.
Biaya Operasional dan Sumber
Pembiayaan Rumah Sakit Nirmala
Perihal biaya operasional rumah
sakit diperoleh keterangan sbb, “De
exploitatie van het ziekenhuis kost per maand f 1200, waarvan aan den
administrateur, het verplegend en bedienend personeel wordt betaald florin
542.50. Van den datum der opening, 15 Juni, af tot en met 31 December 1924
bedroeg het aantal verpleegden 458, het totaal aantal verpleegdagen 7.937 en
het bedrag der exploitatiekosten f 7.857.02, dus gemiddeld per patiënt f 0.99.
Het aantal patiënten aan de polikliniek bedroeg 4.110 het aantal consulten
12.064”
Terjemahan bebas:
“Biaya
operasional rumah sakit sebesar 1200 florin per bulan, di mana 542,50 florin
dibayarkan untuk administrator, staf perawat dan staf pembantu. Dari tanggal
pembukaannya yaitu 15 Juni hingga 31 Desember 1924, jumlah perawat ada 458
orang, dengan jumlah total hari perawatan sebanyak 7.937 dan jumlah biaya
operasional sebanyak 7.857,02 florin sehingga biaya rata-rata per pasien adalah
0,99 florin. Jumlah pasien di klinik rawat jalan adalah 4.110 orang dan jumlah pasien
yang berkonsultasi sebanyak 12.064 orang”
Melihat jumlah pasien rawat
inap dan rawat jalan di atas, kita dapat membayangkan nilai penting rumah sakit
dalam melayani kebutuhan masyarakat Karanganyar tahun 1925-an.
Jika di Kabupaten Kebumen tahun
1915 (diresmikan 1 januari 1916) telah berdiri sebuah rumah sakit yang dirikan
oleh De Zendingsarbeid der Friesche
Gereformeed Kerken alias Badan Misi dari Gereja Reformasi (Teguh Hindarto, Membaca
Sejarah Dibalik Debu Bangunan RSUD (Lama) Kebumen- http://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2019/06/membaca-sejarah-dibalik-debu-bangunan.html) maka di Karanganyar dua tahun
kemudian dibangun sebuah rumah sakit pribumi atas inisiatif Bapati Karanganyar
untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan masyarakat Karanganyar tahun 1919.
Melihat akar historis
keberadaan Puskesmas Karanganyar yang dahulunya bernama Ziekenhuis Nirmala atau Panti
Raga Nirmala yang berjaya sejak tahun 1919, maka bangunan rumah sakit ini
bukan hanya harus mempertahankan pelayanannya pada masyarakat melainkan turut
menjaga dan merawat artefak bangunannya menjadi sebuah monumen historis kemandirian
dalam menyediakan jasa kesehatan masyarakat.
**Artikel ini dimuat di tautan
berikut:
http://www.inikebumen.net/2019/09/ziekenhuis-nirmala-rs-nirmala-monumen.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar